Rabu, 08 April 2015

Awaludin 1113046000093



Awaludin 1113046000093
Deskripsi Pengembangan Spasi dan Waktu
SUASANA PAGI DI STASIUN BOGOR
Malam semakin larut waktunya aku menarik selimut karena besok aku harus berangkat pagi ke kampus. Aku berharap aku bisa mimpi yang indah malam ini, namun pada kenyataanya waktu begitu cepat berputar, alarm hp membangunkanku dari tidur nyenyakku. “Kriiiinggggggg” aku bergegas bangun dari tempat tidurku.
            Waktu menunjukkan pukul lima pagi dan udara yang begitu dingin terasa menusuk kulitku, mataku masih terkantuk-kantuk. Aku  pun berbegas menuju stasiun untuk pergi ke kampus dengan menggunakan kereta. Tiba di stasiun aku langsung menuju loket pembelian tiket kereta, ternyata orang yang sedang mengantri untuk membeli tiket kereta sangat panjang antriannya. Tempat duduk berbentuk panjang yang biasanya untuk  menunggu kedatangan kereta sudah  penuh, bahkan banyak sekali yang berdiri untuk menunggu kedatangan kereta Comuterline. Ketika kereta comuterline mulai tiba, mereka semua langsung bersiap-siap untuk berebutan tempat duduk.
Bunyi pengumuman perjalanan kereta terdengar terus “Ting nong . . . ting nong . . . kereta jurusan Tanah Abang tersedia jalur tiga pembarangkatan kereta pukul lima lewat lima menit” jantungku berdebar kencang, rasanya jantung ini mau copot  ketika aku mendengar suara itu, aku bergegas masuk ke dalam kereta dengan susah payah karena saking banyaknya para penumpang. Hati kecilku berkata “Alhamdulillah aku tidak ketinggalan kereta.” Meskipun suasana masih pagi dan matahari pun masih terlelap tidur, stasiun ini sudah ramai dan  banyak sekali orang-orang yang hilir mudik masuk stasiun Bogor, para penumpang kereta dari berbagai kalangan, mulai dari bapak-bapak, ibu-ibu, anak muda bahkan sampai anak sekolah juga sudah berdatangan ke stasuin.
            Kebanyakan dari penumpang, mereka adalah para pakerja  ibu kota, mulai dari bapak-bapak, ibu-ibu, bahkan sampai anak muda. Biasanya kalau ada ibu-ibu yang berdiri dipersilahkan duduk oleh laki-laki yang sudah mendapatkan tempat duduk, namun tidak sedikit juga yang tidak mau mengalah.
Kali ini aku tidak duduk, aku hanya berdiri dan berpegangan sekuat tenagaku. Kakiku rasanya seperti mau copot, pegal, dan maju  mundur seperti jargonnya Syahrini artis yang selalu membuat sensasi, dan tubuh ini mulai lelah seolah-olah aku tak berdaya. Bagaimana tidak, kereta yang aku tumpangi bagaikan kondisi penduduk kota Jakarta yang padat dengan suasana yang panas membahana.
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar