Sehelai
Daun Singkong
Sudah
sekitar dua jam aku dan empat orang sahabat ku menghabiskan waktu dengan
sekedar berbincang, bersenda gurau, dan berbicara santai di kamar ku yang
memang biasa menjadi tempat berkumpul aku dan sahabat-sahabat ku yang lain.
Sudah tak terhitung lagi sudah berapa kali kami menghabiskan waktu di kamar ku
yang tak terlalu besar ini tapi cukup menampung lima orang sahabat yang
dipertemukan pada saat kami kelas 2 SMA. Kemana-mana pun kita tak pernah
terpisah. Kami sering di panggil sebagai geng
Sehelai Daun Singkong oleh teman-teman kami karena kami berlima selalu
bersama-sama melakukan apapun dan kemanapun seperti hal nya dengan daun
singkong yang memiliki lima jari di tiap helai nya.
Yang pertama Dio, dia merupakan
sosok yang supel, suka sekali mengajak kita pergi ke suatu tempat yang belum
pernah kita kunjungi sebelumnya. Dio juga hobi berolahraga. Terlebih lagi
dengan bola basket. Tak jarang teman-teman perempuan di SMA kami suka dengan kharisma
yang dia miliki. Dia juga memiliki wajah
yang bisa di bilang cukup tampan.
Yang kedua itu Endang. Sebenarnya
nama panjang dia adalah Refandi Armanda. Mungkin banyak orang ketika baru mengenal
dia bingung kenapa dia bisa di panggil Endang. Sebenarnya, Endang itu merupakan
nama orang tua laki-laki dari dia. Dia sudah dipanggil Endang dari saat dia
masih SMP oleh teman-teman sekolah nya. Endang dikenal oleh orang-orang sebagai
lelaki yang playboy. Tidak jarang dia
mengenali ke kami teman dekat perempuan nya yang berbeda tiap bulan. Tetapi
sebenarnya Ia hanya cinta pada satu orang teman kami bernama Meta. Namun Meta
selalu menolak cinta Endang ketika dia mencoba menawarkan dirinya untuk menjadi
kekasih Meta.
Lalu ada Fajar, sahabat kami yang
paling kurus di antara kami ini merupakan teman kami yang sangat suka bermain
futsal. Tak jarang dia terpilih menjadi Player
of the Cup di tiap turnamen yang dia ikuti bersama tim futsal sekolah kami.
Fajar merupakan sahabat kami yang paling
rajin diantara yang lainnya.
Selanjutnya Sofyan, dia merupakan
orang yang memiliki badan terbesar di antara kami semua. Tak jarang juga ia
mendapatkan celaan bercanda dari kami yang menyinggung berat badannya yang
sedikit over itu. Dia merupakan sahabat
yang paling royal diantara kita. Sering sekali dia meneraktir kami makan di suatu
tempat.
Dan yang terakhir itu aku. Aku
bernama panjang Husni Faktullah. Namun orang-orang biasa memanggil nama ku
dengan nama Acing. Jangan tanyakan kenapa banyak orang yang memanggil aku Acing.
Karena aku pun sendiri tak tahu jawaban pasti nya itu apa. Aku mempunyai hobi
yang sama dengan Dio yaitu berolahraga basket. Kami pun menjadi rekan setim
basket di sekolah kami. Namun kami menjadi musuh ketika kita sedang mengikuti
kejuaraan yang membawa nama klub basket kami masing-masing. Tapi hal ini tidak
pernah memecah kami. Karena kami tahu hal-hal yang ada di lapangan tak harus di
bawa keluar lapangan.
“Eh,
apakah kalian tidak bosan? Kita sudah lama sekali disini. Bagaimana kalo kita
pergi?” tanya Dio sembaring memantulkan bola basket ke tembok kamarku.
“Iya
aku bosan. Aku setuju dengan Dio!” jawab aku.
“Kemana?” si Fajar bertanya.
“Sudah,
kalian ikut aku saja. Aku mempunyai rekomendasi tempat kita hang out di daerah Tendean.” jawab Dio
“Berangkat!”
ucap Sofyan dengan semangat.
Sesampainya
disana kami langsung memesan makanan masing-masing. Malam itu tempat makan yang
sedang kami singgahi itu cukup ramai dengan pembeli nya. Membuat kami harus
mengencangkan sedikit suara kami jika ingin suara kami terdengar satu sama
lain.
“Eh,
Aku sedih deh!” ucap Endang yang membuat kami serius mendengarkan apa yang ia katakana
“Kenapa
ndang? Metatidak membalas sms kamu lagi? Bukannya sudah biasa? Kamu tak harus
bersedih lah!” jawab aku sambil meledeki si Endang.
“Bukan
cing bukan seperti itu. Sekarang kita sudah kelas 3 SMA. Berarti sebentar lagi
kita lulus dan berarti kita nanti pasti bakal sibuk dengan kuliah
masing-masing. Kita bakal jarang kumpul-kumpul seperti ini lagi.”
“Jangan berlebihan lah kamu Endang. Kita kan
masih bisa berkumpul seperti ini lagi ketika hari minggu.” bantah Fajar tak
setuju dengan ucapan Endang.
“Eh
jar, tapi aku setuju dengan kata-kata si Endang. Kita pasti akan jarang ngumpul
kaya seperti ini lagi. Setau aku, tugas-tugas yang dikasih dosen ketika kuliah
itu pasti akan menyita banyak waktu kita untuk santai, tidak seperti pada saat
kita SMA. Pasti akan berbeda banget deh. Aku tidak yakin kalo kita bakal bisa berkumpul
sesering ini lagi.” Ucap Sofyan.
Tak
lama kemudian makanan yang telah kami pesan telah datang. Hal ini
memberhentikan sejenak obrolan kami. Tetapi kami tetap melanjutkan obrolan kami
sambil menyantap makanan yang telah kami pesan.
“Oh
seperti itu ya? Aku jadi ikut sedih mendengarnya.” ucap aku sambil memotong
roti bakar yang aku pesan.
“Aku
punya rencana! bagaimana jika setelah kita UN kita pergi ke tempat yang jauh? Ya
hitung-hitung sebagai perpisahan kecil sebelum kita kuliah di tempat yang
berbeda” ujar Dio menawarkan ide nya.
“Ide
yang bagus io! Tapi kemanakah kita harus pergi?” tanya Fajar
“Bagaimana
kalo kita ke Bali? Masih ada waktu 7 bulan sebelum kita UN, aku rasa cukup untuk
kita mengumpulkan duit dulu sebisa kita. Namun ketika duit kita masih kurang,
kita minta tambahan duit ke orang tua kita. Gimana? Setuju?”
“Aku
sih setuju, bagaimana dengan yang lain? Tanya aku sambil mengangguk-anggukan
kepala.
“Sudah,
tidak ada yang boleh tidak setuju. Semua harus setuju!” jawab Sofyan sambil
menghabiskan suapan terakhir dari makanan yang dia pesan
Ujian
Nasional pun akhirnya kita lewati. Dan hari keberangkatan kita menuju Bali pun
semakin dekat. Sudah tak ada yang sabar lagi dengan kepergian kami bersama-sama
menuju Bali. Kami terlihat antusias dan dipikiran kami tiap hari hanya ada
Bali, Bali dan Bali.
Dan akhirnya, hari keberangkatan
kita ke Bali pun datang. Semua bersemangat menjalani hari ini. Dan berangkat
lah kami menuju Bali menggunakan pesawat yang tiketnya sudah kami pesan dari
empat bulan yang lalu.
Sesampai nya disana kami pun
beristirahat di hotel yang sudah kami pesan. Hotel bintang tiga. Tidak masalah
kelas berapa hotel yang kami tempati. Selama kami lalui bersama-sama semua
pasti akan terasa menyenangkan.
Keesokan hari nya kami menuju
destinasi pertama kami yaitu pantai yang sudah terkenal hingga keluar negeri. Yang
dibuktikan dengan banyak nya turis asing yang menikmati indah nya pantai ini.
Setelah dari pantai kami menuju ke
toko pakaian yang sudah amat terkenal yang hanya ada di Bali yaitu Jogger. Di
sepanjang perjalanan kami dari pantai ke toko pakaian Jogger kami melihat pura
kecil yang di atas nya terdapat sesajen. Sesampai nya di Jogger kami membeli
oleh-oleh pakaian untuk keluarga kami masing-masing.
Keesokan hari nya kami menuju ke
Garuda Wisnu Kencana (GWK) untuk menonton tarian tradisi masyarakat Bali. Kami
menonton beberapa macam tarian Bali diantara nya yaitu Tari Barong Tari Kecak,
Tari Belibis dan tari yang lainnya.
“Teman,
Tarian-tarian yang kita tonton tadi menurut ku keren banget deh. Tapi yang
paling menarik perhatian aku itu tari Barong. Ada yang tau gak sih filosofi
dari tari barong itu?” tanya Sofyan
“Iya
emang menurut aku juga tari barong itu yang paling keren. Seperti ini sof
ceritanya, tarian ini menggambarkan pertarungan antara kebajikan (dharma) dan
kebatilan (adharma). Wujud kebajikan dilakonkan oleh Barong, yaitu penari
dengan kostum binatang berkaki empat, sementara wujud kebatilan dimainkan oleh
Rangda, yaitu sosok yang menyeramkan dengan dua taring runcing di mulutnya. Gitu
sof.” ucap Fajar menanggapi pertanyan Sofyan.
“Wow,
kok kamu tau jar? Keren banget!” tanya Endang dengan kagum terhadap Fajar.
“Iya
dong. Siapa dulu? Fajar!” ucap Fajar sambil menyomombongkan diri. Dan kami
semua pun tertawa karena candaan kesombongan yang dia buat.
Tibalah
akhirnya hari terakhir kita berada di Bali. Sebelum menuju bandara kita
menyempatkan diri untuk ke Pantai Kuta untuk hanya sekedar menikmati pantai dan
membuat dokumentasi dengan foto maupun dengan rekaman video.
Pada akhirnya, sampai lah kami di Jakarta
pukul 08.00 malam. Dan langsung saja kami menuju kerumah aku untuk istirahat
sejenak. Ketika sampai dirumah ku, kami pun beristirahat di kamar ku.
“Guys,
makasih ya. Luar biasa! Aku seneng banget sudah bisa pergi ke Bali bareng
kalian. Seru banget. Emang kalian tak ada matinya deh! Aku beruntung bisa
bersahabat sama kalian semua.” kata ku.
“Iya
aku juga seneng banget, tapi disamping kesenangan aku ada kesedihnya juga nih. Kalo
kita udah ke Bali bareng berarti ini menandakan kita sebentarr lagi bakal
pisah. Tak akan lagi kita setiap hari menghabiskan waktu bersama. Di depan sudah
ada perguruan tinggi yang menunggu kita. Setelah ini pasti kita semua punya
kesibukan masing-masing. Dan akan susah banget mengatur jadwal kita untuk
ketemu walaupun hanya 3 bulan sekali.” Ucap sofy sambil mengusap air mata yang
sedikit keluar dari mata nya.
“Yah
jangan ngomong seperti tu dong Sof, pokoknya aku tak mau tahu ya! Tiap 3 bulan
sekali kita harus ketemu bagaimanapun caranya.” Paksa Dio kepada kami.
“Deal!”
ucap aku, Sofyan dan Endang berbarengan.
Sekarang
kami sudah memasuki perguruan tinggi yang kami inginkan masing masing. Aku
sekarang kuliah di UIN Jakarta dan mengambil jurusan Ekonomi Syariah. Dio,
sekarang dia sedang sibuk menjadi ketua Himpunan Mahsiswa Jurusan Sosiologi
UNJ. Sofyan berhasil masuk ke Perguruan Tinggi Universitas Indonesia jurusan
Vokasi. Fajar menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor di jurusan Kesehatan
Masyarakat. Dan Endang sekarang dia kuliah di Universitas Trisakti Mengambil
jurusan perminyakan.
Sampai
sekarang kami masih rutin mengadakan pertemuan tiap 3 bulan sekali di
berbeda-beda tempat dan kami juga masih sering berbincang satu sama lain dengan
group chat di Whatssap. Persahabatan kami tidak akan pudar walaupun kami harus
berpisah pada saat masuk perguruan tinggi. Kami selalu yaki bahwa tidak ada
yang bisa meisahkan kita sebagai sahabat kecuali waktu.
-Selesai-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar