Kamis, 30 April 2015

Tugas Cerpen Bahasa Indonesia (UTS) Fajrialdy Emirushalih (1113046000113)

BANGUNAN HIJAU BERBICARA

Mentari pagi bersinar, kicauan burung pun telah terdengar. Aku bergegas memakai topi kerucut, tanda pengenal, tas karung, dan membawa beberapa balon serta peralatan aneh lainnya yang harus kubawa. Aku berangkat bersama Ayah dan Ibuku. Di perjalanan aku melihat banyak tukang balon berjualan di depan sekolah-sekolah. Sesampainya di jalan masuk menuju sekolah, aku dihalang oleh kakak osis yang sedang bertugas dan berkata “Turun ayo jalan kaki sampai ke sekolahnya ya jangan lupa memakai semua perlengkapan”.
Kelas X berada di lantai tiga, kelasku berada tepat di samping tangga. Aku menaruh tas dan bersiap turun ke lantai dasar untuk mengikuti upacara pembukaan Masa Orientasi Siswa (MOS).  Upacara pembukaan telah usai, aku dan teman-teman seangkatanku diperintahkan untuk kembali ke dalam kelas untuk pemberian materi. Kelasku dimentori oleh Kak Andra, Kak Leony, Kak Azizah, dan Kak Mona. Mereka sangat menyenangkan dalam membimbing kami.
Seluruh kelas yang mengikuti MOS dipersilahkan untuk membuat yel-yel perkelas dan menunjukkan bakatnya di depan kelas lain yang mengikuti MOS. Kebetulan aku yang dipilih untuk menjadi maskot kelasku. Kelasku membawakan lagu Kucing Garong yang lirik diubah. Setelah semua kelas menunjukkan kreatifitasnya, ada demo ekskul yang diperagakan oleh kakak-kakak kelas. Dan ini saat yang dinanti-nanti dimana pengumuman yel-yel terbaik akan dibacakan, jreng…jreng….. kelasku mendapatkan juara pertama. Alhamdulillah, kerja keras teman-teman dan kakak-kakak mentor tidak sia-sia. Acara terakhir ialah upacara penutupan MOS dengan menerbangkan balon sebagai tanda syukur. Dan aku sekarang resmi menjadi murid SMA hehehe.
Keesokan harinya, aku terlambat ke sekolah karena ketika itu cuaca yang sangat dingin membuatku mengabaikan alarm yang berbunyi. Mungkin ini adalah awal mula aku dicap sebagai murid yang selalu terlambat ke sekolah oleh Ibu Sundus. Dia adalah guru Bahasa Indonesia yang disegani oleh guru serta murid-murid. Gaya berbicara yang tegas dan sikap yang berwibawa membuat setiap murid yang telat ketakutan ketika ditegur olehnya. “ Kamu! Kenapa datang ke sekolah jam 8? Kamu tidak tahu jadwal ya?!”, tegurnya. “Saya kesiangan, Bu.”, jawabku dengan santai seperti tidak ada beban. “Kamu anak baru kan? Karena kamu masih anak baru, saya maafkan. Lainkali jangan diulangi ya.”. Akhirnya aku diperbolehkan masuk kelas. Kulihat kelas sudah ramai dan guru yang sedang menerangkan pelajaran seketika terdiam melihatku yang baru masuk kelas. Dia adalah Ibu Widarti, guru yang sangat memberikan kesan selama aku bersekolah disini.
Suatu keadaan yang sangat canggung pada hari pertama masuk sekolah, bahkan di minggu pertama sekolah aku hanya sesekali berbicara dengan teman yang sempat berkenalan denganku ketika MOS. Memang, aku adalah orang yang pendiam, hanya bisa akrab ketika sudah merasa nyaman dengan seseorang. Aku memiliki beberapa sahabat yaitu Satrio, Yusran, Rifky, Eko, dan Bunai. Mereka sangat baik dan kami selalu bersama dalam suka maupun duka. Satrio adalah salah satu yang paling dekat denganku diantara lima sahabat lainnya, karena tiap pekan aku sering main kerumahnya. Sebenarnya Yusran dan Rifky adalah kakak kelasku namun karena dia tidak naik kelas sekarang dia menjadi temanku yang paling lucu, gila, dan bisa dikatakan dia siswa yang sering berbuat kegaduhan. Sedangkan Eko dan Bunai sudah seperti gula dan semut, dimana setiap ada Eko, pasti ada Bunai.
Tahun pertamaku di SMA pun berlalu, belum banyak kenangan suka atau duka yang terjadi. Barulah pada tahun kedua adalah awal permulaan keseruan masa-masa SMA. Mulai dari menggoda adik-adik kelas yang cantik dan menggemaskan, menyebarkan kontak Blackberry Messenger siswi sekolahan lain, sampai bertingkah seenaknya karena sudah merasa jadi kakak kelas, padahal masih ada yang lebih senior dari anak kelas dua. Dan di masa inilah aku melakukan hal-hal nakal yang membuat orangtuaku sering dipanggil ke sekolah. Suatu ketika Ibu Widarti memberikan pertanyaan kepadaku, dan aku menjawabnya dengan kasar. Mungkin ketika itu perasaanku sedang kacau, yang akhirnya aku diberi surat peringatan pertama.
Pada tahun ini pula, aku mendapati kasus yang lebih serius. Aku bersama Satrio, Eko, Bunai, dan Rifky tidak masuk sekolah yang berniat untuk bolos bersama. Yusran yang kebetulan dia tidak sekelas denganku ketika kelas dua pun tak lupa kuajak untuk mengikuti acara bolos bersama kita. Kami bersepakat kumpul di tempat tongkrongan pukul tujuh pagi. Ketika semua sudah berkumpul, aku pun bertanya, “Kemana nih kita cabutnya?,” lalu Yusran menjawab, “Main ps aja, gua tau tempat main ps 3 yang enak.” “Wah ayuk dah, gua belum pernah main ps 3 nih.” , saut Eko. Bunai dan Satrio juga setuju akan rencana nya Yusran. Lalu kami putuskan pergi ke rental ps yang dituju dan bersenang-senang bersama.
Saat kami sudah hampir selesai bermain, tiba-tiba saja terdengar bunyi suara SMS dari hp-ku yang tidak kukenal nomernya. SMS tersebut berisi:
“Ass.Wr. Wb. Fajrialdy, Satrio, Yusran, Rifky, Eko dan Bunai harap datang ke sekolah sekarang juga. Terima kasih.”
Seketika kami kaget, dan berkeyakinan bahwa yang mengirim SMS ini adalah salah satu guru kami. Dengan perasaan was-was, kami berenam terpaksa datang ke sekolah. Sesampainya di sekolah, terlihat jelas Ibu Sundus yang berdiri tegak di lapangan upacara dengan raut muka penuh amarah siap melampiaskan emosinya kepada kami. Setelah satu jam berjemur di lapangan upacara, kami dipanggil oleh Ibu Sundus dan diberikan Surat Panggilan. Itu adalah Surat Panggilan pertamaku yang berarti orangtuaku akan dipanggil ke sekolah untuk mendapat penjelasan dari Ibu Widarti tentang masalah yang telah aku lakukan. Yah, memang hidup itu tidak menyenangkan kalau kita tidak pernah mencoba keluar dari zona nyaman kita.
            Hari-hari pun berlalu, suasana belajar di sekolah yang sedikit membosankan pada akhirnya membawa kita ke hari yang paling indah bagiku, dan bagi teman-teman seangkatanku. Diakhir semester pertama kelas dua ini, bertepatan dengan libur awal tahun baru, angkatanku akan mengadakan Study Tour ke Jogja dan Bali. Sungguh merupakan pengalaman yang tak terlupakan kami semua akan bersenang-senang selama seminggu. Tetapi ketika itu, aku tidak satu bus dengan sahabat-sahabatku. Walaupun begitu, perjalanan kesana tetap mengasyikkan. Bisa dibilang aku dan hampir seluruh teman-temanku sangat jarang mandi ketika melakukan perjalanan baik menuju Jogja, menuju Bali, sampai kembali ke Jogja lagi.
            Di awal perjalanan menuju Jogja, kami mengunjungi Universitas Gajah Mada (UGM). Disana kami bertemu dengan salah satu kakak kelas alumni SMA kami. Setelah dari UGM, barulah pergi ke pelabuhan untuk menyebrang ke Bali menggunakan kapal feri. Sesampainya di Bali, kami mengunjungi berbagai tempat wisata disana. Mulai dari Garudha Wisnu Kencana, Tanah Lot, berbagai lokasi yang menjual souvenir-souvenir seperti Joger Jelek, Khrisna, Pasar Sukowati serta toko-toko lainnya. Dan serasa menyesal bila ke Bali tidak mengunjungi, bersantai, menikmati keindahan di Pantai Kuta. Momen paling terbaik selama perjalanan ini, yang sangat harus didokumentasi kan dengan foto bersama teman-teman. Sudah puas ke Bali, kami pun kembali ke Jogja dan berkunjung ke Toko Perak sebagai penutup Study Tour kami yang takkan terlupakan ini.
            Sebenarnya tidak hanya study tour ke Jogja-Bali saja yang sangat mengasyikkan, banyak acara-acara yang kami lalui bersama. Pada tahun pertama SMA kita sempat study tour ke TMII-Ancol, kemudian mengadakan lomba dan pentas seni setiap tahun ketika Hari Pendidikan Nasional, PGRI, Hari Kemerdekaan, serta mengadakan acara penutup tahun yaitu Reven Cup yang sering mengundang artis-artis seperti Jamika, Tony Q Rastafara, Tangga, The SIGIT, Natta Reza, dan banyak artis lainnya yang ikut memeriahkan acara ini.
Ditahun ketiga atau bisa dikatakan tahun terakhir aku dan teman-temanku berada dimasa-masa indah ini, adalah tahun dengan jadwal kegiatan yang sangat padat. Segala macam persiapan pun kami semua lakukan. Hampir dalam satu bulan sekolah kami selalu didatangi berbagai macam promo suatu lembaga pembelajaran, suatu universitas, dan kami disibukkan tiap harinya dengan pendalaman materi, berbagai contoh soal try out juga menghantui kami. Aku mengikuti salah satu lembaga pembelajaran untuk meningkatkan kemampuanku dan menguatkan mentalku dalam mempersiapkan UN serta menghadapi ujian-ujian PTN yang akan datang. Walaupun pada akhirnya, lembaga pembelajaran yang aku ikuti itu adalah lembaga yang menipu, sampai akhirnya ditutup.
Seakan pengalaman masa-masa indah tak ingin berakhir, ada kejadian lainnya yang takkan terlupa. Suatu hari ketika aku terlambat datang ke sekolah, Ibu Sundus tidak memperbolehkan aku masuk beserta kedua temanku yang telat lainnya. Salah satu temanku memngusulkan ide supaya kita dapat masuk sekolah, yaitu dengan cara memanjat tembok dari sisi belakang sekolah. Kamipun sepakat untuk melakukannya. Tetapi ketika kami berhasil memanjat tembok, karyawan sekolah sudah memergoki, yang kemudian menyerahkan kami bertiga secara paksa kepada Ibu Sundus. Dan pastinya, aku diberikan Surat Panggilan kedua oleh Ibu Widarti. Beruntungnya aku karena masalah ini tidak berkelanjutan panjang, mengingat Ujian Nasional yang tak lama lagi menanti.
            Waktu berjalan terasa sangat cepat, dan tibalah pada saat-saat yang paling menentukan. Masa-masa SMA, ketika sekian banyak cerita dan pengalaman seru, nakal, yang pada akhirnya berujung untuk satu tujuan yang menentukkan nasib kami semua selama menekuni pendidikan di sekolah ini, yaitu Ujian Nasional (UN). Dengan penuh kesungguhan dan keyakinan diri dalam mengerjakan tiap ujian yang dilalui, akhirnya kami mendapatkan hasil memuaskan, angkatan 2013 lulus 100%.

Sungguh perasaan yang sangat luar biasa karena kami bisa mendapatkan kebahagiaan yang nantinya akan menuntun tiap individu dari kami ke masa depan yang lebih baik lagi. Dan memang terbukti, masa-masa paling indah dalam dunia sekolah adalah ketika masa SMA, dimana kita tidak akan pernah merasakannya lagi setelah melaluinya, tetapi dapat mengenangnya dan akan selalu teringat tiap momen berharga yang dialami bersama teman, sahabat, dan guru-guru tercinta. Bangunan kokoh dan berwarna hijau ini sampai kapanpun tidak akan pernah mempunyai mulut, namun akan selalu membuat cerita yang dapat mewakilinya berbicara akan masa-masa indah yang pernah kita alami bersama, kawan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar