DESKRIPSI BERBAGAI KEJADIAN DALAM WAKTU YANG LAMA
EMIR RAMADHAN
1113046000071
GERBANG UTAMA JATIWARINGIN
Aku berangkat ke kampus dari rumah sekitar pukul setengah 6
pagi. Bersama adikku yang juga akan berangkat sekolah, matahari masih malu-malu
untuk menunjukkan sinarnya. Membuat hawa dingin mengelus kulit menguasai
keadaan.
Kami selalu melewati gerbang depan perumahan Jatiwaringin
Antilope tempat dimana aku tinggal, sebuah gerbang akses keluar masuk utama
menuju beberapa perumahan di dalamnya. Gerbang ini berada di salah satu jalan
diantara dua jalan berukuran 6 meter yang baru di cor dengan semen, berbeda
dengan jalan di ujungnya yang juga berukuran sekitar 6 meter, tetapi jalan
tersebut di aspal dengan beberapa lubang yang berukuran sedang hingga besar,
yang seringkali membuat macet karena lubang tersebut menghambat laju kendaraan
yang melintas. Dua jalan yang sejajar itu dibatasai dengan sebuah sungai buatan
yang mengalir ke arah perumahan. Di sisi jalan yang bersebrangan dengan sungai
buatan tadi, ada sebuah minimarket yang terletak di pertigaan, disampingnya ada
pusat kebugaran, salon, dan beberapa ruko dengan tuisan dijual atau disewakan
dengan cat berwarna hijau. Gerbang ini ditandai dengan dua buah portal di kiri
dan kanan jalan, dengan cat berwarna hitam putih yang sudah sedikit pudar,
diatasnya terbangun gapura berwarna dominan abu-abu dan putih. Diatas sungai
buatan tersebut diabngun pos kemanan berwarna putih.
Aku melewati gerbang itu tanpa hambatan, sempat kulihat
satpam shift malam sedang membawa kopi panas dengan wajah yang terlihat masih
sedikit mengantuk, juga beberapa manula yang sedang berolahraga kecil,
memanfaatkan suasana pagi hari yang masih sejuk. Minimarket, pusat kebugaran
dan salon di sisi jalan masih tertutup rapi dengan teralis, begitupun juga
dengan pasar kecil yang berada 10 meter dari gerbang, hanya ada beberapa toko
yang baru sibuk menyiapkan dagangannya. Jika masih jam segini, belum ada
antrian kendaraan yang hendak keluar perumahan. Biasanya antrian kendaraan
mulai terlihat ketika sudah memasuki jam 6. Dan akan semakin parah jika pasar
sudah mulai ramai pembeli. Tak ada lagi hawa dingin sejuk pagi hari, yang ada
hanyalah polusi dari asap kendaraan yang berjalan pelan melewati lubang lubang
jalanan yang tak kunjung dibetulkan.
Sekitar pukul 12 siang aku sudah pulang ke rumah, memang
hari ini aku hanya ada dua mata kuliah.
Sebelum pulang ke rumah, aku sempatkan membeli makanan yang dijual di
halaman depan klinik, tepat di depan gerbang perumahan. Sambil menunggu,
kulihat keadaan sekitar cukup ramai. Panasnya matahari membuat sebagian orang
yang sedang melintas memicingkan matanya karena silau. Tukang parkir yang
bertugas di pasar sedang membantu mobil yang hendak keluar pasar, dan membuat lalulintas menjadi
sedikit macet, karena jalan yang cukup sempit untuk jalur dua arah, kemudian lancar kembali ketika
mobil itu akhirnya berhasil keluar dari pasar. Kendaraan tadi berbelok
ke arah gerbang perumahan. Membuatku terfokus pada minimarket, pusat kebugaran,
dan salon yang berada di sisi jalan. Teralis besi yang tadi pagi tertutup, kini
terbuka lebar. Beberapa pria berbadan kekar keluar masuk dari pusat kebugaran. Banyak pula yang keluar masuk dari
minimarket. Tak lama makananku
siap dan aku bergegas pulang. Sempat kulemparkan senyuman termanis ke satpam
yang sudah berganti tugas dengan satpam yang kulihat tadi pagi, dan dibalas
dengan senyuman yang tak kalah manis pula.
Ketika hari
beranjak sore, langit yang tadinya berwarna biru bercampur putihnya awan
sekarang berangsur berubah menjadi oranye dengan campuran warna biru tua.
Sedikit sulit untuk menggambarkan indahnya langit sore itu. Melihat cuaca yang
mendukung, aku berniat untuk menemui
temanku di daerah Rawamangun. Kembali aku melewati gerbang utama perumahan.
Kali ini situasinya berbeda jauh dengan siang tadi, kondisi jalanan mulai padat
mungkin karena sudah waktunya jam pulang kantor. Mobil-mobil mulai memadati
jalanan menuju gerbang utama. Pergerakan mereka bertambah sulit karena ada
angkot yang berhenti pas di pertigaan,
menunggu penumpang yang setengah berlari kearah angkot tersebut. Ditambah lagi dengan
motor-motor yang menyelip sana-sini seolah tak ingin mengalah. Sungguh kondisi
yang semrawut. Debu akibat asap kendaraan yang menumpuk ini sedikit menusuk
mata. Setelah melewati lubang-lubang jalanan, kutolehkan sedikit pandanganku
kearah pasar. Para pedagang, mulai menutup tokonya, kendaraan yang terparkir
tidak lagi sebanyak pagi tadi. Mungkin hanya kendaraan para pemilik toko yang
berdagang di pasar ini.
Aku bertamu
di rumah temanku hingga larut malam, mungkin sekitar pukul sebelas malam.
Teguran ayahku yang menusuk hati akan menjadi makanan penutup ketika aku sampai
dirumah nanti. Karena kondisi jalanan yang sepi membuatku semakin memacu
motorku menembus dinginnya malam yang tetap terasa walaupun aku sudah memakai
jaket yang cukup tebal. Kondisi pasar sudah benar benar sepi, begitupun klinik
yang letaknya di depan gerbang, penjaja makanan di depannya pun sudah tutup
semua, barisan minimarket, pusat kebugaran, dan salon sudah kembali rapat
tertutup teralis besi. Suasana benar benar hening, seolah tidak ada kehidupan.
Lampu penerangan jalan yang hanya memberikan cahaya seadanya pun tidak mampu
memecah keheningan malam itu. Kubelokkan motorku melewati gerbang utama. Portal
gerbang sudah tertutup, hanya menyisakan sedikit jarak yang hanya pas untuk motor.
Seorang satpam yang sudah kembali berganti dengan satpam siang sedang duduk di
depan pos jaga dengan rokok diantara jemarinya, tak ketinggalan segelas kopi
hitam di meja depan. Kupelankan laju motorku, lalu kubunyikan klakson pendek
sebanyak dua kali, kemudian dibalas dengan lambaian tangan oleh si satpam.
Esok pagi, aku bangun sedikit terlambat. Karena ceramah
ayahku yang durasinya lumayan lama. Pagi itu, aku berangat dari rumah sekitar
jam 6. Matahari mulai terasa hangat. Tidak ada lagi orang-orang tua yang hendak
berolahaga pagi, yang ada hanya kepadatan lalu lintas seperti hari kemarin, di
pintu gerbang utama Jatiwaringin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar