Nama : Imam Gunadi
NIM : 1113046000018
Suasana Malam Didepan
Kontrakan
Pukul 10.00 WIB disuatu malam di teras kontrakan temanku, terlihat
bulan purnama yang bersinar terang menyinari malam yang gelap. Dimalam yang
gelap dan berhawa dingin tetapi ramai, terdengar suara pak Dede seorang
pedagang siomay melantunkan suaranya yang unik untuk menarik pelanggan
disekitar kontrakan. Terlihat beberapa sosok orang yang menghampiri pak dede
untuk merasakan kenikmatan siomaynya, dan termasuk akupun ikut menghampiri pak
dede untuk merasakan kenikmatan siomaynya.
Terdengar suara gemericik suara penggorengan siomay sampai terlihat
minyak yang berloncat-loncatan dan terlihat juga asap yang ber-aroma siomay
yang direbus didalam panci. Kulihat pak dede mulai memotong-motong siomaynya
menggunakan pisau sekaligus garpunya. Kuambil sejumlah uang dikantongku untuk
membayar siomaynya. Kurasakan rasa siomay yang begitu gurih dengan bumbu kacang
yang ditaburi saus pedas dan kecap.
Lima menit kemudian, datanglah pak komar si pedagang nasi goreng
dengan gerobak bututnya. Lalu mulai terdengan gesekan spatula khas pedangang
nasi goreng. Lalu mulai tercium oroma nasi goreng yang menusuk hidung hingga
membuatku terbatuk-batuk.
Satu jam kemudian pedagang-pedagang didepan kontrakan pun mulai
bepergian untuk mencari tempat yang lebih ramai atau pulang kerumah
masing-masing jika dagangannya sudah laku atau habis.
Terlihat tetangga kontrakan disamping kanan sudah mulai mematikan
lampunya untuk beranjak tidur, dan terlihat tetangga disebelah kiri yang ramai
karena dikunjungi teman-temannya, dan terdengar petikan suara alat musik gitar
yang merdu sampai membuatku terasa mengantuk sampai menguap.
Terlihat kelalawar-kelalawar yang bergelantungan diranting pohon
jambu didepan kontrakan, kemudian terlihar se-ekor burung kutilang milik
tetangga yang tidur dengan menyembunyikan kepalanya didalam sayapnya. Tak kalah
saing dengan kelalawar-kelalawar dan burung kutilang, suara-suara jangkrik yang
berirama bagaikan paduan suara. Angin mulai berhembus kencang sampai menusuk
tulang rusukku, hingga kupakai jaket tebalku untuk mengatasi hembusan angin
yang sangat dingin.
Seiring berjalannya waktu, satu persatu lampu-lampu kontrakanpun
padam dan jalanan didepan kosan-pun lama-kelamaan menyepi. Kulihat beberapa
sosok orang yang berpatroli disekitar kampong untuk menjaga keamanan serta
kenyamanan saat tidur. Kulihat dan kudengar mereka mulai memukul-mukulkan
kentongannya untuk memanggil teman-teman yang ditugaskan berjaga malam,
satu-persatu orang menghampiri sekelompok orang yang berpatroli. Tidak lama
kemudian mataku pun mulai berair dan berwarna merah saat melihat cermin yang
tergantung didepan kontrakan, mulut yang mulai menguap dan tubuh yang terasa
begitu lemas. Kelangkahkan kakiku menuju kamar tidur, lalu ke aktifkan jam
alarm dikamarku dan kutarik selimutku, kutatap kedepan jendela dengan tubuh
yang sudah berbaring, masih terlihat bulan purnama yang begitu terang dan
diselimuti awan tipis yang melewatinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar