Dibalik
Indahnya Taburan Bintang Pantai
Pangandaran Malam Itu
Tepat pukul empat sore aku dan teman-teman telah tiba di
tempat salah satu wisata pantai yang cukup terkenal di daerah Tasik Malaya Jawa Barat. Begitu
sampai pintu masuk, Kami cukup membayar tiket seharga Rp 10.000,- untuk masuk
ke dalam pantai. Yang pada nantinya dana itu akan digunakan untuk biaya perawatan dan operasional pantai.
Di dekat pintu masuk, ada sebuah plang besar yang isinya bertuliskan “Selamat
Datang Di Tempat Wisata Pantai Pangandaran” seolah memberi salam tanda sapa
bagi setiap para wisatawan yang datang dari berbagai macam daerah dan membuat
diriku ini rasanya tak sabar lagi untuk merasakan bagaimana indahnya merasakan
puncak malam tahun baru di wisata pantai dengan di temani ombak dan laut
bersama teman-teman yang bertingkah konyol.
Begitu kami masuk, kami disambut oleh sejuknya semilir
angin sepoi-sepoi yang membuat rambut kami menjadi acak-acakan tidak tertata.
Sederet pedagang asongan dan souvenir berjejer rapih berbentuk garis sepanjang
pintu masuk. Para pedagang dengan sibuknya menjajakan dagangan mereka
masing-masing kepada para wisatawan yang sedang berkunjung. Di barisan sebelah
kiri terlihat pedangang Baju khas pantai, kacamata, topi, gelang dan berbagai
macam souvenir dan cendramata khas jawa barat. Sedangkan di barisan paling
kanan terlihat sederet toko makanan khas jawa barat dan satu dua warung rokok
yang dibuka agak berjauhan tempatnya satu sama lain. Hangatnya butiran pasir
yang kami pijak membuat hati ini semakin bergeriliya kegirangan. Sedangkan
keadaan pantai sore itu belum begitu ramai, mungkin pucaknya adalah nanti
malam, karena tentunya semua orang akan berbondong-bondong datang ke tempat
wisata ini untuk melihat pesta kembang api di malam pergantian tahun baru yang
indah.
Aroma masakan khas jawa barat dan sederet toko makanan di
pojok pinggiran pantai membuat cacing-cacing dalam perut kami menjadi bergerak
dan kelaparan. Maklum perjalanan kami tadi menghabiskan waktu enam jam dari
desa sukaraja. Maka dari itu kami putuskan untuk beristirahat dan makan sejenak
sebelum bermain ke pinggiran pantai. Aku dan teman-teman sengaja mengambil
kursi paling pojok agar tidak terganggu dengan lalu-lalang orang yang lewat. Dari
kejauhan terdengar segerombolan anak-anak sedang bernyanyi sambil diiringi
musik dengan peralatan musik seadanya. Mereka bernyanyi dengan riang dan ikhlas
seolah tanpa beban. Entah sedang apa dan dimana kedua orang tua mereka semua,
yang membiarkan buah hatinya turun ke jalanan dengan wajah polos untuk bekerja
demi mendapatkan sebuah koin dan selembaran uang kertas yang lusuh. Setidaknya
aku sangat bersyukur karna sampai saat ini aku masih diberikan kedua orang tua
yang amat begitu bertanggung jawab dan baik kepada anak-anaknya.
Setelah selesai makan, kami bersama-sama pergi ke
pinggiran pantai untuk menyaksikan
bagaimana indahnya terbenam matahari secara perlahan-lahan di suatu
senja. Aku benar-benar takjub ketika melihat sekitar pantai secara seksama. Di
sebelah kiri pantai berdiri sebuah tebing besar yang begitu terlihat kokoh
namun begitu indah. Di atas tebing tersebut ada begitu banyak pohon dengan
ditemani suara burung-burung kecil yang saling bersahutan. Kemudian di sebelah
kanan pantai ada banyak batu karang yang siap menghadang jalannya ombak yang
setiap kalinya selalu bergulung ke arah pinggiran pantai. Hembusan angin sejuk
yang kurasakan tak hentinya membuat hati ini bergetar dan selalu bersyukur atas
nikmat hidup dan bagaimana rasa takjubnya seorang hamba kepada segala ciptaan
Tuhannya yang amat sangat luar biasa ini. Setelah selesai mengabadikan moment
ini dengan cara foto bersama, kami tidur terlentang menghadap langit yang mulai
gelap. Sambil menikmati indahnya senja sore hari dengan ditandai sang matahari
yang seolah-olah masuk ke dalam hamparan air laut untuk segera beristirahat.
Tepat pukul 11 malam, para wisatawan yang berdatangan ke
wisata pantai makin penuh dan menjadi ramai. Diantara para pengunjung, ada yang
datang bersama keluarganya, teman-temannya bahkan ada juga yang bersama pacarnya.
Di pinggiran pantai terlihat ratusan anak muda yang sedang duduk diatas pasir
sambil membuat bentuk lingkaran kecil bersama temannya masing-masing. Aktifitas
yang mereka lakukan sambil menunggu puncaknya pergantian malam tahun baru
adalah dengan bernyanyi bersama-sama sambil memainkan gitar dengan petikan yang
begitu mahir. ada juga yang hanya sekedar mengobrol bercerita dengan begitu
asiknya, sampai mereka begitu tertawa terbahak-bahak dengan ditemani kebulan
asap yang keluar dari mulut mereka, seolah membuat mereka lupa akan setiap
permasalahan yang sedang mereka hadapi.
Dengan sekejap, seisi pantai berubah bak lautan manusia
yang begitu ramai dan sesak, bagaikan para buruh yang sedang berdemo ke gedung
DPR untuk menuntut kenaikan hak dan gaji mereka. Sahutan demi sahutan suara
terompet menandakan bahwa pergantian malam tahun baru semakin dekat. Ledakan
petasan yang tak henti-hentinya makin mewarnai malam tahun baru ini menjadi
begitu seru dan ramai. Di tengah-tengah pantai didirikan panggung live music
untuk menghibur para wisatawan yang datang. Pimpinan manajemen dari pantai
galunggung secara tiba-tiba naik ke atas panggung untuk memberikan nasihat
kepada para wisatawan dan warga setempat agar selalu tetap menjaga keindahan
pantai dan jangan sampai mencemarinya. Kemudian beliau berhitung mundur dari
angka sepuluh untuk memberikan aba-aba pergantian malam tahun baru. Setelah
selesai berhitung puluhan petasan dan sahutan bunyi terompet makin
menjadi-jadi. Diantara para pengunjung berpelukan satu sama lain dan
mengucapkan puji syukur atas nikmat panjang umur kepada sang tuhan. Ada juga
yang mengabadikan pesta kembang api dengan cara merekam adegan tersebut,
membuat suasana pantai menjadi tambah ramai dan bising.
Karena hembusan angin yang sedari tadi selalu hinggap di
tubuhku, membuat aku begitu kedinginan dan ingin segera pergi ke toilet untuk
buang air kecil. Ketika aku berjalan hendak ke toilet betapa kagetnya aku
ketika aku melewati deretan pohon yang begitu lebat dan besar, aku menyaksikan
puluhan anak muda yang sedang bermabuk-mabukan sambil menghisap lintingan yang
terbuat dari kertas, dengan mata kepala ku sendiri. Diantara puluhan anak muda
tersebut adapula yang berjenis kelamin perempuan. Mereka sibuk bercerita hingga
tertawa-tawa tidak jelas sambil menikmati barang haram yang ada dalam genggaman
mereka masing-masing. Dengan melihat kejadian tersebut membuat niatku menjadi
urung untuk segera pergi ke toilet. Apakah ini yang dinamakan generasi penerus
bangsa ? pada saat dimana seharusnya mereka sibuk untuk mempersiapkan masa
depan mereka, justru yang mereka lakukan sekarang hanya akan merusak diri
mereka dan membuat hidup menjadi berantakan. Aku pun segera pergi untuk
meninggalkan tempat tersebut dan setidaknya dalam hati kecil ku berharap semoga
mereka akan cepat sadar dan segera bangkit agar segera memperbaiki hidupnya
untuk masa depan yang lebih baik.
Tepat pukul tujuh pagi, aku dibangunkan oleh teman ku
untuk segera pergi ke pantai untuk berenang bersama-sama. Semalam kami tidur
menumpang di tempat warga dikarenakan tempat sewa penginapan yang sudah penuh.
Ketika kami kembali ke pantai pada pagi harinya, para pedagang masih tetap
sibuk menjaga toko mereka masing-masing sambil menunggu pembeli yang akan
datang. Aku dan teman-teman membeli beberapa souvenir dan beberapa makanan
untuk oleh-oleh ketika sampai di rumah nanti. Pantai yang tadinya bersih dan
indah kini menjadi kotor dan sampah berserakan di sekitar pantai akibat pesta
tahun baru semalam. Segenap petugas kebersihan dengan sigap memunguti sampah
yang setiap kali tak mau diatur karena tertiup angin yang berhembus dari arah
laut ke daratan. Panggung musik yang semalam berdiri di tengah-tengah pantai
kini pun sudah selesai di bongkar oleh petugas. Aku dan teman-teman segera berenang
di pantai sambil menemani sang matahari yang seakan siap kembali untuk
menyinari sang bumi.
Perlahan-lahan pengunjung pantai kembali ramai. Rata-rata
mereka adalah sekumpulan keluarga yang sedang berliburan dan berwisata. Setelah
selesai berenang kami kembali mengisi perut kami di sebuah warung makan khas
sunda di pinggiran pantai. Makanan sunda memang terkenal dengan makanan yang
super pedas dan berkuah, sehingga membuat perut kami menjadi kepanasan, seperti
panasnya keadaan pantai saat ini. Daerah pantai kini tengah dipenuhi oleh
segerombolan anak-anak kecil yang sedang bermain di pinggiran pantai. Aku dan
teman-teman segera mengemasi barang dan bersiap-siap untuk pulang kembali ke
desa sukaraja. Mungkin sampai sore bahkan malam nanti pantai ini akan tetap
menjadi ramai dikunjungi banyak orang. Itu semua dikarenakan kealamian pantai
yang masih benar-benar terjaga keasriannya sampai saat ini. Tugas mereka yang
sesungguhnya adalah bagaimana caranya mereka agar bisa menanamkan budi pekerti
dan pribadi akhlak yang baik kepada anak-anak mereka. Agar pada nantinya negara
ini bisa menjadi lebih maju lagi karena generasi penerusnya merupakan sosok
yang bertanggung jawab dan cerdas. Karena amat begitu disayangkan, di
tengah-tengah pesta yang diadakan di pantai yang sangat indah terdapat puluhan
anak muda yang sedang merusak dirinya akibat kurangnya moral yang ditanamkan ke
dalam budi pekerti mereka sejak kecil.
penulisan nama daerah " Tasik Malaya " yang benar " Tasikmalaya"
BalasHapusketika menulis "Rp". tidak usah di tulis juga tanda ",-" karena sama-sama mengandung arti rupiah. jadi pilih salah satunya saja.
Terima kasih komentarnya :)
BalasHapusZaky perhatikan juga penggunaan kata baku, huruf kapital, dan penulisan di sebagai preposisi (kata depan). Judulnya, sudah menjanjikan tinggal mengolah isinya agar tulisan yang panjang ini tambah greget.
Terima Kasih Bu Novi dan Muamalat Fighters atas komentarnya. Ke depannya pasti akan saya lebih perbaiki lagi.
Hapus