nama: Zakaria achmadi Zein
Nim: 1113046000025
“Kemanapun akan kucari, aku tak akan pernah menyerah mencari dirimu ,walau
ku harus pergi menuju dimensi lain,
begitu banyak misteri yang ingin kutahu , dimana engkau berada Ayah ,” lalu tangis mulai mendera.
Inilah dimensi yang sebenarnya,
kalian mungkin akan bingung saat ini , saat aku duduk di sebuah waralaba yang
dikenal dengan sevel, dan aku mulai membuka novel yang ingin kubaca, mari kita
masuk menuju dimensi non fisik:
Namaku Zarah Amala, aku dibesarkan oleh sebuah
keluarga di daerah Bogor. Aku mempunyai orangtua yang bernama Firas dan Aisyah.
Masa kecilku tidaklah seperti kebanyakan anak kecil lainnya. Aku dibesarkan
oleh Ayahku yang seorang dosen sekaligus ahli mikologi di Institut pertanian
Bogor secara tidak wajar. Aku tidak diijinkan mengenyam pendidikan secara
formal oleh ayahku. Kakek dan Ibuku menentang keras keputusan ayah, tetapi ayah
dengan wataknya yang keras ingin mengajari dan mendidikku secara privat dengan caranya sendiri. Dia
juga sering mengatakan padaku betapa kacaunya sistem pendidikan resmi yang ada saat ini, sehingga dia bertekad
mengajari anak anaknya dengan caranya sendiri.
Ayah merupakan seorang ilmuwan, dia merupakan
seorang yang ahli dibidang tanaman . Ayahku merupakan orang yang sangat
dihargai di kampung , karena dia sangat berkontribusi bagi warga kampung atas
hasil panen yang sangat banyak yang diterima warga kampung Batu Luhur, itu
semua berkat ide dari ayahku yang mencoba melakukan penanaman secara Heterogen
pada hasil alam sekitar kampung, dan itu sangat membawa hasil dan sangat
membantu warga kampung.
Ketika aku kecil , aku dan adikku
Hara sering dibawa ayahku untuk melihat ladang tanaman tempat ia melakukan
observasi, kami mempunyai taman yang cukup luas di dekat rumah dengan ukuran 50
meter persegi. Ia sering memberi nasihat kepada kami untuk tidak pernah
melupakan Alam, ia mengatakan manusia jaman sekarang sudah melupakan darimana
dirinya berasal, manusia mengalami amnesia akut. Manusia bagi dirinya sudah
seperti virus yang amat mematikan bagi alam, tidak ada yang bisa mengembalikan
alam seperti dulu kecuali alam itu sendiri yang menghendakinya, manusia tidak
akan pernah berdaya..
Di kampung ku, terdapat sebuah
tempat yang bagi warga sekitar angker, siapa saja yang mencoba masuk kesana
pasti akan tersesat dan kembali lagi kejalan awal ketempat ia masuk. Nama tempat tersebut adalah bukit
Jambul, kebanyakan juga yang mencoba masuk ke bukit Jambul tidak pernah
kembali, banyak yang bilang bukit jambul tempat sarang jin buang anak dsb.
Ayahku ketika kecil dengan sifat bandel nya masuk kesana dan berhasil pulang ,
tentu saja kakekku sudah siap memukul ayah dengan rotannya, namun ayahku belakangan
ini menjadi sangat sering keluar masuk bukit jambul tanpa ada satupun orang
yang tahu apa yang ia lakukan disana, membuat warga desa yang dulunya punya
rasa segan pada ayahku menjadi seperti membenci ayah karena mereka menuduh
ayahku sebagai pemuja setan dan sebagainya.
` Bukit jambul bagiku memang tempat
yang terlihat menyeramkan, apalagi mendengar cerita warga kampung tentang bukit
itu, terkadang aku dan Hara menjadi penasaran apa yang ayahku lakukan di tempat
itu. Tapi aku masih belum berani untuk mengikuti ayah ketempat itu, dan Hara
juga masih terlalu kecil, Bukit Jambul seperti hutan yang belum pernah
tersentuh manusia sedikitpun, energi yang kurasakan pada hutan itu sungguh
sangat nyata, banyak warga yang berusaha mencoba masuk untuk menebang pohon
yang ada dihutan itu dan berakhir mengerikan.
Suatu ketika aku masuk ke kamar
tempat ayah kerja, aku melihat catatan ayah yang membicarakan fungi ,
ayahku melihat tanganku sedang menggenggam kertas yang ada gambar jamurnya,
lalu ia berkata “kamu mau tau rahasia
jamur, Zarah?” , aku pun terheran dengan muka penasaran, “jamur?” ucapku,
“ Fungi ditengarai sebagai salah
satu makhluk hidup paling tua yang ada di bumi. Disusul kingdom Plantae 600
juta tahun kemudian. Fungi memproduksi enzim dan asam yang mampu menyedot
mineral dan bebatuan yang membuatnya menjadi rapuh. Dari proses penghancuran
bebatuan, fungi menyiapkan tanah untuk organisme lainnya. Fakta lain yang
membuktikan bahwa fungi adalah organisme tertua, yaitu simbol simbol pada
relief berusia ribuan tahun”. Kamu ingat pada awal pembentukan bumi kan Zarah?
Dimana awalnya bumi dipenuhi bebatuan? Kemunculan fungi atas evolusi sel yang
tak terduga dan sifatnya yang heterotof , fungi berperan sebagai pembentuk tanah
sebagai ekskresi dari mineral bebatuan yang ia serap, peran fungi dalam
organisme darat sungguhlah besar,” ucap Ayahku.
“
kamu ingat ini baik baik zarah, ingat
sampai kamu dewasa. Dulu bumi kita pernah terjadi kiamat , dua ratus lima puluh
juta tahun yang lalu akibat hantaman asteroid, Apa jadinya? Sinar matahari
terhalangi selimut debu dan batu, entah berapa lama. Seluruh kehidupan hilang
dari muka bumi. Hewan ,tanaman ,semua punah. Sembilan puluh persen spesies
hilang, kecuali fungi. Hampir semua fungi bisa bertahan hidup tanpa sinar
matahari. Dan kembali lagi fungi menyiapkan Bumi untuk bisa punya kehidupan,” ucapnya lagi.
Lalu ayahku meneruskan
pembicaraannya , kali ini mengarah kepada hakikat manusia, “ manusia itu berbagi 63% kesamaan gen dengan
protozoa, 66% kesamaan gen dengan jagung, 75% kesamaan gen dengan cacing.
Dengan sesama kera kera besar, perbedaan kita tidak lebih 3%. Kita berbagi 97%
gen yang sama dengan orangutan. Namun,
sisa 3% itu telah menjadikan pemusnah bagi spesiesnya. Manusia menjadi predator
nomor satu di planet ini karena segelintir gen saja berbeda. Kita.. Manusia, adalah virus terjahat yang
pernah ada di muka bumi. Suatu saat nanti, orang orang akan berusaha
meyakinkanmu bahwa manusia adalah bukti kesuksesan evolusi”
Aku hanya bisa mengangguk dan berusaha selalu
mengingat apa yang telah diucapkan oleh ayahku,” DNA-mu
99,6 persen identik dengan simpanse. Hanya beda 0,4 persen. Bahkan, selisih
genetika antara simpanse dan gorilla itu 1,8 persen. Carolus Linnaeus bikin
istilah hominidae untuk manusia dan memisahkan simpanse dengan kata pongidae gara-gara
dia takut dimarahi pihak gereja. Jadi, kita ini binatang, Zarah. Binatang yang
berkemampuan linguistik tinggi karena punya Area Borca" Ucapnya.
Lalu ia berkata, "Jangan pisahkan dirimu dari binatang, ... Biar kamu tidak sombong
jadi manusia,".
Sebenarnya dengan cara ayah mendidik anaknya seperti ini,
membuat ibuku takut dan kudapati ibu seringkali bertengkar dengan ayah . Ibu menudingnya gila karena menjadikan anak sendiri sebagai
kelinci percobaan. Ayah membalas bahwa lebih
gila lagi orang yang menjadikan anak orang sebagai kelinci percobaan dari
sistem yang sudah ketahuan tidak menghasilkan apa-apa selain robot penghafal.
Pada
suatu saat, ketika intensitas percekcokan diantara orangtuaku semakin sering,
ayahku mulai jarang dan terasa semakin enggan pulang kerumahnya dan itu yang
menyebabkan dirinya dipecat sebagai dosen karena ia juga mulai tidak pernah
mengisi perkuliahan , dia lebih sering terlihat masuk kedalam bukit jambul
sendirian tanpa ada yang mengetahui apa yang sedang ia lakukan disana. Sentimen
warga pun semakin menjadi jadi, banyak yang mengatakan Firas sudah dipengaruhi
oleh setan atau jin, kawin dengan anaknya jin dan sebagai macamnya.
Suatu
ketika , saat ayah sedang dirumah , aku mengeluh karena mulai jarangnya ia
mengajariku seperti dulu. Ayah melihatku dan mengatakan jikalau ,”sekarang saatnya kamu ayah tes Zarah,
menurut ayah .. kamu sudah siap.” Aku membalas, “ tes apa yahh??. Lalu ia
berkata sambil bangkit dari kursi kayunya, “mari
ikut ayah ke bukit Jambul”.
Lalu aku dan ayah bergegas pergi ke bukit Jambul ketika pada
saat itu juga ibu dan Hara sedang pergi ke pengajian. Ayah mengayuh sepeda ontelnya
sembari aku memeluknya erat dibelakang, kami bergegas menuju bukit Jambul, “kamu ingat jalannya baik baik Zarah”, ucap
ayahku.
Aku melihat keadaan
yang mulai gelap, matahari mulai terbenam. Sepeda ontel milik ayahku diletakkan
di taman tempat pintu masuk bukit Jambul ,sekarang
kami melanjutkan perjalanan dengan menggunakan kaki, hutannya masih sangat
lebat, pohon yang menjulang sangatlah tinggi tinggi, ayahku berada dibelakangku
karena poros jalan yang tersedia hanyalah buat satu pejalan, sesekali aku
menengok kebelakang melihat ayah untuk memastikan ia berada dibelakangku,
sekian lama berjalan kemudian tiba tiba ia menghilang, keberadaannya tidak ada
dibelakangku lagi, keadaannya sangatlah gelap. Diriku panik, aku berteriak, “ayah.....ayah...” , aku pun mulai
menangis ketakutan, mengingat apa yang telah kudengar dari warga kampung yang
telah menceritakan hal yang seram dari tempat ini membuat keadaan menjadi lebih
parah, tubuhku lemas dan teramat panik,
namun aku tetap melangkah maju
kedepan.
Di suatu keadaan , senter ku menyoroti sesuatu, aku
melihat ada seekor anak tupai , yang membuatku berpikir, apa yang harus ku
takutkan dari hutan ini, apa
eksistensiku kalah dari seekor anak tupai yang berani mengelilingi hutan ini
sendirian, aku meyakini bahwasanya anak tupai tersebut percaya kepada alam, dan yang harus aku lakukan adalah harus
mencontoh anak tupai tersebut, aku harus percaya bahwa aku dan alam adalah satu
kesatuan , aku percaya pada alam, dan alam itu hidup.
Dan aku terus menerus menyusuri jalan setapak yang
tersedia mengikuti naluriku, tanganku pun mengawasi setiap ranting pepohonan
yang ada didepanku, aku berjalan kesembarang arah mengikuti kata hatiku,
akhirnya aku menemukan jalan dan sampai
pada sebuah lapangan yang besar dimana ditengah tengah lapangan ayahku sudah
menungguku disana. Dia berkata “ kamu
berhasil Zarah” .
Kemudian ayahku mulai bercerita tentang tempat ini,
“ tempat ini sungguh istimewa Zarah ,
ayah telah mendeteksi tempat ini mempunyai gelombang elektomagnestis yang
sangat kuat, itulah alasannya warga Batu luhur mencap tempat ini sebagai tempat
yang sangat angker, Alasannya tempat ini memiliki gelombang elektromagnetis
yang amat tinggi karena tumbuhan tumbuhan yang luar biasa disekitarannya, ayah menemukan
jamur yang luar biasa ,yang dapat menjawab segala pertanyaan mendasar tentang
kehidupan ini Zarah. Dan ayah juga ingin mencari tahu pola yang membuat
gelombang elektromagnetis di lapangan ini membentuk seperti portal antar
dimensi, mungkin saja UFO Zarah... “.
Aku hanya bisa mengangguk dan kemudian ayahku
berkata lagi, “kamu memang spesial
Zarah... Alam telah memilih kamu untuk mengetahui misteri dibaliknya ,yang
harus kamu ingat adalah Manusia sudah berevolusi
terlalu jauh meninggalkan alam, membentengi dirinya dalam tembok-tembok semen
dan lantai buatan. Kulit manusia dibungkus rapat hingga alergi debu dan rentan
terhadap pusing kalau kehujanan. Semua terlalu licin dan steril. Tidak heran
kulit manusia akan lubang-lubang di tempat seperti ini. Manusia telah bervolusi
menjadi patung lilin.” Ujarnya.
Kami
pun segera kembali pulang kerumah, dan ia kembali mulai membuka pembicaraan ,
namun kali ini lebih fokus membicarakan jamur. Ayahku berkata, “Fungi adalah nenek moyang species manusia. Sama-sama
menghirup oksigen dan mengeluarkan karbondioksida, sama-sama berintelgensia
tinggi, sama-sama mahluk jejaring. Karena kemiripan itu fungi dan manusia
memiliki hubungan unik. Semua antibiotika terbaik pernah diciptakan manusia
dibuat dari fungi. Manusia tidak bisa membuat antifungal dengan baik karena
efeknya akan mencelakan kita sendiri.”
Kemudian ia melanjutkan, “ada satu spesies fungi yang
amat menarik yang ayah temukan di bukit Jambul, spesies fungi yang mengandung
zat enteogen sangat kuat yang mendapat memicu kesadaran manusia, ayah sedang
meneliti itu Zarah... ayah mengklasifikasikan jamur itu psilocybe, jamur yang sangat sulit ditemukan, ia tidak akan tumbuh di sembarang tempat, itu
merupakan jamur yang luar biasa Zarah”.
“dan kamu tahu Zarah,
Ayah juga baru mendengar , kalau di Amerika baru saja ditemukan
organisme tunggal terbesar di dunia, dan kamu tahu itu apa Zarah? Ya,, itu
jamur. Armillaria ostoyae usianya kira kira 2400 tahun, Itu sedikit menjawab pertanyaan ayah
selama ini, jamur terbesar yang baru
ditemukan saat ini luasnya sekitar 8,9 kilometer persegi Zarah, menutupi
seluruh hutan di kawasan Oregon.... dan Ayah yakin akan ditemukan yang lebih
besar suatu saat nanti .” ujarnya.
Aku melihat hari ke hari ayahku semakin terobsesi, dan
hingga suatu hari tanpa kuketahui ia sudah tak pernah kembali lagi kerumah,
sudah berminggu berminggu sejak ia pergi dan tak kembali, meninggalkan kami
semua. Ibuku sudah terlihat mulai bisa melepaskan kepergian ayahku dan
menganggapnya tak pernah kembali. Ibuku memang orang yang dogmatis namun
sangatlah baik hati dan juga cantik. Ibuku mengganggap ayahku sudah tersesat,
dan ia sudah mencap ayahku seorang atheis. Sehingga ia berusaha sebisa mungkin
merelakan kepergian ayahku yang entah kemana.
aku sebagai seorang anak kecil yang baru berumur sepuluh
tahun tidaklah bisa berbuat banyak, namun tekadku yang amat besar ingin
mengetahui keberadaan ayah membawaku ke pencarian yang berawal di Bukit Jambul.
Sejujurnya aku masih ada rasa takut masuk ketempat itu. Namun aku harus tetap
memberanikan diri.
Pembekalan untuk pencarianku sudah kusiapkan semuanya,
pagi ini juga aku akan pergi menuju bukit itu, “kakak pergi dulu ya Hara...
kamu jaga ibu dirumah.. kakak mau cari ayah”, ucapku pada Hara. “ iya kak,
kakak jangan khawatir, Hara yang bakal jaga
ibu.. kakak fokus cari ayah , hati hati disana kak... “, ucap Hara. Aku mulai
mengayuh sepeda ontel milik ayah menuju Bukit Jambul.
Setibanya aku di pintu masuk bukit Jambul, sensasi yang
kurasakan masih sama saat pertama kali ku masuk ketika bersama ayah, aku
menyusuri hutan tersebut saat matahari pagi masih terjaga, aku menyusuri hutan
tersebut dan semakin terus masuk lebih
ke dalam , jalan yang kurasakan mulai mendaki, tapi kali ini rasanya berbeda,
tidak saat seperti aku bersama ayah, tubuhku kali ini terasa sangat lemas,
semakin lama semakin lemas , kaki ku pun tak mampu menahan lebih lama lagi, aku
pun terkulai lemas, aku terbaring ditengah rerumputan hijau , aku melihat
keatas langit, cahaya yang amat sangat
menyilaukan, tanganku berusaha menutupi silau cahaya tersebut, dan
akhirnya aku pun kehilangan kesadaran.
Badanku terasa sangatlah lemas, seperti berlari sepuluh
jam tanpa berhenti rasanya, aku berusaha membuka mata, memperjuangkan
kesadaranku, aku melihat keadaan yang sudah sangat gelap, dan entah mengapa
bisa posisi ku telah berada di samping lapangan yang luas , lapangan yang
kuingat saat aku bersama ayah ditempat ini, aku berusaha mengusai badanku,
tetapi tidak bisa, aku hanya dapat membuka mata walaupun susah dan hanyak bisa
menggerakkan sedikit leherku, dan aku seperti melihat walau dengan tidak jelas
makhluk yang sangat aneh bentuknya, dan kendaraan yang sangat besar dan
kuyakini itu adalah UFO, makhluk itu seperti reptinoid (reptil + humanoid)
dengan cara berjalan tegak seperti manusia, namun aku tetap tidak bisa melihat
dengan jelas ditambah silaunya cahaya yang dihasilkan kendaraan yang sangat
besar itu. Dan dengan keadaan seperti ini aku pun kembali pingsan tak sadarkan
diri, badanku sungguh lemas rasanya.
Kesadaran akhirnya mulai kudapatkan kembali, aku tidak
tahu sudah berapa lama aku berada di tempat ini, badanku sudah mulai ku
kendalikan, aku bangkit dan aku melihat arlojiku memperlihatkan pukul empat
sore dan aku melihat tanggal yang tertera dua belas mei , aku terheran , karena
aku berangkat dari rumah lima hari yang lalu saat pagi hari.
Sudah lima hari aku berada di tempat ini, dan aku tak
dapat menemukan ayah, perutku terasa sangat lapar, perbekalan yang kubawa dari
rumah hilang, aku memutuskan untuk pulang dan mengatur rencana kemana
selanjutnya aku harus mencari ayah, tapi satu hal yang sudah kuketahui dari
misteri ada apa dibalik bukit Jambul, Ayah juga pernah bilang tempat ini
seperti portal antar dimensi. Namun satu hal yang pasti ayah sudah tidak
mungkin berada di tempat ini.
10 tahun kemudian
aku
melanjutkan hidupku
di London, bersama tim fotografer wildlife yang
menjadi karir utama ku sekarang, aku tumbuh menjadi Zarah Amala yang cantik dan
tidak seperti gadis biasa , kedekatanku pada alam membuatku tidak seperti gadis
remaja pada umumnya. Adik dan ibuku juga telah berpindah kediaman dari Bogor
menjadi di Jakarta mengikuti suami baru dari ibuku yang seorang pengusaha.
Aku menghabiskan waktuku di London sembari menyimpan
ambisi untuk menemukan ayah, hingga akhirnya membawa aku kesini, aku telah
menemukan kunci untuk menemukan ayah.
Aku menghabiskan waktuku mencari cara untuk menemukan
ayah dan berakhir pada kesimpulan, jamur.
Yang kuyakini adalah eksistensi ayah sudah tidak berada
di dimensi ini lagi, satu satunya cara yang
harus aku lakukan adalah menggunakan zat enteogen, zat yang mampu
membawaku menuju dimensi lain, menguatkan internal atas kesadaranku, permainan
hormon lebih tepatnya, namun Cuma hal itu yang bisa membawaku menemukan ayah .
Jamur yang kubutuhkan lebih bisa disebut iboga,
kebanyakan manusia sudah melupakan jamur yang sudah membantu eksistensinya,
namun terasa seperti ada konspirasi besar yang dilakukan para jamur pada
manusia kita bisa melihat jamur jamur muncul di video game dan beberapa tempat
lainnya.
Jamur tudung merah dengan bintik bintik putih , tapi
sejenis iboga, sebuah tipe yang amat langka, dan itu menjadi kunci perjalananku
mencari ayah selama ini.
Dan aku telah menemukan dimana adanya iboga tersebut, dan
aku siap menemukan ayah dan misteri dibalik kepergiannya.
Dalam hati ku berkata, “Kemanapun akan kucari, aku tak
akan pernah menyerah mencari dirimu ,walau ku harus pergi menuju dimensi
lain, begitu banyak misteri yang ingin
kutahu , dimana engkau berada Ayah ,” lalu tangis mulai mendera.
( Dimensi yang nyata )
Dan aku pun menutup novel ini,
pertanda usai...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar