Oleh: Elgi Nurfalahi 1113046000067
Pintu sebelah kiri masih terbuka
dan seperti biasanya pintu yang kanan tertutup karena ukurannya yang kecil dan
hanya didisain untuk melengkapi pintu yang besar, dari luar maupun dari dalam
sang pintu terlihat berwarna coklat karena hampir semua pintu di fakultas ini
berwarna coklat, tidak hanya warna, tingginya pun seukuran satu sama lain dan
anehnya di pintu yang bagian kecil sama-sama ada kaca yang berguna untuk
mengintip atau melihat suasana didalam ruangan.
Kaki kanan saya melangkah mengawali
untuk memasuki ruangan ini, seperti biasa pandangan saya tersudut mengarah pada
kursi dosen yang kala ini masih kosong tanpa nahkoda, seketika itu hidung saya
menghirup dalam-dalam udara bernafas karena saya tidak terlambat. Suasana sudah
ramai gemuruh percakapan kawan-kawan didalam, perbincangan berupa berbagai
bidang, keilmuan maupun pengalaman. Kursi-kursi yang berbentuk sama berbaris
berbanjar namun tak beraturan, saya daratkan untuk duduk dibarisan kursi bagian depan, sekitar
lima puluhan kursi bersarang di ruangan ini,dan semuanya kompak berwarna coklat
dari depan sampai depan ruangan.
Rambutnya sudah tidak beraturan dia
melangkah masuk kedalam ruangan, papan tulis tepat membentang lebar percaya
diri di depan, lantainya berkolaborasi dengan lampu yang memamtulkan cahaya
untuk menerangi suasana ruangan, sama-sama putih, lantai, atap, papan tulis dan
rambut bapak dosen ketika itu,tapi putihnya tidak menyeluruh karena lantai yang
terdapat kotoran, papan tulis yang cemong karena peran spidol sebagai rekannya,
dan rambut bapak yang tercampur antara uban dan hitam asli rambutnya. Langkahnya
masih gagah dan kuat berjalan sambil membawa jinjingan hitam beliau menguasai
ruangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar