Selasa, 07 April 2015

Zaky Mubarak (1113046000118) Deskripsi Dalam Waktu Yang Lama



Dibalik Indahnya Taburan Bintang  Pantai Pangandaran Malam Itu

            Tepat pukul empat sore aku dan teman-teman telah tiba di tempat salah satu wisata pantai yang cukup terkenal  di daerah Tasik Malaya Jawa Barat. Begitu sampai pintu masuk, Kami cukup membayar tiket seharga Rp 10.000,- untuk masuk ke dalam pantai. Yang pada nantinya dana itu akan digunakan  untuk biaya perawatan dan operasional pantai. Di dekat pintu masuk, ada sebuah plang besar yang isinya bertuliskan “Selamat Datang Di Tempat Wisata Pantai Pangandaran” seolah memberi salam tanda sapa bagi setiap para wisatawan yang datang dari berbagai macam daerah dan membuat diriku ini rasanya tak sabar lagi untuk merasakan bagaimana indahnya merasakan puncak malam tahun baru di wisata pantai dengan di temani ombak dan laut bersama teman-teman yang bertingkah konyol.

            Begitu kami masuk, kami disambut oleh sejuknya semilir angin sepoi-sepoi yang membuat rambut kami menjadi acak-acakan tidak tertata. Sederet pedagang asongan dan souvenir berjejer rapih berbentuk garis sepanjang pintu masuk. Para pedagang dengan sibuknya menjajakan dagangan mereka masing-masing kepada para wisatawan yang sedang berkunjung. Di barisan sebelah kiri terlihat pedangang Baju khas pantai, kacamata, topi, gelang dan berbagai macam souvenir dan cendramata khas jawa barat. Sedangkan di barisan paling kanan terlihat sederet toko makanan khas jawa barat dan satu dua warung rokok yang dibuka agak berjauhan tempatnya satu sama lain. Hangatnya butiran pasir yang kami pijak membuat hati ini semakin bergeriliya kegirangan. Sedangkan keadaan pantai sore itu belum begitu ramai, mungkin pucaknya adalah nanti malam, karena tentunya semua orang akan berbondong-bondong datang ke tempat wisata ini untuk melihat pesta kembang api di malam pergantian tahun baru yang indah. 

            Aroma masakan khas jawa barat dan sederet toko makanan di pojok pinggiran pantai membuat cacing-cacing dalam perut kami menjadi bergerak dan kelaparan. Maklum perjalanan kami tadi menghabiskan waktu enam jam dari desa sukaraja. Maka dari itu kami putuskan untuk beristirahat dan makan sejenak sebelum bermain ke pinggiran pantai. Aku dan teman-teman sengaja mengambil kursi paling pojok agar tidak terganggu dengan lalu-lalang orang yang lewat. Dari kejauhan terdengar segerombolan anak-anak sedang bernyanyi sambil diiringi musik dengan peralatan musik seadanya. Mereka bernyanyi dengan riang dan ikhlas seolah tanpa beban. Entah sedang apa dan dimana kedua orang tua mereka semua, yang membiarkan buah hatinya turun ke jalanan dengan wajah polos untuk bekerja demi mendapatkan sebuah koin dan selembaran uang kertas yang lusuh. Setidaknya aku sangat bersyukur karna sampai saat ini aku masih diberikan kedua orang tua yang amat begitu bertanggung jawab dan baik kepada anak-anaknya.

            Setelah selesai makan, kami bersama-sama pergi ke pinggiran pantai untuk menyaksikan  bagaimana indahnya terbenam matahari secara perlahan-lahan di suatu senja. Aku benar-benar takjub ketika melihat sekitar pantai secara seksama. Di sebelah kiri pantai berdiri sebuah tebing besar yang begitu terlihat kokoh namun begitu indah. Di atas tebing tersebut ada begitu banyak pohon dengan ditemani suara burung-burung kecil yang saling bersahutan. Kemudian di sebelah kanan pantai ada banyak batu karang yang siap menghadang jalannya ombak yang setiap kalinya selalu bergulung ke arah pinggiran pantai. Hembusan angin sejuk yang kurasakan tak hentinya membuat hati ini bergetar dan selalu bersyukur atas nikmat hidup dan bagaimana rasa takjubnya seorang hamba kepada segala ciptaan Tuhannya yang amat sangat luar biasa ini. Setelah selesai mengabadikan moment ini dengan cara foto bersama, kami tidur terlentang menghadap langit yang mulai gelap. Sambil menikmati indahnya senja sore hari dengan ditandai sang matahari yang seolah-olah masuk ke dalam hamparan air laut untuk segera beristirahat.

            Tepat pukul 11 malam, para wisatawan yang berdatangan ke wisata pantai makin penuh dan menjadi ramai. Diantara para pengunjung, ada yang datang bersama keluarganya, teman-temannya bahkan ada juga yang bersama pacarnya. Di pinggiran pantai terlihat ratusan anak muda yang sedang duduk diatas pasir sambil membuat bentuk lingkaran kecil bersama temannya masing-masing. Aktifitas yang mereka lakukan sambil menunggu puncaknya pergantian malam tahun baru adalah dengan bernyanyi bersama-sama sambil memainkan gitar dengan petikan yang begitu mahir. ada juga yang hanya sekedar mengobrol bercerita dengan begitu asiknya, sampai mereka begitu tertawa terbahak-bahak dengan ditemani kebulan asap yang keluar dari mulut mereka, seolah membuat mereka lupa akan setiap permasalahan yang sedang mereka hadapi.
            Dengan sekejap, seisi pantai berubah bak lautan manusia yang begitu ramai dan sesak, bagaikan para buruh yang sedang berdemo ke gedung DPR untuk menuntut kenaikan hak dan gaji mereka. Sahutan demi sahutan suara terompet menandakan bahwa pergantian malam tahun baru semakin dekat. Ledakan petasan yang tak henti-hentinya makin mewarnai malam tahun baru ini menjadi begitu seru dan ramai. Di tengah-tengah pantai didirikan panggung live music untuk menghibur para wisatawan yang datang. Pimpinan manajemen dari pantai galunggung secara tiba-tiba naik ke atas panggung untuk memberikan nasihat kepada para wisatawan dan warga setempat agar selalu tetap menjaga keindahan pantai dan jangan sampai mencemarinya. Kemudian beliau berhitung mundur dari angka sepuluh untuk memberikan aba-aba pergantian malam tahun baru. Setelah selesai berhitung puluhan petasan dan sahutan bunyi terompet makin menjadi-jadi. Diantara para pengunjung berpelukan satu sama lain dan mengucapkan puji syukur atas nikmat panjang umur kepada sang tuhan. Ada juga yang mengabadikan pesta kembang api dengan cara merekam adegan tersebut, membuat suasana pantai menjadi tambah ramai dan bising.

            Karena hembusan angin yang sedari tadi selalu hinggap di tubuhku, membuat aku begitu kedinginan dan ingin segera pergi ke toilet untuk buang air kecil. Ketika aku berjalan hendak ke toilet betapa kagetnya aku ketika aku melewati deretan pohon yang begitu lebat dan besar, aku menyaksikan puluhan anak muda yang sedang bermabuk-mabukan sambil menghisap lintingan yang terbuat dari kertas, dengan mata kepala ku sendiri. Diantara puluhan anak muda tersebut adapula yang berjenis kelamin perempuan. Mereka sibuk bercerita hingga tertawa-tawa tidak jelas sambil menikmati barang haram yang ada dalam genggaman mereka masing-masing. Dengan melihat kejadian tersebut membuat niatku menjadi urung untuk segera pergi ke toilet. Apakah ini yang dinamakan generasi penerus bangsa ? pada saat dimana seharusnya mereka sibuk untuk mempersiapkan masa depan mereka, justru yang mereka lakukan sekarang hanya akan merusak diri mereka dan membuat hidup menjadi berantakan. Aku pun segera pergi untuk meninggalkan tempat tersebut dan setidaknya dalam hati kecil ku berharap semoga mereka akan cepat sadar dan segera bangkit agar segera memperbaiki hidupnya untuk masa depan yang lebih baik.

            Tepat pukul tujuh pagi, aku dibangunkan oleh teman ku untuk segera pergi ke pantai untuk berenang bersama-sama. Semalam kami tidur menumpang di tempat warga dikarenakan tempat sewa penginapan yang sudah penuh. Ketika kami kembali ke pantai pada pagi harinya, para pedagang masih tetap sibuk menjaga toko mereka masing-masing sambil menunggu pembeli yang akan datang. Aku dan teman-teman membeli beberapa souvenir dan beberapa makanan untuk oleh-oleh ketika sampai di rumah nanti. Pantai yang tadinya bersih dan indah kini menjadi kotor dan sampah berserakan di sekitar pantai akibat pesta tahun baru semalam. Segenap petugas kebersihan dengan sigap memunguti sampah yang setiap kali tak mau diatur karena tertiup angin yang berhembus dari arah laut ke daratan. Panggung musik yang semalam berdiri di tengah-tengah pantai kini pun sudah selesai di bongkar oleh petugas. Aku dan teman-teman segera berenang di pantai sambil menemani sang matahari yang seakan siap kembali untuk menyinari sang bumi. 

            Perlahan-lahan pengunjung pantai kembali ramai. Rata-rata mereka adalah sekumpulan keluarga yang sedang berliburan dan berwisata. Setelah selesai berenang kami kembali mengisi perut kami di sebuah warung makan khas sunda di pinggiran pantai. Makanan sunda memang terkenal dengan makanan yang super pedas dan berkuah, sehingga membuat perut kami menjadi kepanasan, seperti panasnya keadaan pantai saat ini. Daerah pantai kini tengah dipenuhi oleh segerombolan anak-anak kecil yang sedang bermain di pinggiran pantai. Aku dan teman-teman segera mengemasi barang dan bersiap-siap untuk pulang kembali ke desa sukaraja. Mungkin sampai sore bahkan malam nanti pantai ini akan tetap menjadi ramai dikunjungi banyak orang. Itu semua dikarenakan kealamian pantai yang masih benar-benar terjaga keasriannya sampai saat ini. Tugas mereka yang sesungguhnya adalah bagaimana caranya mereka agar bisa menanamkan budi pekerti dan pribadi akhlak yang baik kepada anak-anak mereka. Agar pada nantinya negara ini bisa menjadi lebih maju lagi karena generasi penerusnya merupakan sosok yang bertanggung jawab dan cerdas. Karena amat begitu disayangkan, di tengah-tengah pesta yang diadakan di pantai yang sangat indah terdapat puluhan anak muda yang sedang merusak dirinya akibat kurangnya moral yang ditanamkan ke dalam budi pekerti mereka sejak kecil.

3 komentar:

  1. penulisan nama daerah " Tasik Malaya " yang benar " Tasikmalaya"

    ketika menulis "Rp". tidak usah di tulis juga tanda ",-" karena sama-sama mengandung arti rupiah. jadi pilih salah satunya saja.

    BalasHapus
  2. Terima kasih komentarnya :)

    Zaky perhatikan juga penggunaan kata baku, huruf kapital, dan penulisan di sebagai preposisi (kata depan). Judulnya, sudah menjanjikan tinggal mengolah isinya agar tulisan yang panjang ini tambah greget.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima Kasih Bu Novi dan Muamalat Fighters atas komentarnya. Ke depannya pasti akan saya lebih perbaiki lagi.

      Hapus