Waduk Jatiluhur
Hari
minggu perjalan menuju waduk Jatiluhur amat lenggang, sekitar pukul sebelas siang saya tiba di tempat tujuan,
sebuah papan bertuliskan wisata waduk jatiluhur langsung menjadi perhatian,
karna itu sebagai tanda bahwa saya dan keluarga
telah memasuki kawasan wisata, mobil terus melaju ke arah pembayaran
masuk, ditempat itu juga sudah tertera dengan jelas keteranga-keterangan tiket
masuk, beserta para petugas yang menghitung jumlah penduduk didalam mobil, saat
kaca mobil dibuka udara panas namun sejuk seperti menyapa kehadiran kami,
setelah membayar tiket masuk tak lama ada beberapa petugas wanita mengenakan
baju berwarna putih dengan jilbab yang menutupi bagian kepalanya yang
menghampiri mobil kami, sambil tersenyum ia menyerahkan beberapa air mineral
dalam kemasan botol kecil dengan logo dan tulisan jatiluhur, sepertinya itu
sebagai salah satu strategi promosi tempat wisata ini.
Mobil
terus melaju memasuki kawasan waduk, jalanan yang tidak berlubang amat membantu
perjalan saya, sesekali kami menjumpai truk mini dikawasan, setibanya didalam
ternyata sudah banyak orang yang mengisi tempat ini, rumah-rumah makan pun yang
berada di sebrang waduk amat ramai pengunjung, namun tak sedikit juga
orang-orang yang hanya duduk menikmati pemandangan, walau saat itu air waduk
sedang pasang.
Perjalanan
kami terhenti di sebuah rumah makan yang cukup luas dengan kegiatan para
pelayan yang sibuk mondar-mandir melayani para pembeli, seorang wanita setengah
baya yang menggendong anak pun menghampiri kami, ia memegang sebuah pulpen, dua
daftar menu dan sebuah buku yang digunakannya untuk mencatat pesanan, namun
badannya tak berhenti bergerak, sepertinya ia sambil mengayun anak wanita yang
digendongnya agar tak menangis. Rumah makan disini nampaknya tidak ada yang
sepi pengunjung, sebab selain pengunjung juga banya para pengamen dan pedagang mainan serta makanan yang berlalu
lalang, bahkan tak jarang yang menghampiri kami.
Hidangan
yang kami pesan telah siap, aroma ikan langsung tercium apalagi nasi yang
disajikan, ia nampak masih panas, membuat perut langsung bergetar. Jam ditangan
sudah menjukan pukul satu siang, saatnya salat di mushola yang terletak
disamping rumah makan, ada penjaga yang menunggu di dekat kamar mandi mushola
disampingnya ada sebuah kotak warna hitam yang bertuliskan 2000 menemani
dirinya.
Udara
didalam mushola agak panas, sebab kipas angin
berdebu yang menempel didinding mati, mukena yang saya kenakan terasa
memiliki bau yang berbeda dan karpet tempat saya sujud memiliki bau yang cukup
menggangu, lantai mushola pun terlihat agak kotor sepertinya belum sempat
dibersihkan.
Disebrang
jalan tempat kami makan terlihat jelas pemandangan waduk, dengan beberapa
perahu kayu disisinya, air yang sedang pasang membuat perahu menjadi tjelas
terlihat, sebab ia menyentuh dataran yang agak tinggi. Saat itu waktu
menunjukan pukul dua siang setelah mengisi perut dan salat, rasanya sia-sia
jika tak menaiki perahu kemudian mengitari waduk. Satu perahu yang kami sewa seharga
200.00 ribu itupun setelah dilakukannya tawar-menawar dengan bapak yang membawa
perahu.
Ketika
kami mengitari perahu udara sedikit mendung, sepertinya hujan akan turun, tapi
tak lama awan cerah menghiasi langit, mesin perahu terdengar amat bising ditelinga,
dikejauhan nampak beberapa perahu dengan layar berwarna putih, kata bapak yang
diperahu mereka sedang mencari ikan yang nantinya akan dijual, tapi terliahat
salah satu perahu layar nampak kecil dari kejuhan serta perahu mereka terus
bergerak terbawa angin, bahkan ada salah satu perahu yang nampak terlihat akan
jatuh sebeb terbawa angin, waduk jatiluhur nampak bersih tanpa sampah, tapi tak
lama terlihat sampah minuman, memang tak banyak tapi itu merusak keindahan.
Tangan saya menyentuh air waduk dan terasa sejuk. Karna penasaran saya mencoba
air itu, ternyata airnya tak asin seperti air laut.
Hari
menunjukan semakin sore saat itu waktu menunjukan pukul empat,saat nya pulang
dan berkemas, namun sebelum kami pulang meninggalkan waduk, pasar ikan adalah
tempat yang wajib dikunjungi saat berkujung, ia terletak di ujung tempat ini,
agak masuk kedalam dan terletak disekitar perumahan warga, saat itu tak ada
tempat yang cukup untuk kami parkir, sebab banyak angkot berwarna merah yang
berdiam diri, tapi saat kami tiba rasa kecewa saat itu nampak dimuka nenek
sebab air yang pasang membuat jalan ditutup dengan beberapa bambu berwarna
coklat yang berukuran agak besar dan pasar ikan tidak buka sebab terendam air,
akhirnya pulang kerumah adalah tujun terakhir kami, dan roda mobil pun kembali
berputar melanjutkan perjalanannya.
Terdapat beberapa kesalahan penulisan: perjalan, jatiluhur, ditempat, keteranga-keterangan, didalam, dikawasan, didalam, sebrang, ditangan, disamping, didinding, Disebrang, tjelas, 200.00 ribu, empat,saat nya, kedalam, dan tujun.
BalasHapusPerbaikan: perjalanan, Jatiluhur, di tempat, keterangan-keterangan, di dalam, di kawasan, di dalam, seberang, di tangan, di samping, di dinding, Di seberang, jelas, Rp. 200.000,00, empat, saatnya, ke dalam, dan tujuan.
siap
BalasHapusJalan cerita dan pengembangan cerita deskripsi sudah bagus. akan tetapi ada beberapa kata yang terasa ganjil ketika dimaknai. seperti kata "mobil terus melaju ke arah pembayaran masuk". Kemudian peletakan tanda baca seperti koma dan titik lebih diperbaiki lagi.
BalasHapusoke,,Terimakasih telah berkunjung dan membaca :)
BalasHapus