DESKRIPSI DENGAN PENGEMBANGAN OBSERVASI MENURUT SPASI
DAN WAKTU
EMIR RAMADHAN
1113046000071
SENJA DI BUDI UTOMO
Setelah melepas
helm dan turun dari motor, kulirik jam di handphone,
waktu menunjukkan pukul 5 sore. Aku
berada di Jalan Budi Utomo, jalan dimana tempat adikku bersekolah berdiri
tegak. Adikku sedang berlatih paduan suara di sekolah sampai jam setengah 6
sore. Berarti aku masih punya waktu untuk beristirahat sekitar 30 menit.
Setelah turun dari motor aku bergerak santai menuju warung kopi yang jaraknya 3
meter dari tempatku memarkir motor. Warung kopi ini terletak di atas trotoar.
Bukan peruntukannya memang, tapi sudah menjadi rahasia umum jika hukum bisa
berubah jika uang yang berbicara, meski tidak mutlak terbukti. Setidaknya hal
ini berlaku untuk warung ini.
Setelah memesan
kopi, aku duduk di luar. Walaupun letaknya di pinggir jalan, warung ini
menyediakan kursi kayu panjang yang sudah usang. Memang tak nyaman, tapi
setidaknya bisa mengistirahatkan badan sebelum berkutat kembali dengan
kemacetan ibukota. Kuambil rokok dari sakuku dan kuhisap cukup dalam,
kuhembuskan perlahan. Asap yang ditimbulkan terbawa angin sore yang lembut
menembus kulit.
Matahari yang
bersembunyi di balik gedung gedung tinggi, seolah beristirahat setelah sibuk
menerangi hiruk pikuk ibukota. Jalan ini memiliki dua jalur, yang satu menuju
senen dan gunung sahari, sedang yag lainnya menuju lapangan banteng. Di barisan
sekolah adikku berdiri ditanami pohon-pohon berukuran sedang tiap 3 meter,
cukup ampuh melindungi pejalan kaki dari sengatan panas matahari saat siang.
Perbedaan signifikan terletak di seberang jalan. Bahu jalannya terlihat tandus,
hanya ada tanaman kecil kecil didalam beberapa pot pemberian dari kecamatan
setempat, dapat kulihat dari tulisan di pot itu yang sudah sebagian tertimpa
oleh pylox hasil aksi corat coret pelajar pelajar tak bertanggung jawab.
Suasana jalan di
kedua ruasnya terlihat sepi dan lancar, terkadang muncul beberapa mobil masuk
dan keluar dari gedung gedung perkantoran di sepanjang jalan. Terlihat agak
tersendat di ujung jalan ke arah senen dan gunung sahari maupun yang menuju
lapangan banteng. Hanya ada beberapa anak SMA yang sedang berbicara kadang
diselingi dengan tawa sambil menunggu angkutan umum yang lewat, atau mungkin
sedang menunggu jemputan. Terkadang, ada beberapa guru yang hendak pulang dari
gerbang sekolah dengan kendaraannya, seraya sedikit bertegur sapa dengan murid
muridnya tadi, sambil bergerak pergi menjauh dari sekolah, kemudian hilang dari
pandanganku setelah berbaur dengan pengendara lain di ujung jalan yang semakin
macet saja.
Beberapa meter
dariku, ada dua tukang sapu jalan sedang asyik mengobrol dengan seorang
pemulung. Si pemulung bersandar di roda gerobaknya yang penuh dengan tumpukan
botol plastik dan kardus, hasil jerih payahnya dari pagi tadi. Dua tukang sapu
jalan duduk bersila di atas trotoar yang kuperhatikan dari ujung ke ujung
seperti baru di cat. Sepertinya tadi siang matahari sangat terik, bisa
kusimpulkan dari kulit mereka yang hitam dan wajah mereka yang penuh minyak dan
keringat, bahkan mungkin handuk lusuh yang bertengger di bahu salah satu tukang
sapu tak akan mampu membersihkan minyak dan keringat di wajahnya.
Semakin sore
warung ini semakin ramai, ada beberapa tukang ojek yang sedang asyik mencari
penumpang dari beberapa pejalan kaki yang lewat. Ada yang sedang mengobrol
dengan temannya, membicarakan masalah kantornya, ada pula beberapa yang diam
saja sambil mengutak atik handphone nya.
Kemudian, ada metromini yang berhenti di depan sekolah, mengambil penumpang
yang sedaritadi menunggu, mereka masuk berdesak-desakkan. Kulihat di dalam
angkot sudah penuh sesak penumpang, tetapi masih saja dipaksa oleh sang kernet,
penumpang diluar untuk masuk. Tak lama kemudian metromini tadi berjalan
perlahan dengan suara mesin yang memilukan, melewati kami yang berada di warung
kopi, meninggalkan asap berwarna abu abu. Seolah seperti diberi aba-aba, kami
semua menutup hidung kami menghindari asap yang ditinggalkan.
Kutengok ke
kanan, adikku setengah berlari menghampiriku. Aku segera membayar kopi yang tadi
kupesan kepada penjaganya yang kusadari telah berganti orang. Mungkin ia yang
akan menjaga dari sore hingga pagi nanti. Setelah berbicara sebentar dengan
adikkku, kami pun bergegas pulang ke rumah karena senja sebentar lagi akan
segera berganti malam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar