Zaima Latifah (1113046000043)
Ketika
ku amati langit sore ia tampak kelabu, matahari pun tak menampakkan dirinya, angin
mulai berhembus menerbangkan dedauan yang tenang, ditambah suara gemuruh dari
langit seperti mengabarkan kepada penduduk bumi, bahwa hujan akan turun. Sore ini ciputat tampak gelap. Angin yang
cukup kencang beberapa kali terhembus, membuat jilbab yang dikenakan para mahasiswi
bergoyang.
Sekitar
pukul tiga lewat empat puluh lima menit sore, hujan turun dengan deras. Aku pun menerobos hujan dengan sebuah
payung berwarna ungu,tapi aku tak bisa menghindari genangan air, sehingga membasahi rok biru yang
ku pakai. Sementara beberapa kegiatan jual beli di samping masjid fatullah
tampak terhenti, karna sore ini hujan turun dengan deras, dan pembeli seperti
enggan untuk berjalan melewati hujan.
Di
seberang jalan sudah ada bus kuning yang siap di tumpangi, tulisan ciputat rambutan
dan 510 itu nampak jelas di muka bus, saat itu jam tangan ku menunjukan pukul
empat sore, tapi langit ciputat nampak gelap seperti malam. Ketika melangkahkan
kaki masuk ke dalam bus, aku mendapat kursi kosong menghadap pintu, sehingga
bisa melihat situasi diluar. Bus yang ku naiki berwarna kuning yang sering
disebut bus sejuta umat, sebab bus itu memang berusaha memasukan penumpang
sebanyak-banyaknya. Tapi langit ciputat sore ini membuat bus yang kutumpangi
tampak longgar, hanya ada beberapa penumpang yang berdiri.
Hujan juga membuat udara di dalam bus terasa
sejuk tak seperti biasa terasa panas dan sesak, bahkan bau aneh yang biasa ku
cium kali ini tidak ada. Mungkin karna letak posisiku yang menghadap pintu.
Sore
ini hujan benar-benar membasahi bumi. Di tambah suara gemuruh yang kecang,
sehingga membuat penumpang langsung terkejut. Bahkan ibu separuh baya yang
berada di sampingku langsung terkejut dan membuka matanya, sebab dari awal
beliau nampak asik dengan dunia mimpinya, mungkin kegiatannya hari ini terlalu
melelahkan.
Memasuki
jalan tol, bus yang kunaiki basah terkena hujan. Sementara pak kondektor sibuk
menarik uang dari tangan-tangan penumpang.
Pada
pemberhentian berikutnya tepat di terminal Kampung Rambutan, hujan yang turun
terhenti, ku lihat jam sudah menunjukan pukul enam lewat, kumandang adzan
maghrib pun terdengar, aku bersama penumpang yang lain harus berpisah, kembali
melanjutkan perjalanan masing-masing, dan bus kuning beristirahat sambil
menunggu giliran bekerja lagi, mungkin ia juga sangat lelah melihat perilaku
para penumpang dan juga supir yang seenaknya.
Jalan cerita, Pola pengembangan kalimat deskripsi, Pemilihan Diksi, dan Penempatan EYD sudah sesuai dan rapih. Pengambilan tema cerita juga menarik. Akan tetapi lebih baiknya, di atas judul diberikan kalimat yang berisi informasi tentang deskripsi apa yang sedang dikembangkan agar para pembaca tidak bingung.
BalasHapuskesalahan penulisan Fatullah
BalasHapusyang benar Fathullah