Minggu, 12 April 2015

Pasar Pagi Bojong Gede


      
Asma Karimah (1113046000055)

    Saya melewati pasar Bojong Gede sekitar pukul lima lewat tiga puluh menit pagi. Hendak berolahraga bersama sahabat. Halaman parkir pasar yang membentang sudah mulai padat dengan sepedah motor dan mobil bak para pedagang sayur, buah, kue-kue kecil, dan bahan-bahan sembako, ada yang sudah siap dengan dagangan ada pula yang masih sibuk menuruni barang-barang dagangannya.
            Para pedagang tampak membentuk dua deretan panjang saling berhadapan di dalam halaman parkir. Pada deretan pertama sebelah kanan dipenuhi dengan para pedagang sembako, buah-buahan dan kue-kue kecil. Pada deretan kedua sebelah kiri dipenuhi dengan pedagang sayur mayur, pedagang ikan, ayam dan tukang jamu. Mereka menggunakan meja kayu besar yang ukurannya tidak terlalu tinggi hanya setinggi dengkul kaki orang dewasa. Ada pula sebagian yang memakai gerobak seperti tukang jamu dan pedagang ubi-ubian dan singkong. Mereka saling menyapa satu sama lain. Terlihat begitu cerah, siap akan menyambut para pembeli.
            Para pedagang sudah siap melayani para pembeli. Hendak merapihkan dagangannya. Padagang ikan dan ayam pun sibuk dengan pisau besarnya ditangan, sedang menajami pisaunya agar mudah untuk memotong ikan dan ayam. Dihalaman parkir, pembersih pasar dengan santainya menyapu halaman dengan siulan yang merdu tak kalah merdu dengan siulan burung di pagi hari ini.
            Pagi ini kelihatan banyak orang yang berbelanja, kebanyakan dari mereka adalah ibu-ibu dan anak gadisnya. Pada deretan sebelah kanan nampaknya tidak begitu ramai, hanya pada pedagang sembako dan kue-kue kecil. Mungkin untuk sarapan pagi. pada deretan sebelah kiri tentu saja ramai dengan para pembeli sayur dan ikan. Terutama para ibu, hendak mencari bahan-bahan masakan yang akan di masak dan di hidangkan untuk keluarga. Mencari sayur dan ikan yang terlihat masih segar dan bagus. Pasar itu tidak terlalu kotor, baunya pun tidak terlalu menusuk pencium, setidaknya tidak terlalu merusak udara pagi yang segar. Para pedagang masih peduli dengan kebersihan, bahkan mereka dengan sendirinya membersihkan sampah yang dihasilkan oleh mereka sendiri.
            Kami duduk di seberang halaman parkir pasar Bojong Gede, duduk di kursi panjang yang di sediakan oleh tukang bubur. Kebanyakan yang membeli adalah para bapak-bapak dan anaknya. Mungkin sebagian dari bapak dan anak itu sedang menunggu para wanita yang sedang berbelanja sayur mayur. Benar saja, salah satu dari mereka ada yang dipanggil oleh seorang ibu dengan tangan yang membawa sayur-sayuran. Bapak dan anak segera berdiri dan menuju kendaraan takut-takut sang putri akan ngamuk jika tidak segera berdiri. Tukang bubur ayam tidak sempat istirahat karena pembeli bubur ayam cukup banyak. Tidak hanya tukang bubur ayam saja yang ramai oleh para pembeli, warung bakso di samping parkir pasar pun mulai kedatangan pembeli. bagaimana bisa di pagi hari perut mereka akan diisi dengan semangkuk bakso, pikir ku, entahlah mungkin bagi sebagian orang cocok-cocok saja.
            Kami pun melanjutkan olahraga pagi setelah perut terisi oleh bubur ayam. Melewati ruko-ruko sederhana di seberang pasar Bojong Gede yang satu demi satu ruko terbuka oleh para penyewanya. Macam-macam pula yang di perdagangkan di ruko. Ada yang membuka warung internet, toko baju, dan berjualan gas dan galon. Pukul 11 ketika kita kembali melewati pasar, para pedagang mulai berkurang. Ada pula yang sedang membereskan barang dagangannya, menaikan dagangannya yang masih tersisa, tidak terlalu banyak. Ada pula yang masih bertahan di pasar dengan dagangannya. Asik mengobrol walau pasar sudah terlihat sepi. Seorang laki-laki yang masih cukup gagah dengan karung yang ia bawa hendak mencari sesuatu di tumpukan sampah, sepertinya ia sedang mencari bekas minuman plastik. Tukang bubur pun sedang duduk santai di bawah pohon rindang dengan tangan yang sedang menghitung uang hasil penjualan buburnya. “Alhamdulillah” katanya, mungkin hasil jualannya laku habis, terlihat dari gerobak bubur yang ia bawa sudah mengosong.
            Matahari nampaknya sudah mulai meredupkan cahayanya. Sepertinya hujan akan datang, terlihat dari awan-awan yang gelap itu. Berbeda sekali dengan cuaca pagi tadi, cerah sekali. Ibu-ibu yang tinggal dekat dengan pasar terburu-buru mengangkat pakaian yang mungkin sebagian dari pakaian itu sudah ada yang kering dan ada pula yang masih lembab. “Yah masih agak basah lagi” katanya. Mimiknya terlihat kecewa dengan langit yang tiba-tiba berubah begitu saja, sulit untuk ditebak. Benar saja beberapa menit kemudian hujan turun, kami segera berteduh ke bawah saung kecil yang biasa di tempati ojek. Tapi entahlah kemana para ojek itu, mungkin sudah pulang ke rumahnya masing-masing atau mungkin sedang mengantar penumpang ke tempat tujuan. Hujannya cukup deras, dilengkapi dengan kilatan yang membuat ku enggan untuk membuka mata. Saat itu perut kami terasa lapar, untung saja dekat pasar ada warung bakso. Langsung saja kami berlari kesana dan memesan beberapa mangkuk dan minuman. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar