Kamis, 30 April 2015

Awaluddin 1113046000093



Awaludin
1113046000093

Aku Hanya Ingin Melakukan Apa yang Kalian Lakukan.
Namaku fikri, usiaku baru 21 tahun, paras wajahku sangat memukau sehingga tidak sedikit wanita yang jatuh hati padaku, aku kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri di Jakarta semester 4, aku tinggal di rumah kontrakan yang deket kampus, pemilik kontrakan tersebut bernama Ibu Ida. Maklum lah, tempatku jauh di Semarang. Dua tahun sudah aku tinggal dirumah kontrakan nya ibu Ida.
Rumah kontrakan ini terdiri dari tiga kamar, dan kedua kamar yang lain juga sudah terisi oleh dua mahasiswa yang kuliah di Perguruan tinggi yang sama denganku, Doni dan Galang adalah penghuni kamar tersebut. Aku tidak terlalu akrab dengan mereka, Bahkan bercengkerama pun jarang berbicara juga hanya seperlunya saja. Sikap jahil dan tidak suka mereka sering saya dapati di sini.
Pada hari minggu pagi, sekitar jam setengah 6, suara pintu kamarku berbunyi. “tuk..tuk..tuk.. fik..” suara yang tidak asing itu memanggil namaku. Aku pun segera membuka pintu kamarku.
Doni : “Pagi fik, loh mata kamu biru sekali, kamu pakai softlene yah? hahaha” Tanya Doni dengan nada meledek bersama galang di sampingnya.
Fikri : “Eeh, tolong dijaga yah omongannya” Fikri tidak terima.
Doni : “Hahaha, udah, tidak usah malu, jelas-jelas mata kamu biru”.
Fikri : (Mengepalkan tangannya seolah ingin menonjok wajah doni yang mengiranya memakai softlene, padahal tidak memakainya).
Doni : “Kenapa kamu? Marah? Mau nonjok? Nih..nih..nih..” (Doni justru menantang Fikri sambil menonjolkan wajahnya yang ia tawarkan untuk ditonjok Fikri).
Galang : “Sudah, sudah, jangan ribut, masih pagi ini. Oh iya Fik, kita Cuma mau ngajak kamu jogging bareng kita aja kok, hayuuu”.
Amarah Fikri pun mulai menurun, dia menghargai niat baiknya yang ingin mengajak jogging bareng. Tak banyak bicara lagi, Fikri pun mengganggukan kepalanya, mengisyaratkan bahwa Fikri setuju dengan tawarannya dan merekapun jogging bareng.

1 Bulan Kemudian
            Kegiatan di Rumah kontrakan bu Ida berjalan seperti biasanya, tidak ada perubahan yang menonjol mengenai kegiatan mereka. Hari itu adalah hari sabtu, kuliah juga libur, dan bersamaan waktunya untuk membayar uang kontrakan bulan ini. Biasanya ibu Ida datang sendiri ke kontrakan ini untuk menagihnya. tidak lama kemudian, sekitar jam 10 pagi, terlihatlah sosok Ibu-ibu yang datang menuju kontrakan tersebut. Ya bu Ida yang datang dan menagih uang kontrakan.
Galang : “Eeh, bu Ida, pasti mau nagih uang kontrakan yah” Tanya Galang lembut.
Ibu Ida : “Iya betul lang, sekalian sama doni juga yah”.
Galang : “Sebentar yah bu saya ambil uangnya dulu sekalian panggilin Doni.
Galang pun masuk ke kamar untuk mengambil uang kontrakan yang akan di bayarkan kepada bu Ida. Setelah mengambil uang tersebut, galang mengetuk pintu kamar Doni, sahabatnya. Setelah di ketuk, keluarlah Doni sembari memegang uang. Doni sudah tahu bahwa bu Ida ada di depan kontrakannya untuk menagih uang kontrakan. Doni dan Galang pun keluar untuk membayarkan uang kontrakannya itu. Dalam perjalannya menuju teras kontrakan yang telah ditunggu oleh bu Ida, mereka berdua melihat kamar Fikri yang masih belum ada tanda-tanda kalau Fikri sudah bangun, padahal bu Ida sudah menunggu diluar untuk menagih uang kontrakan bulan ini.
Galang : “Ini bu uangnya” sambil menyodorkan uang kontrakan bersamaan dengan Doni.
Ibu Ida : “Oh iya, makasih yah, yasudah ibu pergi yah”
Doni : “Loh kok pergi bu? Fikri kan belum bayar uang kontrakan bulan ini” Tanya Doni heran.
Galang : “Iya bu, Fikri masih tidur tuh, sepertinya lagi sakit, soalnya semalam ketika makan malam bareng, wajahnya pucat banget bu” sambung Galang.
Ibu Ida : “Fikri? Huh ngawur kalian, Fikri sudah tidak ada. sudahlah ibu harus pergi, ada urusan lain nih” ibu Ida langsung pergi.
            Ibu ida pun pergi dari kotrakan tersebut. Tapi Galang dan Doni heran akan sikap ibu Ida yang tidak mau menagih uang kontrakan Fikri. Mereka berfikir apa mungkin Fikri sudah pindah dari kontrakan ini pagi buta sekali yah tanpa pamitan, soalnya kemaren Fikri masih ada bahkan sempet makan malam bareng. Karena penasaran, Doni dan Galang pun menuju kamar Fikri untuk melihat keberadaannya, apakah masih ada atau mungkin memang sudah pindah. Di ketuklah pintu kamar Fikri berkali-kali oleh Doni dan Galang, namun tidak ada jawaban. Karena seperti tidak ada orang, mereka memberanikan diri untuk membuka kamar Fikri. Perlahan pintu kamar Fikri di buka, setelah terbuka lebar terlihat sesosok Fikri yang masih terlelap tidur, tidurnya sangat pulas seperti orang yang tidak tidur semaleman. Tapi mereka tidak berani membangunkannya. Doni dan Galang berfikir mungkin Fikri sudah bayar uang kontrakan bulan ini kemaren. Tapi kenapa bu Ida bilang kalau Fikri tidak ada yah?. Tapi mereka tidak mau terlalu ikut campur urusan Fikri dan bu Ida ini.  Setelah itu, Doni dan Galang ke kamarnya masing-masing.
            Malam pun tiba, malam ini malam minggu, dan sudah waktunya makan malam. Doni dan Galang pun makan malam bersama. Tak lama kemudian, pintu kamar Fikri pun terbuka perlahan dan makin lebar, terlihat tubuh Fikri yang keluar dari pintu kamarnya yang menuju meja makan untuk makan malam bersama mereka. Tidak banyak yang dibicarakan dalam acara makan malam tersebut. Hanya beberapa percakapan saja yang mereka lontarkan satu sama lain.
Galang : “Eeh Fik, kamu baru bangun? Wajah kamu makin pucat tuh, sebaiknya kamu pergi ke Rumah sakit besok” Tanya Galang kepada Fikri yang baru datang.
Fikri : (Hanya diam saja, tidak menjawab pertanyaan Galang tersebut yang membuat penasaran Galang dan Doni).
Doni : “Oh iya Fik, tadi ada bu ida kesini, biasalah nagih uang kontrakan Bulan ini, tapi kok kamu tidak di mintai uang kontrakan yah? Terus ketika aku tanya bu Ida agar aku bangunin kamu, dia malah bilang ngawur dan bilang kalau kamu sudah tidak ada, padahal kan kamu ada di kamar masih tidur. Kamu sudah bayar duluan yah Fik?”.
Fikri : “(Hanya menjawabnya dengan menganggukan kepala sambil menikmati makan malamnya).
            Acara makan malam pun usai, mereka semua kembali masuk ke kamar masing-masing untuk beristirahat. dalam lelap nya tidur mereka, terdengar suara ayam yang membangunkan mereka “kukuruyuuuuukkkk”, yang menandakan bahwa pagi sudah tiba. Sekitar jam setengah 6, Fikri bangun dan mengetuk pintu kamar Doni yang bermaksud mengajak mereka jogging bareng.
Doni : “Eeh Fikri, tumben sudah bangun, mau ngajak jogging bareng bukan?” Tanya Doni setelah membuka pintu kamarnya yang diketuk oleh Fikri.
Fikri : (Menganggukkan kepalanya yang menandakan jawaban iya sambil berkata) ”aku hanya ingin melakukan apa yang kalian lakukan”.
Doni : “Yasudah, tunggu bentar yah, aku bangunin Galang dulu, kita jogging bareng, oke” sambil menuju kamar Galang.
            Setelah semuanya siap untuk pergi jogging, mereka pun mulai pergi jogging ketempat biasa. Awalnya mereka berjalan bersama-sama, bahkan bercanda gurau, namun sikap jahil Doni dan Galang terhadap Fikri tetap saja ada, yang terus membuli Fikri. Tapi Fikri dengan wajah pucatnya tidak menghiraukan mereka, Fikri tetap memasang wajah yang sangat datar. Lama-kelamaan Fikri pun berada beberapa langkah di depan Doni dan Galang yang mendahului mereka.
Doni : “Fik, jalannya cepat banget sih? Tungguin kita donk”.
Galang : “Iya Fik, Tunggu”.
Fikri : “Aku hanya ingin melakukan apa yang kalian lakukan” jawab Fikri sambil terus berjalan di depan mereka.
            Doni dan Galang mengejar Fikri yang jauh beberapa langkah di depannya dengan terengah-engah. Dan kepala mereka entah kenapa jadi pusing, sehingga mereka mulai samar-samar melihat Fikri. Tapi mereka terus melanjutkan jalannya untuk mengejar Fikri. Tiba lah Doni dan Galang melihat Fikri dengan samar-samar masuk kerumah tua yang ada di pojok itu, dengan heran sambil terus mengejar fikri mereka saling bertatap muka dan bertanya “Kenapa Fikri masuk kerumah tua itu yah”, mereka pun masuk kerumah tua itu sambil memanggil nama Fikri, namun tidak ada jawaban. Setelah berada di dalam rumah tua itu, mereka bingung karena sepertinya Fikri tidak ada di dalam rumah tua itu, karena mereka juga melihatnya samar-samar. Setelah mereka berfikir bahwa Fikri tidak ada di rumah tua tersebut, mereka hendak keluar, namun saat mereka berada di depan pintu rumah tua tersebut dan hendak keluar, tiba-tiba pintu rumah tua tersebut tertutup dan terkunci sendiri. Mereka kaget dan sontak langsung berteriak minta tolong sambil menarik-narik gagang pintu agar terbuka. Namun semua itu sia-sia, karena sudah hampir setengah jam tidak ada tanda-tanda ada orang lewat yang datang untuk memberikan pertolongan. Doni dan Galang pun lelah dan hampir putus asa. Mereka berdua duduk di depan pintu rumah tua tersebut sambil menangis kecil dan bertanya “Ada apa ini, kenapa pintunya tiba-tiba terkunci sendiri”.
            Rasa lelah dan putus asa sembari duduk di depan pintu yang dibarengi keringat ketakutan di wajah mereka yang berharaf ada orang yang datang untuk membantu mereka keluar dari rumah tua tersebut, terciumlah bau yang sangat menyengat yang datang dari salah satu ruangan di rumah tua itu.
Galang : “Don, kamu mencium bau gak” Tanya Galang sambil menutup hidungnya menahan bau yang sangat menyengat itu.
Doni : “Iya Lang, bau nya menyengat sekali, dan sepertinya bau nya berasal dari ruangan itu” sambil menunjuk keruangan yang ada didepan mereka.
Galang : “Iya benar, ayo kita lihat Don” dengan nada takut dan penasaran.
            Doni dan Galang pun memberanikan diri untuk melihat asal bau tersebut. Dengan takut dan saling berpegangan tangan, mereka mulai mendekati ruangan tersebut, dan setelah sampai didepan ruangan tersebut, di buka kan lah pintu kamar tersebut secara perlahan dengan tangan Galang yang gemeteran. Setelah pintu tersebut terbuka lebar, terlihatlah sekujur tubuh yang mirip dengan tubuh manusia sedang berbaring di atas kasur kamar tersebut, mulai di dekatinya tubuh tersebut sambil menutup hidung menahan bau yang sangat tajam itu. semakin dekat semakin jelas pula bahwa itu memang tubuh manusia yang sedang berbaring menghadap ke arah jendela kamar tersebut. Doni dan Galang pun makin ketakutan dan gemetaran, tapi mereka tetap mendekati tubuh itu untuk melihat wajah orang yang terbaring tersebut. Dengan rasa takut dan saling berpegangan tangan, mereka perlahan mulai dekat dengan wajah tubuh tersebut dan mulai lah terlihat wajahnya. sungguh sangat terkejut mereka ketika melihat wajah orang yang terbaring kaku itu, karena wajah itu adalah orang yang sangat mereka kenal, dia adalah Fikri yang sudah tidak bernyawa lagi. Dengan reflex nya mereka berteriak ketakutan dan lari ke depan pintu rumah tua tersebut sambil menarik gagang pintunya agar bisa terbuka, namun sia-sia.
            Mereka makin bingung dan tidak tahu harus berbuat apalagi, dalam ketakutan tersebut, terdengar bisikan yang membisikan telinga mereka, suara itu tidak asing lagi “Aku hanya ingin melakukan apa yang kalian lakukan” suara Fikri terengar pelan tapi jelas ditelinga mereka.
            Dan tiba-tiba mereka teringat akan satu hal mengenai Fikri. Satu bulan yang lalu, mereka mengajak Fikri jogging, dan meninggalkan Fikri beberapa langkah didepan Fikri sambil membuli nya ditengah jalannya jogging waktu itu. Mereka tidak peduli lelahnya Fikri yang mengejar mereka. Lalu Doni dan Galang bersembunyi dirumah tua tersebut hingga Fikri mengejar mereka kerumah tua itu. Sesampainya Fikri didalam rumah tua itu, Doni dan Galang kembali mengeluarkan sifat jahilnya dengan mengunci Fikri yang sudah masuk kerumah tua tersbut dari luar. Doni dan Galang tidak peduli meskipun Fikri berteriak minta tolong berkali-kali dan meninggalkan Fikri begitu saja. Mereka juga teringat ucapan bu Ida saat bertanya soal uang kontrakan Fikri yang bilang “huh ngawur kalian, Fikri sudah tidak ada”.

Fikri sudah meninggal satu bulan yang lalu di rumah tua itu, saat Fikri dikunci oleh Doni dan Galang. aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar