Jelangkung Hello Kitty
Oleh Afni Afida
Detik demi detik berlalu begitu cepat tanpa ku sadari. Satu jam ku lewatkan tanpa ada sedikitpun goresan yang berhasil ku tulis dalam kertas word. Keadaan hati yang tak menentu betul-betul mengganggu pikiranku.
“Woyyyy… bengong aja. Kesambet setan kantin loh Cit,” suara sumbang yang tak asing mengejutkanku. Benar saja suara sumbang itu ternyata dari Bayu sahabatku.
“Iya, nih setannya dateng. Udah deh bay, aku lagi bingung nih. Jangan bercanda ah,” jawabku kesal.
“Ciee langsung tau gitu, kalo aku setan kantin. Jangan kesel gitu dong mukanya,” ujarnya lagi tanpa dosa.
“Iya lah, bau-bau gak enak gitu kalo kamu dateng Bay.”
“Jujur banget ngomongnya. Bingung kenapa sih? Gara-gara lirik lagu pesanan Riski?.”
“Iya nih Bay, Riski nyuruhnya yang happy sih. Aku tuh sekarang lagi galau maksimal, jadi kurang dapet aja dari tadi,” kataku.
“Masih zaman galau?,” ejeknya lagi.
“Iya lah, galau itu hak segala bangsa tau,”
“Proklamasi kemerdekaan kali ah, udah pulang aja yuk,” ajak Bayu.
“Ayo deh, Aku nebeng ya, hehe,” jawabku malu.
“Kapan sih kamu gak nebeng sama aku Cit.” ujar Bayu dengan entengnya dan tertawa.
Aku dan Bayu memang sudah dekat dan bersahabat sejak SMP. Saking eratnya persahabatan kami, bahkan banyak yang mengira kalau kami berpacaran. Tapi itu hanya ditanggapi enteng oleh kami berdua, biasa artis suka digosipin hehe. Aku dan Bayu itu bagaikan peribahasa “ada gula, ada semut” di mana ada aku pasti ada Bayu (kecuali kalau ke wc dan ganti baju ya hehe). Bayu juga yang selalu menemani kesendirianku, dan menghibur kesedihanku dengan tingkah konyol dan kegilaan yang ia buat. Bahkan Bayu lah yang diperintahkan mama untuk menjagaku.
Contohnya saat aku SMP kelas dua, saat itu aku diganggu oleh anak berandal di jalanan, Bayu ada untuk melawannya. Bayu menang? tentu tidak, dia kalah dan menangis lebih kencang daripada aku saat itu. Sampai saat ini aku masih menyalahkan mama, mengapa harus menyuruh cowok cemen macam Bayu untuk menjagaku. Tapi secemen-cemennya Bayu, dia tetap sahabat terbaik yang pernah ku miliki.
Aku dan Bayu juga tergabung dalam satu grup band yang sama, band ini adalah band utama di sekolahku. Aku bertindak sebagai vocalist dan Bayu Lead guitarist. Untuk urusan memetik melodi gitar dan aransemen lagu, Bayu tidak secemen saat dia kalah berantem dengan anak berandal, bisa dibilang Bayu itu jagonya musik. Personil yang lainnya dalam band kami yaitu anak-anak yang satu spesies dengan Bayu. Sama-sama jail, modus, gila, konyol, dan mereka-mereka inilah playboy kelas teri sekolahku. Mereka adalah Riski sebagai Rhytem Guitarist yang hobinya makan bakso tanpa kuah (gak usah tanya alasannya kenapa, hobinya ini memang tergolong aneh), Aldi sebagai Bassist yang kebiasaannya tidur saat pelajaran matematika, dan yang terakhir Acong sebagai Drummer, yang kebiasannya tidak pernah mandi kalau terlambat datang ke sekolah. Dengan mereka inilah aku bisa meluapkan dan mengekspresikan hobiku dalam dunia musik. Terbayang dong bagaimana anehnya, karena hanya aku saja di sini yang masih tergolong manusia normal.
* * *
Ketika aku menyusuri lorong sekolah, tiba-tiba terdengar suara dari sampingku.
“Cit, kita disuruh ikut festival band sama Ibu Gebi,” ujar Acong yang datang tiba-tiba layaknya jelangkung.
“Iya? Kapan koh?,” aku memanggilnya kokoh karena Acong memang keturunan tionghoa.
“Dua minggu lagi Cit, siap-siap aja. Nanti sore kita latihan,” ujarnya dan langsung ngeloyor pergi ke kantin.
Siang ini aku bersama empat cowok yang selalu merasa paling tampan memulai latihan band di studioband sekolahku, karena dua minggu lagi kami akan mengikuti festival band di sebuah cafe yang terletak tak jauh dari sekolahku.
“Bayu mana nih? Biasanya dia yang paling rajin?,” ujarku.
“Tadi sih ada di kantin lagi makan seblak. Ini aku abisin seblaknya, hehe,” ujar Aldi dengan polosnya.
“Langsung mulai aja, Bayu mah tinggal ngikutin aja gampang,” seru Acong semangat.
“Oke sip. Sekarang kita mulai,” kataku.
“Maaf telat,” kata Bayu yang tiba-tiba masuk bersama seorang cewek yang ku tahu itu bernama Anisa.
“Eits ada yang baru dateng, kemana aja bung?” tanya Acong.
“Ciee bawa gandengan, normal juga dia akhirnya,” ujar Riski.
“Lama banget sih, nyasar ke mana dulu?” kataku kesal. Entah mengapa aku merasa kesal melihat Bayu menggandeng Anisa ke studio.
Kontan saja hal itu membuat mood ku untuk latihan menurun. latihan tidak berjalan lancar karena tidak seperti biasanya.
“Yang santai dong Bay, ini minum dulu,” kata Anisa seraya memberikan sebotol minuman pada Bayu.
“Latihan sampe sini aja ya, kepalaku makin pusing nih,” ujarku dengan nada kesal.
Entah mengapa saat aku melihat kedekatan Bayu dengan Anisa hatiku menjadi panas dan amarahku memuncak. Selama persahabatan kami, hal ini baru pertama kali terjadi. Ada apa dengan hatiku saat ini? Mungkinkah ini? Ah sudahlah…
* * *
Mataku tak berkedip melihat penampilannya. Suara yang merdu, sorot mata elangnya yang tajam dan wajahnya yang imut menurutku itu, kini mengalihkan duniaku. Jantungku berdegup kencang saat tak sengaja mata kami bertemu.
“Lagu kedua ini special buat cewek manis berbaju pink di sana, selamat mendengarkan” ujarnya dan menunjuk kearahku. Cubit aku pasti sekarang sedang bermimpi. Oh tidak ini benar-benar sungguhan, ia menunjukku dan kini menyanyikan lagu Sempurna dari Andra and The Backbone khusus untukku, benar-benar cowok romantis.
“Aku Adit, boleh kenalan?,” ujar cowok itu menghampiri dan menjulurkan tangannya setelah penampilannya selesai.
“Cit, eum aku Citra…iya boleh,” jawabku gugup dan menjabat tangannya.
“Kamu ikut festival juga? Tampil urutan berapa?”
“Iya ikut, ini sebentar lagi juga dipanggil. Tadi keren penampilannya,” kataku
“Makasih, kamu juga harus lebih keren nanti di atas panggung. Good luck ya.”
Aku dan teman-teman membawakan lagu dari Avril Lavigne yang berjudul When Your Gone dan Geisha dengan judul Kamu Yang Pertama. Kedua lagu ini cukup sukses dibawakan oleh aku dan teman-teman. Bayu belajar dari kesalahannya saat latihan dua minggu lalu dan justru membuat penonton dan juga juri terpukau dengan permainan gitarnya. Khusus untukku karena efek terpesona oleh Adit, aku menjadi centil di atas panggung dan sangat lepas saat membawakan kedua lagu itu.
* * *
Semenjak pertemuan di cafe sore itu, aku dan Adit semakin akrab dan dekat saja. Meskipun di satu sisi aku masih tetap memikirkan Bayu dan juga Anisa yang semakin hari semakin dekat saja. Tetapi sikap romantis dan baik dari Adit bisa mengalihkan segalanya. Di mataku, Adit adalah sosok cowok yang terlalu baik, kalem, dan misterius. Ideal untuk seorang vocalist cowok yang bisa membuat penasaran para fans.
Rencananya setelah latihan band bersama temanku, aku akan diajak Adit dan band-nya on air di sebuah radio, supaya menambah semangat katanya dengan yakin dan membuatku semakin hanyut terbawa ombak cinta yang sangat deras dan aku tenggelam di dasarnya dengan damai.
“Kok cuma segini yang dateng? Yang lain pada ke mana?” tanyaku pada Aldi dan Acong.
“Riski lagi beli minum, Bayu ngambang ditengah laut gak ada kabarnya,” jawab Aldi dengan entengnya.
“Coba telfon atau BBM dia,” suruhku.
“Gak aktif dari tadi udah aku telfon juga,” ujar Riski yang baru datang.
“Paling dia lagi di jalan, positive thinking aja bro,” kata Acong dengan bijaknya.
. Lagi-lagi Bayu lalai dalam latihan, semenjak kedekatannya dengan Anisa ia menjadi malas untuk kumpul bersama kami, terlebih juga ia jadi semakin jarang melewatkan waktu bersamaku. Anisa benar-benar mengubahnya menjadi pribadi yang berbeda, bukan seperti Bayu pada biasanya.
Latihan tanpa Bayu terasa lain, seperti ada yang kurang. Kini aku jarang lagi melihat tingkahnya yang konyol dan terkadang jauh dari kata normal itu. Dengan kata lain, kini aku mulai merasa kehilangan dan merindukan sosok Bayu.
Hari semakin gelap dan mentari mulai beranjak kembali ke ufuk barat. Setelah latihan, aku menunggu Adit yang berjanji akan menjemputku dan langsung menuju radio tempat band-nya on air.
“Lama ya nunggunya? Ini helmnya pake, aku mau kamu tetep aman dan baik-baik aja,” kata Adit dan tersenyum kepadaku.
* * .*
Selama on air, Adit benar-benar membuatku terhanyut dengan sikapnya. Saat ia diwawancara oleh penyiar, ia menjawab dengan tenang tetapi matanya tak berhenti menatap ke arahku. Aku meleleh dibuatnya bagai es batu yang mencair. Aku yang biasanya pecicilan dan tidak bisa diam dibuat kaku layaknya putri keraton, bayangkan saja seperti apa anehnya aku ini saat di hadapan Adit.
“Pulang yuk, kasian kamu kalau kemaleman,” kata Adit dan langsung mengantarku menuju rumah.
“Makasih ya udah mau nganter sampe rumah. Mau mampir dulu gak?” tanyaku saat kami tiba di depan pagar rumahku.
“Gak ah makasih, lain kali aja. Udah malem takut kamu mau istirahat, thanks ya buat malem ini.” ujarnya dan langsung pulang menuju rumahnya.
Thanks for tonight sweety Adit, begitulah aku menjawabnya. Meskipun di status facebook sih, hehe. Bisa mati kejang aku kalau langsung berkata seperti itu. Sudah ah, Miss Citra Ayu Utami mau bobo cantik dulu dan bermimpi bersama pangeran Adit berkuda putih, helloww negeri dongeng kali ah.
* * *
“Citraaa.. Citraaaa.. maen yoook.” suara sumbang yang pasti itu adalah suara Bayu. Ada angin apa ia tiba-tiba berkunjung ke rumahku dan mengajak main dengan cara ajakannya seperti anak TK ini yang membuatku gemas dan ingin rasanya menjawab “Gak mau aaaahhh, gak ada sendalnya.” Tetapi sayangnya aku masih terlalu normal untuk menjawab seperti itu.
“Dateng gak dijemput, pulang gak dianter. Ada angin apa kamu tiba-tiba ke sini,” ujarku seraya membuka pagar rumah.
“Cieee tau aja kalo aku ini sejenis jelangkung. Hehe,” jawab Bayu dan kembali memancingku tertawa.
“Aku masih ngambek ya sama kamu. Gak usah belaga polos gitu deh,” kataku.
“Es teh manis ya Cit, makasih,” ujarnya jauh dari kata nyambung.
“Ada apa Bay tau-tau main ke sini? Gak ngapelin Anisa?” tanyaku menyelidik.
“Anisa? Ah dia baik kok, lagi lucu-lucunya. kenapa cemburu ya? Eh iya kamu kan udah punya Adit, gimana tuh kabarnya?” tanya Bayu yang seketika membuatku terhenyak.
Sudah lebih dari seminggu Adit menghilang tanpa kabar. BBM dariku jarang dibalasnya, telfon pun tidak pernah diangkat, di facebook ia seperti orang asing saja bagiku, dengan tidak pernah membalas chat yang aku kirim.
Pertemuan terakhirku ialah saat aku menemaninya on air di sebuah radio bersama teman-teman band-nya. Adit benar-benar membuatku hancur berkeping-keping. Ia membawaku terbang ke atas awan dan kemudian menjatuhkannya begitu saja tanpa dosa.
“Dia ngambang ke laut, ngilang kayak kamu kemarin,” jawabku datar.
“Putus?”
“Aku gak jadian Bay, udah gak usah dibahas deh. Emangnya penting banget ya buat kamu? Kamu kan udah punya Anisa. Udah urusin aja tuh dia, lupa deh sama aku” jawabku kesal.
“Lebih baik kamu pulang aja yah, aku lagi gak enak hati.” lanjutku.
“Ya udah, aku pulang ya. Maaf udah bikin kamu kesel.” ujar Bayu.
Selepas Bayu pulang, aku lari ke kamar dan menangis sejadi-jadinya karena amarah yang tertahan dan rasa sakit yang benar-benar memuncak. Sakit karena Adit yang datang dan pergi begitu saja.Terlebih sakit karena harus memendam api cemburu terhadap kedekatan Bayu dan Anisa.
* * *
Setelah hampir bertengkar dengan Bayu siang itu di rumahku. Persahabatan kami sedikit agak renggang dan kami semakin jarang bertemu. Barulah saat Riski mengajak untuk latihan band lagi kemungkinan aku bisa bertemu dengan Bayu.
“Apa kabar nih selama liburan? Baik-baik aja kan?” ujar Acong yang langsung mencairkan suasana.
“Baik koh, beras sekilo sekarang berapa koh,” goda Riski.
“Hahaha, oe tak tau lah belapa,” jawab Acong dengan aksen tionghoa yang kental.
“Bayu ke mana lagi? Telat lagi kan dia,” ujar Aldi. Sementara aku hanya duduk merenung dan menjadi pendengar yang baik.
“Maaf telat bro,” kata Bayu yang tiba-tiba datang.
“Abis ngapel lagi sama Anisa, jadi telat gini?” ujarku ketus.
“Bisa gak sih gak usah gitu ngomongnya. Ban motor aku bocor tadi di jalan. Nih liat aku keringetan gini abis dorong motor. Kenapa kamu suudzon aja sama Anisa? Kamu cemburu?” jawab Bayu dengan amarah yang meledak.
“Iya aku cemburu! Puas kamu!” jawabku setengah membentak.
“Tapi kan kamu sama Adit? Dan kita ini Cit…”
“Kita ini cuma sahabat? dan salah kalo aku sayang atau cinta sama kamu? Aku cuma sekedar ngefans aja sama Adit, dan dia gak sebaik yang aku kira,” ujarku dengan tegas.
“Tapi aku kira kamu itu sama Adit, dan asal kamu tau Anisa itu bukan siapa-siapa aku. Iya aku emang sempat suka juga sama dia. Tapi aku maunya sama kamu Cit, cuma karena kita sahabatan dari kecil jadi aku ragu mau ngomong sama kamu. Anisa cuma pelampiasan supaya aku bisa lupain kamu,” jawab lagi Bayu dan membuatku terkejut.
“Sudah-sudah jangan berantem lagi. Sudah jelas kan semuanya kalau kalian tuh saling suka dan sayang. Cinta itu bisa dateng kapan aja tanpa kalian sadari, persahabatan kalian bukan penghalang kok,” ujar Aldi “Hayyaa, sudah ayoo lu olang beldua baikan, jangan belantem-belantem mulu, bikin pala oe pusing cenut-cenut,” kata Acong dengan aksen tionghoa yang dibuat lucu dan membuat kami semua tertawa dan suasana menjadi cair.
Bagiku, cinta itu seperti sebuah misteri. Seperti jelangkung yang tiba-tiba datang tak dijemput dan pulang tak diantar. Menghilang dengan meninggalkan luka yang sangat menyeramkan dan menyedihkan. Tapi di lain sisi, bagiku cinta juga bisa seperti tokoh Hello Kitty kesukaanku. Lucu, menggemaskan, penuh kelembutan, dan membuat hati yang sedih menjadi senang, tentunya bila didasari dengan kejujuran, saling mengerti kekurangan masing-masing dan membawa kita ke arah yang lebih postif sehingga menjadikan sebuah kebahagiaan yang hakiki.
Menurutku juga, lebih baik mempunyai pacar rasa teman, dari pada punya teman rasa pacar. Pengertiannya, pacar rasa teman itu ialah pacar yang selalu ada di saat kamu butuh, penuh keriangan layaknya seorang teman, menerima apa adanya dan saling mengerti kekurangan masing-masing. Selalu melewatkan waktu berdua dengan kompak dan serasi tanpa adanya kekangan yang menuntut kamu untuk menjadi seseorang yang sempurna di matanya. Daripada punya teman rasa pacar, teman special yang hanya membuatmu berharap lebih tanpa memberikan kepastian yang jelas. Dibilang teman, ya seperti pacar. Dibilang pacar ya biasa saja seperti teman. Dan ujungnya hal itu hanya akan membuatmu tenggelam dalam luka yang dalam dan menyeramkan.
Pacar yang ideal menurutku itu,ya yang seperti Bayu, ia yang akhirnya aku pilih sebagai pacarku saat ini. Karena cinta dari Bayu tidak pernah membuatku sakit, Bayu selalu memberikan dampak positif dalam setiap hari-hariku, tidak seperti Adit yang datang dan menghilang begitu saja seperti jelangkung.
Meskipun Bayu cemen, penakut, selalu kalah saat berantem, suka datang tiba-tiba tak diundang juga seperti jelangkung, namun di sisi lain hatinya itu selembut Hello Kitty, Bayu selalu mengerti keadaanku, menghiburku dengan tingkahnya yang konyol dan super gila itu. Hingga jadilah Jelangkung Hello Kitty sebagai ‘julukan’ sayangku untuk Bayu sampai saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar