Kamis, 09 April 2015

Ruang 3.3.14



EMIR RAMADHAN
1113046000071


Ruang 3.3.14

                Pagi itu, adalah pagi yang menegangkan. Setelah berkutat di jalanan Jakarta yang macet sampai juga aku di kampus. Karena masih di minggu-minggu awal pekuliahan, aku masih belum hafal betul jadwal dan ruangan perkuliahan. Dengan cepat aku bergegas menuju gedung fakultasku, Fakultas Syariah dan Hukum. Sadar betul bahwa aku sudah terlambat.
                Sambil menunggu lift turun ke lantai dasar, aku melihat kembali jadwal perkuliahan yang telah kusimpan di handphone. Ketika aku melihat bahwa ruangan ku berada di 3.3.14 aku merasa rugi berdesak-desakkan menunggu lift hingga turun ke lantai dasar, karena ruangan itu terletak di lantai 3. Hanya naik dua lantai dari lantai dasar, dan akan sampai lebih cepat jika dibandingkan dengan aku yg sekarang sedang menunggu lift.
                Tanpa membuang banyak waktu lagi, aku segera berlari menuju ke lantai 3.Tidak  sulit menemukan ruang 3.3.14, selain karena setiap ruangan sudah diberi papan ruangan, aku sudah hafal betuk letak ruangan itu. Letaknya tepat disamping mushallah lantai 3. Dengan kecepatan level mahasiswa sayang absen, aku sudah sampai didepan ruang 3.3.14. Kuraba halus pintu kayu ruangan tersebut sembari mengatur nafas. Sedikit  kuarahkan mataku melongok kedalam ruangan melalui kaca usang yang terlihat seperti sudah lama tak dibersihkan, diantara pintu kayu yang sedaritadi kuelus tanpa sebab.
                Karena kupikir situasi yang aman, dengan santai kubuka pintu ruangan sambil melangkah santai menuju kursi terdepan, kursi yang tersisa untuk mereka yang terlambat. Baru beberapa langkah dari pintu, akupun tersadar kondisi kelas menjadi hening dan semua mata tertuju padaku. Kurasa ada yang salah, kulirik mataku ke kiri, melihat kearah meja dosen yang terletak di pojok kelas. Lirikanku disambut dengan tatapan tajam dalam diam sang Dosen yang duduk rapi di kursi Dosen. Posisi itu memang tidak terjangkau kaca pintu tadi.
                Dengan penuh keberanian, aku berjalan menuju meja dosen dengan maksud meminta maaf karena sudah datang terlambat. Sinar proyektor sesaat menyorotku ditengah perjalanan, seakan menegur halus diriku. Dengan santun aku memohon maaf atas kesalahanku. Desir angin dingin dari dua AC yang terletak di jendela yang mengarah keluar, menambah kesan tegang pagi itu. Permohonan maafku diterima dan dibalas dengan sindiran halus oleh dosenku, disambut gelak tawa dari 49 mahasiswa lainnya.
                Dengan cepat aku melangkah menuju kursi yang berada paling depan, satu satunya kursi yang tersisa, terletak di depan lemari ukuran tanggung di depan kelas. Segera kukeluarkan buku catatanku, untuk mencatat materi kuliah di papan tulis. Dalam hati aku berjanji, tidak akan mengulangi kesalahanku pagi ini.
               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar