Jumat, 01 Mei 2015

LIMBAH YANG MENJADI EMAS


“BANGUN..! AYO BANGUN, SUDAH PAGI KAK, DEK!” teriak Ayah di depan kasur ke dua tiga putrinya.
Nida dan Bilqis sudah mulai mencoba membuka matanya dan duduk dikasur, tetapi anak sulungnya masih berada dibawah selimut, sepertinya ia sangat lelah sehabis mengerjakan tugas semalaman.
Nurlaela, sering dipanggil Ella, istri dari Muhammad Ojar. Dia memiliki tiga putri, yang pertama bernama Ria Nurlaila yang sekarang duduk di kelas 1 SMK. Anak keduanya bernama Nida Nurlaila yang sudah kelas 2 SMP dan yang bontot Zahratul Bilqis kelas 2 SD.
Ella membantu suaminya untuk membangunkan mereka, karena sudah waktunya sholat subuh dan mereka semua harus sekolah hari ini. Ella telah menyiapkan sarapan untuk keluarganya sebelum mereka pergi menjalankan tugas dan kewajiban masing-masing.
Anak-anak sudah berangkat ke sekolah semua, sekarang giliran Ojar yang berangkat mencari rezeki untuk keluarga tercinta.
Ojar bekerja sebagai tukang kredit keliling dengan sepeda motor bebeknya. Setiap hari ia berangkat pukul 8 pagi dan pulang sekitar pukul 3 atau 4 sore. Ia berkeliling hanya di daerah Radio Dalam, Hj. Nawi, dan Tanah Kusir 2. Hampir semua jenis barang ia kreditkan. Mulai dari peralatan anak sekolah, peralatan rumah tangga sampai barang-barang elektronik pun bisa di kreditkan dengan lama jangka waktu kredit yang disesuaikan.
Ella sendiri tidak bekerja atau menjadi wanita karir. Ella hanyalah seorang ibu rumah tangga di keluarga kecilnya. Rumahnya berada di jalan Dwijaya dengan bentuk yang minimalis. Di rumahnya hanya terdapat dua kamar tidur, dua kamar mandi, dapur, ruang tengah dan sebuah teras kecil di depan rumah. Teras yang biasanya digunakan untuk duduk-duduk santai namun berbeda dengan keluarga satu ini. Terasnya dipakai untuk memarkirkan kendaraan sang Ayah—Ojar. Cat tembok depan rumah berwarna biru laut, dan cat pada pintu serta jendela diberi warna oren jeruk sunkist sehingga rumahnya terkesan cerah.
Seperti biasanya, Ella belanja sayuran di warung sayur dekat rumahnya untuk menyiapkan makanan sore setelah semua keluarga berkumpul dirumah. Belanja bersama ibu-ibu lain, tidak jauh dari aktifitas ‘bergosip’. Hari ini yang digosipkan adalah tetangga yang baru pindahan. Tetangga mereka itu memiliki anak perempuan yang berbadan sangat besar—obesitas.
“Tahu gak, bu. Tetangga baru kita yang dirumah kontrakan itu punya anak perempuan” ujar salah satu ibu-ibu yang sedang berbelanja
“Lalu kenapa, bu?”
“Masa anaknya gemuk banget, bu. Untuk ukuran anak perempuan seumurnya, ukuran badannya tampak gak pantas”
“Masa sih? Anaknya itu obesitas ya, bu?”
“Sepertinya. Yang saya pikirkan, apa orang tuanya tidak merawatnya dengan baik?”
“Saya dengar, orang tuanya kerja dua-duanya, bu. Hanya ada seorang baby sitter  yang menjaga anaknya selama orang tuanya bekerja”
“Wah pantas saja. Kok bisa ya, tega orangtuanya meninggalkan anaknya sendirian seperti itu. Mana tak merawat diri juga”
“Iya, saya juga heran”
Ella yang berada disana, hanya mendengarkan sambil memilih-milih belanjaan yang hendak dibelinya. Biasa, ibu-ibu tak pernah lepas dari bahan pembicaraan. Ia tak mau menambah dosa atau omongan tak terbukti lainnya mengenai tetangga baru mereka.
Sepulang Ella belanja, anak bontotnya sudah dirumah, menonton film Upin&Ipin masih dengan mengenakan seragam olah raganya.
“Bilqis, ganti pakaianmu dulu nak, pasti basah dan bau” Ella berkata kepada anak bontotnya.
Perkataan Ella tak diacuhkan oleh Bilqis. Memang anak ini kalau sudah di depan televisi hanya fokus pada layar di depannya, tidak mengacuhkan hal lain di sekitarnya. Akhirnya, Ella membawakan baju ganti untuk anaknya dan digantikan juga pakaiannya.
Satu persatu penghuni rumah telah kembali pulang. Setelah sholat Isya, mereka biasanya makan bersama di ruang tamu yang sekaligus menjadi ruang keluarga untuk berkumpul dipenuhi canda tawa. Ojar menceritakan pesanannya yang membludak kepada sang istri dengan semangatnya, dan sang istri terlihat tersenyum lepas.
Ella lalu berucap, “Alhamdulillah, Ayah kapan mau belanja pesanan nya? Apa modal di tabungan cukup untuk membeli semua pesanan?” tanya Ella kepada Ojar.
“Mungkin lusa Ayah akan belanja ke pasar Kebayoran Lama karena besok Ayah harus membawakan kipas angin pesanan Bu Santi” jawabnya.
Sekarang sedang marak barang elektronik sejenis laptop di masyarakat. Dampaknya, banyak warga sekitar yang mengambi barang dari Ojar dengan cara kredit sekitar satu sampai dua tahun. Bertanda rezeki untuk Ojar dan keluarga. Berbeda dengan orang yang berada di kalangan atas, mereka bisa langsung membelinya di toko dengan uang tunai tanpa perantara Ojar.
Tujuh bulan kreditan yang diterimanya sudah berjalan dengan lancar, bahkan semakin banyak yang menambah kreditan dengan barang-barang lainnya. Sehingga keluarganya pun dapat merasakan pendapatan Ojar yang sekarang meningkat. Istrinya dibelikan gelang emas dan anak-anaknya dibelikan keperluan lainnya.
Bulan berganti bulan, banyak yang mengulur waktu pembayaran kredit, dengan segala alasan mereka berikan kepada Ojar agar memberinya waktu lebih lama untuk membayar. Semakin berlarut waktu yang diberikan kepada para pemilik hutang, banyak juga dari mereka yang menghilang sehingga Ojar bingung untuk mencarinya. Akibatnya, Ojar tidak memiliki modal lagi untuk membeli barang baru untuk di kreditkan. Bangkrut, dia sekarang mengalami kebangkrutan. Hingga gelang sang istri pun yang kemarin ia belikan terpaksa dijual untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari.
Dia tak lagi memiliki modal untuk melanjutkan usaha kreditnya, ia sudah bingung bagaimana kelanjutan usahanya. Dengan berat hati, ia memutuskan untuk meminjam uang modal kembali kepada sebuah bank dengan jaminan sertifikat rumahnya.
Usaha kreditnya pun kembali berjalan. Seiring berjalannya waktu, bangkitlah perekonomian keluarga Ojar dan Ella. Tetapi mereka masih belum mampu bertahan hidup sendiri tanpa dana bantuan dari bank. Mereka kembali meminjam dengan nominal yang lebih besar dengan jangka waktu pembayaran yang lebih panjang.
Ella berpikir untuk ikut arisan di kalangan ibu-ibu sebesar lima ratus ribu rupiah perminggu. Tujuan awalnya adalah untuk berjaga-jaga di kemudian hari, apabila keluarganya terkena musibah lagi. Semua berjalan sesuai dengan yang diharapkan sampai sebelum bulan puasa tiba, salah seorang anggota arisan yang bertanggung jawab memegang uang arisan tersebut kabur membawa semua uang arisan. Ella sudah menabung selama tujuh bulan, ia pun kehilangan uangnya yang selama ini ia setorkan ke dalam tabungan arisan sebesar empat belas juta rupiah.
Keluarga Ojar dan Ella pun kembali jatuh karena mereka tidak bisa membayar hutang ke bank dengan lancar, sehingga banyak denda yang ditanggungnya akibat dari keterlambatan pembayaran. Lama mereka merasakan keadaan seperti ini. Yang tadinya sering berkumpul keluarga, sekarang sudah sangat jarang karena Ojar yang siang masih bekerja mengambil tagihan kredit yang tersisa, dan saat malam Ojar bekerja tambahan menjadi penjaga malam di sebuah “Ranch Market” daerah Pondok Indah.
Selama bekerja di supermarket tersebut, setiap malam ia melihat tumpukan plastik, kardus, kertas dan barang bekas lainnya dipinggir gudang. Paginya selalu ada orang yang mengambil barang-barang itu dengan cuma-cuma. Ia pun berpikir, limbah-limbah setiap hari di supermarket itu bisa menjadi lahan pendapatan untuknya. Ia bisa membeli barang itu dari atasannya dan kembali menjualnya sehingga mendapatkan keuntungan.
Atasannya pun setuju dengan ide itu. Mulailah pekerjaan baru Ojar sebagai pembeli dan penjual barang bekas.
Dari idenya menjual kembali barang-barang bekas yang ada di supermarket tempatnya bekerja, datang banyak tawaran dari supermarket-supermarket lainnya agar ia juga membeli barang-barang bekas milik mereka.
Ia sebenarnya mau membeli barang-barang bekas dari supermarket-supermarket yang menawarkan diri namun modal yang dimilikinya tak cukup untuk membeli semua barang bekas mereka.
Ia mengeluhkan masalah modalnya ini kepadanya Ella, sang istri.
“Ayah kok pulang wajahnya lelah banget. Ada masalah, Yah, di tempat kerja?”
Ojar pun duduk di kursi ruang tamu dan sang istri duduk disisinya. “Ada sedikit masalah, Ma”
“Masalah apa, Yah? Cerita sama Mama, siapa tahu Mama bisa bantu”
“Usaha Ayah untuk menjual kembali barang-barang bekas di supermarket mendapat respon baik dari atasan. Ada juga beberapa supermarket lain yang meminta Ayah untuk membeli barang-barang bekas milik mereka”
Ella tersenyum mendengarnya, “Alhamdulillah, Yah. Itu rezeki dong, Yah, lalu apa masalahnya?”
“Masalahnya di modal, Ma. Ayah kekurangan modal untuk membeli barang-barang bekas mereka”
“Modal lagi, Yah? Apa kita harus meminjam lagi?”
Ojar menggeleng, “Jangan, Ma. Kita saja sedang mencoba melunasi hutang yang ada, masa mau menambah lagi”
Ella terdiam sesaat, “Coba nanti Mama tanyakan kakak Mama, siapa tahu dia mau meminjamkan”
Ojar pun mengulas senyumhya, “Baiklah, makasih, Ma. Tapi jangan dipaksakan, Ayah gak enak”
Ella bergerak cepat, ia langsung menanyakan kepada kakaknya untuk meminjamkan modal usaha padanya. Sang kakak yang juga tak tega kepada adiknya pun meminjamnya sejumlah uang modal untuk membantu kehidupan sang adik yang tampak cukup sulit sekarang ini.
Ella pulang kerumah dengan membawa uang modal. Ia pun menunggu sampai sang suami pulang untuk membicarakan masalah modal yang mereka butuhkan ini.
Paginya, Ojar pulang kerumah dan menemukan Ella yang menyambutnya dengan senyuman. Ia menjadi terheran sendiri melihat tingkah sang istri dan bertanya.
“Ada apa kok senyum-senyum sendiri, Ma?”
“Yah, kemarin Mama ke rumah kakak Mama dan membicarakan kebutuhan modal kita. Alhamdulillah, dia mau meminjamkan, Yah. Ini uangnya”
Ella mengulurkan sebuah amplop coklat ke tangan Ojar.
“Alhamdulillah! Semoga usaha kita kali ini berjalan lancar ya, Ma”
Ojar membuka amplop coklat tersebut dan bersyukur karena modal yang diberikan sangat cukup digunakan untuk memulai usaha barang bekas ini.
Untuk awalnya Ojar menyewa sepetak tanah dibelakang rumahnya untuk digunakan sebagai tempat menyimpan semua barang bekas, lalu ia bangun sendiri tanah tersebut dengan triplek, kayu dan asbes yang sudah tidak terpakai yang ia dapati dari sana sini.
Kemudian, ia mulai menawarkan diri kepada warung pinggir jalan, minimarket dan supermarket untuk menjual barang-barang bekas milik mereka kepadanya dengan cara ia ambil setiap minggunya menggunakan mobil bak sewaan. Banyak yang merespon baik dalam hal ini, sehingga Ojar langsung mendapatkan banyak pelanggan tetap.
Saat ini, ia telah berhasil mengangkat kembali perekonomian keluarganya yang sempat terpuruk. Hidupnya berubah jauh lebih baik, bahkan perekonomiannya kini melebihi yang sebelumnya.
Sekarang ia telah memiliki empat orang yang bekerja padanya. Sertifikat rumah yang sempat digadaikannya telah kembali dan ia sekarang memiliki dua mobil bak yang sudah lunas cicilannya. Hutang-hutang lainnya pun sudah lunas termasuk hutang mereka ada bank.
Mereka sangat berterimakasih kepada kakaknya Ella karena telah membantunya semasa mereka sulit. Keluarga Ojar pun sekarang menjalani kehidupan dengan senang dan damai dihati.
Barang-barang bekas tersebut bisa menjadi sumber kekayaannya. Limbah-limbah yang tak pernah dipikirkan orang dapat diputar kembali menjadi sebuah usaha. Limbah yang terbuang sia-sia, tapi mampu membuatnya sukses. Limbah-limbah tersebut mampu menjadi emas untuknya. Emas yang kini dapat ia beli selain harta lainnya.

-Selesai-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar