Senin, 06 April 2015

Di bawah langit sore



Zaima Latifah (1113046000043)
            Ketika ku amati langit sore ia tampak kelabu, matahari pun tak menampakkan dirinya, angin mulai berhembus menerbangkan dedauan yang tenang, ditambah suara gemuruh dari langit seperti mengabarkan kepada penduduk bumi, bahwa hujan akan turun.  Sore ini ciputat tampak gelap. Angin yang cukup kencang beberapa kali terhembus, membuat jilbab yang dikenakan para mahasiswi bergoyang.
            Sekitar pukul tiga lewat empat puluh lima menit sore, hujan turun dengan deras. Aku pun menerobos hujan dengan sebuah payung berwarna ungu,tapi aku tak bisa menghindari genangan air, sehingga membasahi rok biru yang ku pakai. Sementara beberapa kegiatan jual beli di samping masjid fatullah tampak terhenti, karna sore ini hujan turun dengan deras, dan pembeli seperti enggan untuk berjalan melewati hujan.
            Di seberang jalan sudah ada bus kuning yang siap di tumpangi, tulisan ciputat rambutan dan 510 itu nampak jelas di muka bus, saat itu jam tangan ku menunjukan pukul empat sore, tapi langit ciputat nampak gelap seperti malam. Ketika melangkahkan kaki masuk ke dalam bus, aku mendapat kursi kosong menghadap pintu, sehingga bisa melihat situasi diluar. Bus yang ku naiki berwarna kuning yang sering disebut bus sejuta umat, sebab bus itu memang berusaha memasukan penumpang sebanyak-banyaknya. Tapi langit ciputat sore ini membuat bus yang kutumpangi tampak longgar, hanya ada beberapa penumpang yang berdiri.
             Hujan juga membuat udara di dalam bus terasa sejuk tak seperti biasa terasa panas dan sesak, bahkan bau aneh yang biasa ku cium kali ini tidak ada. Mungkin karna letak posisiku yang menghadap pintu.
            Sore ini hujan benar-benar membasahi bumi. Di tambah suara gemuruh yang kecang, sehingga membuat penumpang langsung terkejut. Bahkan ibu separuh baya yang berada di sampingku langsung terkejut dan membuka matanya, sebab dari awal beliau nampak asik dengan dunia mimpinya, mungkin kegiatannya hari ini terlalu melelahkan.
            Memasuki jalan tol, bus yang kunaiki basah terkena hujan. Sementara pak kondektor sibuk menarik uang dari tangan-tangan penumpang.
            Pada pemberhentian berikutnya tepat di terminal Kampung Rambutan, hujan yang turun terhenti, ku lihat jam sudah menunjukan pukul enam lewat, kumandang adzan maghrib pun terdengar, aku bersama penumpang yang lain harus berpisah, kembali melanjutkan perjalanan masing-masing, dan bus kuning beristirahat sambil menunggu giliran bekerja lagi, mungkin ia juga sangat lelah melihat perilaku para penumpang dan juga supir yang seenaknya.

2 komentar:

  1. Jalan cerita, Pola pengembangan kalimat deskripsi, Pemilihan Diksi, dan Penempatan EYD sudah sesuai dan rapih. Pengambilan tema cerita juga menarik. Akan tetapi lebih baiknya, di atas judul diberikan kalimat yang berisi informasi tentang deskripsi apa yang sedang dikembangkan agar para pembaca tidak bingung.

    BalasHapus
  2. kesalahan penulisan Fatullah
    yang benar Fathullah

    BalasHapus