Kamis, 07 Mei 2015

opini pendidikan bagi manusia

--- Lompatan kultural ras manusia serta paradoks ekonomi dalam perkembangan pengetahuan (pendidikan) bagi kecerdasan homo sapiens –

 By:        Zakaria achmadi zein

                                                              1113046000025




Dunia datang menjadi keberadaan sekitar empat sampai satu setengah miliyar tahun yang lalu, dan segala urutannya dari ikan-ikan yang bentuknya aneh dan monster dinosaurus yang telah beraksi sebelum kita. Jutaan tahun lalu nenek moyang kita yang sedikit mirip dengan rekannya yaitu kera, yang  kebanyakan menghabiskan waktunya di pohon. Lalu beberapa dari mereka yang sedikit liar (berperilaku aneh)  mencoba untuk melakukan sesuatu (rentetan waktu yang panjang dengan berakhir turunnya beberapa yang "liar" dari pohon) yang berimplikasi pada membuat terjadinya perbedaan.

Setelah  melalui berbagai macam proses yang telah mengubah fisik pada nenek moyang kita, kita pun mengalami beberapa lompatan kultural dikehidupan kita. Terdapat beberapa macam lompatan kultural yang terjadi dalam perkembangan homo sapiens sampai pada saat ini dan saya akan mencoba meringkas saja dimana lebih mencoba fokus lompatan kultural di segi sosial.
Manusia telah membuat tiga langkah jauh dari sepupu hewannya. Loncatan kultural yang pertama ditenggarai ketika dia mulai menggunakan api, peralatan, dan bahasa. Meskipun makhluk dari spesies kita , homo sapiens, telah berada lama disini , karbon radioaktif menunjukkan penanggalan yang nenek moyang kita mulai menggunakan peralatan-peralatan dan api dimulai 600.000 tahun yang lalu.
Permulaan dari bahasa mungkin ditenggarai beberapa ribu tahun yang lalu. Ini merupakan sebuah  lompatan yang sangat hebat dan turut serta  peran anatomi tubuh yang bernama area borca lah yang sangat berperan dalam hal ini, menjadikan kita organisme yang mempunyai komunikasi yang kompleks. Perkembangan bahasa kita mungkin bermain peran dalam membantu kita menjadi makhluk cerdas seperti sekarang .
Lompatan kultural yang besar kedua diambil oleh nenek moyang kita sekitar 7.500 tahun yang lalu. Perkembangan dari bercocok tanam dan berburu memungkinkan kita untuk hidup di kerumunan.
Ketika manusia mulai mencoba merngumpulkan makanannya, dia bisat tinggal tetap di suatu tempat atau mungkin  bisa mengelilingi segala penjuru tempat. Secara sosial dan teknologi, banyak sekali hal yang mulai muncul untuk pertama kalinya. Roda mulai dikembangkan, manusia belajar bagaimana cara untuk memanaskan baja agar mudah dibentuk sehingga dapat dikelola dan dibentuk menjadi bentuk yang berguna. Manusia berkembang dengan mulai cara bekerja yang mulai membajak lahan dan menenun pakaian. Pola pola sosial yang dibutuhkan di dalam kehidupan kota pun mulai dibutuhkan. Manusia memperkuat struktur-struktur politik dan diciptakannya pasukan dengan intrumen-instrumen mematikan. Dengan ribuan tahun setelah nenek moyang kita memperoleh cara untuk mengumpulkan makanan, pola kultural dari kehidupan kota, politik, bisnis, dan teknologi ditemukan. Sejak nenek moyang kita yang memulainya kenyataannya perubahan sosial yang terjadi sangat sedikit sampai sekarang. Kita tidak berubah secara pola kehidupan sosial.
Banyak antropologis menganggap  kota sebagai ciptaan sosial yang paling mendasar oleh kita. Kota pertama bermula di kawasan Asia barat, dan pola dari kota yang bekerja dengan sangat baik muncul  di Mesopotamia sekitar 4.500 sampai 4.000 sebelum masehi. Kota-kota tidak muncul di China  sampai sekitar 2.000 sebelum masehi. Eropa menguntit sampai  orang orang Yunani membuatnya secara bersama-besama beberapa kota sekitar 900 sampai 800 sebelum masehi. Kota tidak kelihatan di Skandinavia sampai muncul setelah 1000 tahun setelah masehi.[1]
Kita telah mengalami lompatan kultural yang sungguh panjang, dari segi ekonomi , bisa dibilang berperan dalam kemajuan cara berpikir kita sampai pada saat ini. Pengetahuan manusia terus menerus bertambah seiring lompatan kultural terjadi, jikalau secara fundamental ekonomi diartikan sebagai suatu cara dari kita (manusia) memenuhi kebutuhannya , maka hal tersebut membawa peranan penting dalam kemajuan pengetahuan kita di waktu sekarang ini.
Kita mulai mencoba dengan fase yang panjang membuat perubahan yang sungguh dinamis dari segi teknologi, turut peran ekonomi adalah manusia mulai menggunakan ilmu pengetahuan untuk memenuhi kebutuhannya. Manusia mulai menggunakan air sebagai sumber kekuatan untuk memutar sumber tenaga Mill dan tidak menggunakan otot manusia lagi, kita berkembang karena kita mencoba bertahan hidup untuk memenuhi kebutuhan kita. Kita mulai membajak lahan dan menggunakan baja dan segala macam alatnya untuk berburu yang menambah peran dala perkembangan kecerdasan homo sapiens.

Dan sesungguhnya saya ingin juga membawa topik kemunculan uang secara komprehensif, tetapi itu akan memakan banyak waktu dan menghilangkan fokus dari konten tulisan ini serta akan terasa sangat membosankan.

Pada awal ini saya telah menunjukan proses evolusinya nenek moyang kita dari segi pola-pola sosial, saya menyadari masih banyak yang terjadi dari lompatan kultural yang terjadi , tetapi seperti yang saya sudah saya jelaskan diawal, saya mencoba meringkasnya saja, karena akan terlalu panjang dan hal tersebut juga tidak menjadi fokus yang fundamental dalam tulisan ini.
Ekonomi jika kita mengartikannya secara garis besar adalah bagaimana cara suatu makhluk memenuhi kebutuhan hidupnya. Alasan “why” dan sebab “wherefore” menjadikan kita makhluk cerdas juga berdasarkan proses bagaimana kita beradaptasi dalam memenuhi kebutuhan hidup kita.
Kita menyadari dari waktu ke waktu teknologi terus menerus berkembang pesat dengan tujuan memudahkan kehidupan kita, dan menandakan bahwa kita sebagai makhluk dengan inteligensi yang mempunyai cara untuk mengetahui sesuatu. Berkembangnya kita menjadi acuan pula berkembangnya sistem sosial kemasyarakatan yang ada sekarang.
Ekonomi sebagai salah satu ilmu yang ada mampu menjadikan kita makhluk yang serba mempunyai keinginan, proses itu pula yang menjadikan kita sampai seperti keadaan saat ini, kita terlihat begitu kompleks sebagai manusia , tetapi keyataannya adalah kita tetaplah bagian dari masa lalu nenek moyang kita, Homo sapiens.
Acuan utama yang menjadikan kita sekarang entah itu dengan sendirinya atau dengan proses yang menjadikan sesuatu tersebut atau dengan kata lain ketentuan alam yang telah menjadikan kita mempunyai bakat alami sebagai organisme,dimana yang mampu belajar dengan cepat.


 Tetapi sesuai dengan runtutan alam semesta , entah itu dimulainya big bang,  kemudian posisi bumi yang berada di zona goldilocks (zona yang tepat buat terjadinya kehidupan organisme) , menjadikan rentetan bahwa kehidupan itu terjadi karena sifat yang pasti dari alam melalui mekanisme perhitungan yang rumit , membuat seolah terlihat tidak pasti, kita menjadi seperti sekarang dengan kenyataan yang sejatinya mudah diperhitungkan tetapi kelihatannya kompleks.
Ekonomi turut mengambil andil dalam perkembangan kecerdasan homo sapien, dengan syarat jika kita mengartika ekonomi sebagai suatu cara untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup. Kita berkembang hingga sekarang secara ilmu pengetahuan dan teknologi. Semakin lama kita semakin menemukan cara untuk menemukan cara memudahkan hidup kita.


Tetapi kita bisa mencoba membongkar apakah ekonomi mutlak sebagai salah satu yang menjadikan kita makhluk yang cerdas, kita mempunyai lompatan kultural yang sungguh jauh dari nenek moyang kita, saat ini mungkin sudah tak bisa dikatakan seperti itu lagi.
Kita sudah terpaku di jaman yang katanya modern saat ini, dengan semua intrik permasalahan yang sosial ekonomi yang terjadi saat ini memungkinkan kita untuk berkaca ulang apa sebenarnya yang terjadi dengan peran ekonomi itu sendiri terhadap kecerdasan kita di sekarang ini, melalui pendidikan berbasis kurikulum , yang sesungguhnya saya secara subjektif menganggap itu semua sampah, karena kita menjadi kelihatan makhluk yang tak pernah mempunyai cara mengetahui sesuatu yang baru, tidak seperti yang telah dilakukan para nenek moyang kita yang selalu menemukan cara baru untuk memenuhi dan memudahkan kebutuhan hidupnya atas lompatan kultural yang terjadi, di saat ini kita tidak dijadikan makhluk inteligensi, kita dengan kurikulum pendidikan berbasis mayoritas di dunia sekarang hanya menjadikan kita robot penghafal sebagai mesin dari kontestasi politik para korporasi raksasa yang ada dijaman sekarang, di jaman sekarang saya hanya bisa bilang kita hanya sampah,  jika melihat perbandingan kehidupan sosial nenek moyang  kita yang menjadikan itu sebagai media pengembangan diri atas suatu permasalahan tertentu , semisalnya memenuhi kebutuhan. Mereka terus menerus belajar dari alam atau bisa di bilang beradaptasi menjadikan pola sosial yang menyatu dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat mempermudah kehidupannya.
Kelihatan sebagai sebuah paradoks raksasa sebenarnya kita terlihat sengaja di buat tidak boleh mengetahui apa apa, proses panjang sampai terjadinya kontestasi bisnis maha agung yang terjadi sekarang ini, atau dengan hipotesis singkat, kita diperbodoh melalui pendidikan.


Basis pendidikan yang ada pula menjadikan kita mayoritas seperti sekarang ini , kita seperti robot penghafal, dan jika kita masih mempercayai basis ilmu yang terdapat di sistem pendidikan sekarang yang dapat mempengaruhi kecerdasan ras manusia itu hanyalah non sense pada kenyataannya.
Kita seperti makhluk yang menyedihkan, kita bahkan tak pernah bisa berperan lebih dalam membantu kebaikan alam yang telah membantu proses keberadaan kita, kita menyembah sesuatu yang tidak kelihatan, tetapi kita menghancurkan sesuatu yang jelas jelas ada kelihatan dan berperan dalam kehidupan kita.
Makhluk macam apa kita ini, dijaman sekarang saya tak bisa menyatakan lagi bahwa mayoritas sudah tidak bisa dikatakan makhluk yang berintelegensi lagi, dengan sistem pendidikan yang ada kita mendukung terjadinya pemudaran atas stigma makhluk yang berinteligensi.
Secara ekonomi yang diterapkan dijaman sekarang memang harus demikian adanya, untuk mendukung hukum kekal bisnis yang ada, pendidikan pun juga menjadi seperti demikian adanya, dan entah apa yang diperlukan lagi bahwa apa yang telah dilakukan homo sapiens saat ini, proses lompatan kultural yang panjang menjadikan kita mempunyai gejolak tersendiri.
Basis waktu pun turut berperan dalam perkembangan kehidupan ras manusia dan sosialnya, entah itu pergerakan materi partikel elementer di alam semesta yang sungguh tidak dapat diprediksi menjadikan kita makhluk seperti sekarang, tetapi dengan keyakinan yang ada saya dapat dengan optimis manusia mampu melewati fase ini di lompatan kultural pada abad abad selanjutnya.
Dan menjadikan stigma kita yang mengaku sebagai makhluk yang berintilegensi tinggi menjadi suatu pewujudan yang nyata, dan membuktikan kita sebagai makhluk mencapai evolusi yang paling tinggi di muka bumi.

Sekian...




[1]  S keyes & jacque fresco . looking forward . chapter 1 . long journey of human life

Tidak ada komentar:

Posting Komentar