Dia Si Benalu
Wajah
yang cantik jelita, dengan kulit sawo matang khas indonesia. Tutur katanya
manis seperti madu, bahkan melebihi manisnya madu. Tinggi tubuhnya ideal. Satu
meter enam puluh senti meter. Rambutnya yang panjang terurai, hitam mengkilap,
selalu tersisir rapih. Setiap berjalan wanita cantik itu tampak seperti
model-model yang berjalan di atas cat walk. Kapan saja ia berbicara, apa
saja yang terlontar dari mulutnya itu bagaikan terpaan angin yang membawa ikut
sertakan gula pasir, menjadikan semua teras menjadi sangat manis. Dialah Tita
yang menjadi bahan celotehan karyawan kantor, dimana aku kerja sekarang.
”yang
membuatku aneh dengan sikap dia itu adalah rasa nggak tahu dirinya itu kemana sih??
Dia umpetin dimana sih?? Sampe ngk ada sama sekali rasa ngk tau dirinya itu,
keseel gua liatnya.” begitulah salah satu kometar dari karyawan kantor yang
sempat terdengar ditelingaku.
“karyawan
mana sih yang kuat nahan ngelihat dia yang punya muka seribu dan keras kepala
begitu, apalagi sesama cewek, pasti udah nggak nahan tuh” lagi-lagi komentar
yang terdengar olehku.
Komentar
tentang Tita bisa menjadi sebuah buku tebal, setebal buku statistikku sewaktu
masih kuliah semester empat dulu, kalau saja ada yang mau menghimpunnya,
menjadi buku tebal semua komentar tentang Tita.
Aku
kira wanita lulusan Universitas Padjajaran jurusan Akuntansi itu juga sadar
betul, ia menjadi bahan celotehan karyawan banyak di kantor, khusunya wanita
yang sering juga disebut oleh banyak orang dengan julukan bermulut dua, karna
saking banyaknya bicara dan setelah aku sadari ternyata memang ketika aku melihat
sekelompok pembenci atau haters Tita, ketika sedang mengomentarinya itu
topik pembahasan sangat menjadi-jadi, melibatkan banyak hal yang berkaitan satu
sama lain, membakar emosi bagi para pendengarnya.
Karena
sikapnya yang suka berbicara manis itu, dan trik dia untuk mendapatkan apa yang
ia inginkan sampai mendapatkannya. Sering kali beberapa karyawan sudah terkena
hasutan dari sikap nya yang seperti itu dan lagi ditambahi oleh paras cantik
yang ia miliki, sebagai nilai x untuk menghasut beberapa karyawan di kantor,
khususnya para karyawan laki-laki.
Pernah
suatu ketika, waktu aku baru mengenal Tita. Ia memiliki seorang teman wanita
dan lelaki, Iren dan Doni. Mereka sangat dekat satu sama lain, datang ke kantor
bareng, berkerja bareng, istirahat atau makan siang selalu bareng, bahkan
ketika hendak pulang kerjapun mereka selalu bersama.
Iren
memiliki penghasilan lebih dari dari Tita, karna jabatan meraka yang berbeda
kelas, sehingga membuat Tita kalah dalam penampilan atau lifestyle nya
dengan Iren. Ia seringkali meminjam dan bahkan meminta sesuatu yang ia inginkan
dan dia merupakan salah satu tipe orang yang selalu mendahulukan uang dari
segalanya, itu yang selalu ia katakan. Mendekati rekan kerja yang lain itu
karna ia memiliki tujuan tertentu, selain itu dia tidak akan mendekati
siapapun. Tanpa rasa malu ia selalu berkelakuan seperti itu.
Waktu
istirahat dan jam makan, sebelum iren keluar Tita menghampirinya terlebih
dahulu. Lalu berkata.
“Iren,,
tolongiin aku doong, aku lagi butuh uang banget niih. Nanti kalo honor aku udah
turun aku ganti langsung uang kamu, pliis plis...” rengekan Tita yang membuat
Iren lagi-lagi terkena hasutannya. Tersenyum dan memberikan uang yang ia
maksudkan itu kepada Tita.
Karna
sikap Iren yang sangat baik dan perhatian kepada teman, seringkali ia dibutakan
oleh berbagai sifat-sifat yang dimiliki oleh Tita. Dari situ Tita menggantungkan
hidupnya kepada Iren, Iren yang tidak menyadari akan hal itu seringkali
terpengaruh oleh permintaannya yang mungkin sangat mengganggunya. Diakan teman
ku, kenapa tidak. Bisik hatinya setiap memberikan apa yang ia pinta.
Begitupun
sama halnya dengan Doni, yang selalu diminta bantuannya oleh Tita. Karna Doni
yang menyimpan rasa suka terhadap Tita, dia rela melakukan segalanya untuk
mendapatkan perhatian dan rasa sayangnya Tita. Hal itu menjadi kesempatan Tita
untuk terus meminta bantuan ke pada Doni dalam hal apapun, dan bahkan telah
menggantungkan hidupnya kepada Doni, meskipun Tita tidak meiliki rasa timbal
balik terhadap Doni. Donipun tidak akan menyerah, meskipun sebenarnya Tita
memperbudak dia dengan caranya sendiri, dan Donipun tidak mengetahui akan hal
itu.
Hidup
Tita sangatlah berwarna, karna dia memiliki dua temannya sendiri untuk
dijadikan sandaran hidupnya. Diibaratkan seperti dua pohon yang masing-masing
sudah memiliki biji benalu yang dibiarkan hidup, dibiarkan dan terus berkembang
biak. Kedua temannya pun belum saja menyadari, kasih yang selalu ia berikan itu
bukan kasih yang tulus sebagai seorang teman pada umumnya. Dia lebih
mementingkan diri sendiri dan melakukan apapun yang dia inginkan. Sifat yang
keras kepalanya itu membuat dia tidak akan menyerah untuk mendapatkan apa yang
ia inginkan dengan cara apapun, bahkan dengan cara memakan temannya sendiripun
ia lakukan, hanya karna sifat keegoisan dia terhadap apa yang diinginkannya.
Bagaimana
Iren? Wanita yang ingin memasuki usia 27 tahun itu tampaknya tidak menyadari
dan tidak merasa apa yang telah terjadi dengan dirinya. Ia tetap manis dan
telalu sopan sebagai atasan. Alhi manajemen ini tidak pernah terpancing untuk
terlibat dalam omongan yang menyerempet-menyerempet bahaya. Karana ia terlalu
sibuk dengan tugas pekerjaannya sebagai menejer di kantor kami. Tatipun
senantiasa berada didekatnya.
Sebagai
pengamat, aku tidak dapat meramalkan situasi bagaimana yang akan timbul di
kantor kami berikutnya. Dan ternyata aku tidak cukup pandai analitis dalam mengamati
situasi, khususnya situasi seperti ini. Hana, mahasiswa ABA (Akademi Bahasa
Asing) yang putus kuliah, menanam keyakinan seperti itu dalam diriku. Barang
kali dialah satu-satunya wanita di kantor kami yang tidak terpengaruh atau
terbawa emosi tidak tentu sebab karena akhir-akhir ini terkuaknya siapa Tita yang
sebenarnya.
Gadis
manis dengan lesung pipit dikedua pipinya, terlihat indah setiap ia tersenyum
lebar ini tetap bekerja dengan penuh dedikasi dan berdisiplin, ia sama sekali
tidak berniat bergabung dengan barisan yang terbawa emosi atau calon-calon
anggota barisan itu.
Sebagai
manusia, khususnya sebagai wanita, nalurinya yang tajam. Ia tahu. Bagaimana
sifat Tita yang sangat tidak tahu malu dan keras kepala dan berbuat semaunya
untuk mendapatkan apa yang dia inginkan, dan sudah memperdayakan temannya
sendiri. Itu terlihat sudah sangat menjengkelkan.
Walaupun
dalam bidang pekerjaan Tita termasuk kedalam katagori yang dedikasi dan
berdisiplin, itu karna ia ingin mendapatkan jabatan yang lebih tinggi dan
mendapatkan honor yang lebih tinggi pula, untuk mewujudkan semua keinginannya.
Dari itu dia berusaha sekuat tenaga dia untuk tetap aktif dalam pekerjaannya di
kantor, meskipun sebenarnya kepribadian yang ia miliki sangat buruk, berbeda jauh
dengan perilaku yang ia selalu perlihatkan kepada rekan kerja di kantor kami.
Keesokan
harinya Iren menyadiri akan sikap Tita terhadap dirinya setelah sekian lama
berteman, semua kesadaran nya selama ini sudah tertutupi, terbabi butakan oleh
sikap dan tutur katanya yang manis, hal ini karna ia menyadari ketika ia sudah
terjatuh dalam karirnya dan semuanya sudah dibabat habis oleh Tita yang selama
ini dia anggap sebagai temannya sendiri ternyata menusuknya dari belakang. Hal
ini membuat Iren sangat kecewa dengan sikap dia yang sangat merugikan hidup
Iren itu.
Setiba
Iren di kantor, ia melihat para karyawannya sedang berkumpul sambil
berbisik-bisik dan memelankan suara mereka, takut akan terdengar oleh Iren.
Irenpun dibuat penasaran oleh sikap para karyawan kantornya, dan bertanya.
“ekhm,,
ekhm,, kalian sedang membicarakan apa??” tanya Iren tegas.
“itu
itu mba, Tita itu ternyata seorang benalu yang hanya merugikan dan memanfaatkan
temannya saja.” Jawab salah satu karyawan yang ada di situ.
“kamu
tahu dari mana?” jawab Iren penasaran, karna ia sudah menjadi mangsanya selama
ini.
“taulah
mba, akukan punya kenalan, tetangga kontrakanku. Yah begituu,,, dia sangat
kecewa terhadap apa yang telah dia lakukan terhadap tetanggaku, makanya dia mau
bercerita semua tentang kejelakannya Tita yang telah merugikan tetanggaku itu
mba,,,” jelas karyawannya itu dengan sangat meyakinkan.
Iren
beranjak pergi ke dalam ruang kerjanya, terduduk lemas tercengah dan tak
percaya dengan semua kebenaran akan fakta-fakta itu. Yang membuat ia lebih
kecewa lagi karna mereka sudah berteman sangat lama dan ia baru-baru sekarang
ini menyadari akan jahatnya Tita terhadap dirinya, dan bahkan, mungkin ada
selain aku yang menjadi mangsa-mangsanya. Gumamnya dalam hati sambil
menggenggam kuat tangannya, seraya menyesal dengan semua yang terjadi pada
dirinya.
Sejak
saat iren sudah tidak mau mengenal temannya dulu yang sudah tega perlakukan
Iren seperti pohon yang ditumbuhi oleh biji benalu yang tumbuh dari pohon itu
dan ia membiarkannya tumbuh berkembang sedangkan si pohon itu sendiri rapuh
karenanya, yang mengambil semua nutrisi dan tenaga nya, dan membuat pohon itu
hidup dengan sangat sia-sia, selagi tidak bisa berbunga dan berbuah.
Sifat
benalu: bicaranya yang sangat manis, selalu ada maunya, selalu ingin bersandar pada orang lain,
mempunyai berbagai macam muka (sifat), uang yang selalu di dahulukan, keras
kepala, dan waktu mangsanya sudah terjatuh ia akan mencari mangsanya yang baru.