DESKRIPSI BERBAGAI KEJADIAN DALAM WAKTU YANG LAMA
DIMAS AULIANTORO
1113046000032
MERIAHNYA STADION GELORA BUNG KARNO MALAM ITU
Tepat
pukul lima sore, aku dan dua orang temanku tiba di salah satu stadion terbesar
di Indonesia yang terletak di Jakarta untuk menyaksikan pertandingan sepak bola
antara Indonesia u19 melawan Korea Selatan u19. Begitu sampai pintu masuk parkiran,
kami harus membayar karcis parkir sebesar Rp.5.000 untuk bisa masuk ke dalam
stadion. Sesampainya di parkiran motor, aku melihat tempat parkir sudah
dipenuhi oleh motor-motor yang telah tiba terlebih dahulu dan terlihat juga
banyak ditanami pepohonan, udaranya pun terasa sejuk dengan angin yang tertiup
pelan. Karena masih banyak motor-motor yang sedang mengantri agar dicarikan
termpat parkir oleh tukang parkir di stadion itu, kami pun ikut mengantri agar
dicarikan tempat parkir. Setelah setengah jam menunggu akhirnya kami
mendapatkan tempat parkir di dekat pohon beringin yang sudah lumayan besar.
Begitu
turun dari sepeda motor, kami langsung bergegas menuju pintu gerbang pertama
untuk membeli tiket. Sesampainya di pintu gerbang pertama, kami harus menunggu
antrian untuk dapat masuk, karena pintu gerbang tidak dibuka sepenuhnya.
Disekelilingku terlihat orang-orang membawa atribut seperti bendera, spanduk,
syal dan tidak jarang juga ada yang melukis mukanya dengan cat yang berwarna
merah dan putih.. Setelah aku dan temanku dapat memasuki pintu gerbang pertama,
kami langsung disambut oleh sederet pedagang-pedagang atribut timnas Indonesia
seperti baju, syal dan pernak pernik tentang timnas Indonesia berjejer rapih di
samping kanan dan kiri. Tidak lama setelah itu, aku mendengar suara
sorak-sorakan dan bunyi gendrungan drum pendukung Indonesia yang sangat ramai
dari dalam stadion. Aku pun semakin bersemangat dan tidak sabar masuk ke dalam
stadion untuk menyaksikan pertandingannya. Kami pun langsung menuju loket
penjualan tiket karena takut kehabisan, jalan kami pun tidak bisa cepat karena
begitu ramainya orang yang ingin membeli tiket atau orang yang ingin menuju ke
pintu gerbang kedua. Jarak antara pintu gerbang pertama dan loket penjualan
tiket sekitar 100 meter dan pintu loket berada tidak jauh dari pintu gerbang
kedua. Setelah hampir sampai loket, terdengar calo tiket mengatakan bahwa tiket
sudah habis di loket, mereka pun menawarkan harga tiket yang lebih mahal dari
harga aslinya. Setelah sampai di loket, ternyata masih banyak yang mengantri
dan antriannya tidak terlalu panjang karena ada tiga loket yang dibuka dari
lima loket yang ada. Aku dan teman-temanku pun langsung ikut mengantri. Dari
kejauhan, aku melihat masih banyak tiket yang tersedia di loket tersebut.
Langitu
pun sudah mulai gelap dan angin yang berhembus petang itu sangat kencang
seperti ingin turun hujan. Setelah mendapatkan tiket di kelas kategori tiga
dengan harga sebesar Rp.50.000, kami langsung menuju pintu gerbang kedua yang
terlihat seperti gerbang-gerbang istana yang dijaga oleh aparat kepolisian yang
bertugas untuk memeriksa penonton yang membawa tiket atau tidak. Setelah masuk
ke pintu gerbang kedua terlihat banyak sekali orang-orang yang masih berada
diluar stadion dan sedang mencari-cari pintu masuk loket sesuai tiket yang
dibelinya. Tidak jarang juga ada yang mengelilingi stadion hanya untuk mencari
loket masuk. Seperti halnya aku, mereka nampak sangat antusias menonton
pertandingan di malam Minggu ini. karena ini pertandingan yang sangat
menentukan peluang timnas Indonesia lolos atau tidak menuju putaran final Piala
Asia. Aku dan teman-temanku akhirnya sampai di pintu 7, pintu masuk untuk tiket
di kelas kategori 3, kami pun mengantri untuk masuk ke dalam stadion karena
begitu ramai orang yang membeli tiket kategori 3 dibanding kelas VIP dan VVIP. Pada saat kami ingin masuk ke dalam stadion,
tiket kami di periksa lagi oleh panitia-panitia pertandingan, tas-tas kami juga
ikut diperiksa karena tidak boleh membawa botol minum ke dalam stadion. Setelah
aku dan teman-temanku selesai diperiksa oleh panitia, kami langsung menuju ke
kategori 3 yang berada di lantai tiga stadion Gelora Bung Karno.
15
menit sebelum pertandingan dimulai, aku dan teman-temanku tiba di dalam
stadion, tepatnya di kategori 3, dari dalam terlihat isi stadion yang sangat
megah dan semua tempat duduk di isi penuh oleh penonton, ada yang datang dengan
keluarganya, temannya, pacarnya, bahkan ada pendukung yang jauh-jauh datang
seperti dari Malang, Solo, dan masih banyak lagi dengan membentangkan spanduk
yang dibawa dan di ikat dipagar pembataas lapangan dan bangku penonton. Kami
pun langsung mencari tempat duduk yang masih kosong, dan tidak lama kami
langsung mendapatkan tempat duduk yang berada paling atas. Hembusan angin
sangat terasa olehku, muungkin karena aku dan teman-temanku berada paling atas
dan hujanpun sudah mulai turun. Kami pun tidak terkena hujan karena stadion itu
ditutupi oleh atap yang besar di atasnya.. Sorak-sorakan dan nyanyian yang di
barengi dengan bunyi drum telah dimainkan saat aku sampai di dalam stadion,
ternyata kedua kesebelasan sedang melakukan pemanasan yang di pandu oleh
pelatihnya masing-masing. Aku pun semakin bersemangat dan ikut menyanyikan
yel-yel yang memang sudah sangat familiar di telinga pendukung sepak bola
Indonesia. Tidak lama setelah itu, kedua kesebelasan masuk ke dalam kamar ganti
untuk bersiap memulai pertandingan.
Tepat
pukul tujuh, aparat polisi memasuki stadion, berbaris disisi lapangan dan
menghadap kearah penonton untuk mengawasi kerusuhan yang mungkin timbul.
Setelah itu kedua kesebelasan memasuki lapangan diiringi oleh Fifa Nasional Anthem. Kedua tim langsung
berbaris dan bergantian menyanyikan lagu kebangsaan negaranya masing-masing.
Pada saat lagu Indonesia Raya berkumandang, stadion terasa bergetar karena
semua penonton menyanyikannya dengan sangat semangat. Saat pertandingan baru
dimulai, terlihat banyak kembang api yang dinyalakan oleh suporter-suporter
yang ada di stadion itu untuk memeriahkan isi lapangan. 45 menit pertama pun
selesai dengan kedudukan imbang 0-0, hujan pun masih mengguyur lapangan. Aku
dan teman-temanku merasa haus karena sepanjang pertandingan kami tidak
henti-hentinya bernyanyi dan bersorak-sorak sambil berdiri, bahkan bangku yang
tersedia seakan tidak berguna, karena hampir semua penonton menonton dengan
posisi berdiri. Ternyata di dalam stadion ada pedagang minuman keliling, aku
langsung memanggil pedagang itu dan membeli dua botol minum. Setelah itu kedua
tim kembali memasuki lapangan yang sedikit tergenang air untuk melanjutkan
babak kedua. Wasit langsung meniup peluit babak kedua menandakan pertandingan
telat dimulai, hujan yang dari tadi turun lumayan deras, sekarang berubah hanya
gerimis-gerimis kecil, udara malam itu juga terasa dingin sehingga tidak
menyurutkan semangat penonton untuk terus mendukung timnas Indonesia. Pada saat
menit ke-90 pertandingan diperkirakan terjadi imbang, tenyata Evan Dimas
membuat goal, seketika seluruh isi stadion langsung bersorak seolah-olah rasa
lelah yang selama 90 menit berteriak terus menerus hilang dan semangat langsung berkobar
kembali. Tidak lama setelah goal terjadi, peluit panjang ditiupkan oleh wasit
dan menandakan pertandingan telah selesai. Kembang api langsung mengisi
langit-langit stadion terasa seperti saat pergantian tahun baru yang tiada
henti-hentinya, yel-yel dan suara drum juga semakin kencang bergemuruh.
Setelah
euforia pertandingan malam itu sudah
selesai, aku dan teman-temanku bergegas turun untuk keluar dari stadion, karena
pintu keluar keluar stadion yang hanya muat tiga baris kesamping, maka kami
bersabar antri untuk dapat keluar. Setelah dapat keluar dari stadion, kami pun
langsung menuju parkiran. Pedagang-pedagang yang berjualan di gerbang masuk
satu tadi, terlihat sedang merapihkan dan membungkus barang dagangannya
kembali, dan bersiap-siap pulang untuk pulang. Pada saat keluar gerbang satu,
aku mencium aroma nasi goreng yang langsung membuat perutku terasa lapar karena
banyak tenaga yang dikeluarkan pada saat menonton pertandingan tadi. Akhirnya
aku dan temanku memutuskan untuk makan nasi goring terlebih dahulu karena perut
kami yang sudah terasa sangat lapar. Kami pun menikmati dengan lahap nasi
goreng yang rasanya lumayan enak itu.
Setelah selesai makan, kami pun langsung menuju ke parkiran untuk mengambil
motor. Motor-motor yang tersisa terlihat hanya tinggal beberapa saja mungkin karena
tadi kami terlalu lama saat membeli nasi goreng. Tepat pukul sebelas malam, aku
dan temanku keluar dari parkiran. Karena hari sudah malam, maka kami memutuskan
untuk menginap di salah satu rumah temanku yang berada di daerah Senayan.
Keesokan
harinya pada pukul lima dan langit masih gelap, temanku membangunkan ku bersiap
untuk jogging di area stadion Gelora
Bung Karno. Tetapi, saat kami menuju kesana di pagi ini, gerbang pertama dibuka
dengan lebar, pada saat memasuki gerbang utama terlihat banyak sekali sampah
yang berserakan ditempat yang semalam dijadikan untuk berjualan atribut timnas
itu. Sesampainya di pintu gerbang kedua dan kami langsung masuk tepat di luar
stadion seperti saat semalam mencari loket masuk, karena memang area ini
seringkali dipakai untuk jogging di
hari Minggu pagi seperti ini. tidak lama
kemudian, aku melihat semakin banyak orang-orang yang berdatangan dengan
pakaian olahraga untuk melakukan jogging diluar
tepat diluar stadion yang berbentuk bulat. Matahari pun sudah mulai muncul,
semakin ramai yang melakukan jogging
disitu, bahkan tidak hanya jogging,
ada juga beberapa ibu-ibu melakukan senam dengan musik yang ngebeat dan beberapa penjual minuman dan
es krim sedang menjajaki barang dagangannya sambil menunggu ada pembeli yang datang
di pinggir tempat jogging itu. Setelah hari semakin siang, aku dan
temanku beristirahat dan membeli minum. Setelah selesai beristirahat, kami
kembali kerumah temanku dan aku bersiap untuk pulang kerumahku di Depok.
Mungkin sampai sore atau malam, area stadion itu akan ramai walaupun tidak ada
pertandingan bola, tetapi area itu sering di pakai banyak komunitas berkumpul
disitu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar