“BANGUN..!
AYO BANGUN, SUDAH PAGI KAK, DEK!” teriak Ayah di depan kasur ke dua tiga
putrinya.
Nida
dan Bilqis sudah mulai mencoba membuka matanya dan duduk dikasur, tetapi anak
sulungnya masih berada dibawah selimut, sepertinya ia sangat lelah sehabis mengerjakan
tugas semalaman.
Nurlaela,
sering dipanggil Ella, istri dari Muhammad Ojar. Dia memiliki tiga putri, yang
pertama bernama Ria Nurlaila yang sekarang duduk di kelas 1 SMK. Anak keduanya
bernama Nida Nurlaila yang sudah kelas 2 SMP dan yang bontot Zahratul Bilqis
kelas 2 SD.
Ella
membantu suaminya untuk membangunkan mereka, karena sudah waktunya sholat subuh
dan mereka semua harus sekolah hari ini. Ella telah menyiapkan sarapan untuk
keluarganya sebelum mereka pergi menjalankan tugas dan kewajiban masing-masing.
Anak-anak
sudah berangkat ke sekolah semua, sekarang giliran Ojar yang berangkat mencari
rezeki untuk keluarga tercinta.
Ojar
bekerja sebagai tukang kredit keliling dengan sepeda motor bebeknya. Setiap
hari ia berangkat pukul 8 pagi dan pulang sekitar pukul 3 atau 4 sore. Ia
berkeliling hanya di daerah Radio Dalam, Hj. Nawi, dan Tanah Kusir 2. Hampir
semua jenis barang ia kreditkan. Mulai dari peralatan anak sekolah, peralatan
rumah tangga sampai barang-barang elektronik pun bisa di kreditkan dengan lama
jangka waktu kredit yang disesuaikan.
Ella
sendiri tidak bekerja atau menjadi wanita karir. Ella hanyalah seorang ibu
rumah tangga di keluarga kecilnya. Rumahnya berada di jalan Dwijaya dengan
bentuk yang minimalis. Di rumahnya hanya terdapat dua kamar tidur, dua kamar
mandi, dapur, ruang tengah dan sebuah teras kecil di depan rumah. Teras yang
biasanya digunakan untuk duduk-duduk santai namun berbeda dengan keluarga satu
ini. Terasnya dipakai untuk memarkirkan kendaraan sang Ayah—Ojar. Cat tembok
depan rumah berwarna biru laut, dan cat pada pintu serta jendela diberi warna
oren jeruk sunkist sehingga rumahnya
terkesan cerah.
Seperti
biasanya, Ella belanja sayuran di warung sayur dekat rumahnya untuk menyiapkan
makanan sore setelah semua keluarga berkumpul dirumah. Belanja bersama ibu-ibu
lain, tidak jauh dari aktifitas ‘bergosip’. Hari ini yang digosipkan adalah tetangga
yang baru pindahan. Tetangga mereka itu memiliki anak perempuan yang berbadan
sangat besar—obesitas.
“Tahu
gak, bu. Tetangga baru kita yang dirumah kontrakan itu punya anak perempuan”
ujar salah satu ibu-ibu yang sedang berbelanja
“Lalu
kenapa, bu?”
“Masa
anaknya gemuk banget, bu. Untuk ukuran anak perempuan seumurnya, ukuran
badannya tampak gak pantas”
“Masa
sih? Anaknya itu obesitas ya, bu?”
“Sepertinya.
Yang saya pikirkan, apa orang tuanya tidak merawatnya dengan baik?”
“Saya
dengar, orang tuanya kerja dua-duanya, bu. Hanya ada seorang baby sitter yang menjaga anaknya selama orang tuanya
bekerja”
“Wah
pantas saja. Kok bisa ya, tega orangtuanya meninggalkan anaknya sendirian
seperti itu. Mana tak merawat diri juga”
“Iya,
saya juga heran”
Ella
yang berada disana, hanya mendengarkan sambil memilih-milih belanjaan yang
hendak dibelinya. Biasa, ibu-ibu tak pernah lepas dari bahan pembicaraan. Ia tak
mau menambah dosa atau omongan tak terbukti lainnya mengenai tetangga baru
mereka.
Sepulang
Ella belanja, anak bontotnya sudah dirumah, menonton film Upin&Ipin masih dengan
mengenakan seragam olah raganya.
“Bilqis,
ganti pakaianmu dulu nak, pasti basah dan bau” Ella berkata kepada anak bontotnya.
Perkataan
Ella tak diacuhkan oleh Bilqis. Memang anak ini kalau sudah di depan televisi
hanya fokus pada layar di depannya, tidak mengacuhkan hal lain di sekitarnya. Akhirnya,
Ella membawakan baju ganti untuk anaknya dan digantikan juga pakaiannya.
Satu
persatu penghuni rumah telah kembali pulang. Setelah sholat Isya, mereka biasanya
makan bersama di ruang tamu yang sekaligus menjadi ruang keluarga untuk
berkumpul dipenuhi canda tawa. Ojar menceritakan pesanannya yang membludak
kepada sang istri dengan semangatnya, dan sang istri terlihat tersenyum lepas.
Ella
lalu berucap, “Alhamdulillah, Ayah kapan mau belanja pesanan nya? Apa modal di
tabungan cukup untuk membeli semua pesanan?” tanya Ella kepada Ojar.
“Mungkin
lusa Ayah akan belanja ke pasar Kebayoran Lama karena besok Ayah harus
membawakan kipas angin pesanan Bu Santi” jawabnya.
Sekarang
sedang marak barang elektronik sejenis laptop di masyarakat. Dampaknya, banyak
warga sekitar yang mengambi barang dari Ojar dengan cara kredit sekitar satu
sampai dua tahun. Bertanda rezeki untuk Ojar dan keluarga. Berbeda dengan orang
yang berada di kalangan atas, mereka bisa langsung membelinya di toko dengan
uang tunai tanpa perantara Ojar.
Tujuh
bulan kreditan yang diterimanya sudah berjalan dengan lancar, bahkan semakin
banyak yang menambah kreditan dengan barang-barang lainnya. Sehingga keluarganya
pun dapat merasakan pendapatan Ojar yang sekarang meningkat. Istrinya dibelikan
gelang emas dan anak-anaknya dibelikan keperluan lainnya.
Bulan
berganti bulan, banyak yang mengulur waktu pembayaran kredit, dengan segala
alasan mereka berikan kepada Ojar agar memberinya waktu lebih lama untuk membayar.
Semakin berlarut waktu yang diberikan kepada para pemilik hutang, banyak juga
dari mereka yang menghilang sehingga Ojar bingung untuk mencarinya. Akibatnya, Ojar
tidak memiliki modal lagi untuk membeli barang baru untuk di kreditkan. Bangkrut,
dia sekarang mengalami kebangkrutan. Hingga gelang sang istri pun yang kemarin
ia belikan terpaksa dijual untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari.
Dia
tak lagi memiliki modal untuk melanjutkan usaha kreditnya, ia sudah bingung
bagaimana kelanjutan usahanya. Dengan berat hati, ia memutuskan untuk meminjam
uang modal kembali kepada sebuah bank dengan jaminan sertifikat rumahnya.
Usaha
kreditnya pun kembali berjalan. Seiring berjalannya waktu, bangkitlah perekonomian
keluarga Ojar dan Ella. Tetapi mereka masih belum mampu bertahan hidup sendiri
tanpa dana bantuan dari bank. Mereka kembali meminjam dengan nominal yang lebih
besar dengan jangka waktu pembayaran yang lebih panjang.
Ella
berpikir untuk ikut arisan di kalangan ibu-ibu sebesar lima ratus ribu rupiah
perminggu. Tujuan awalnya adalah untuk berjaga-jaga di kemudian hari, apabila
keluarganya terkena musibah lagi. Semua berjalan sesuai dengan yang diharapkan
sampai sebelum bulan puasa tiba, salah seorang anggota arisan yang bertanggung
jawab memegang uang arisan tersebut kabur membawa semua uang arisan. Ella sudah
menabung selama tujuh bulan, ia pun kehilangan uangnya yang selama ini ia
setorkan ke dalam tabungan arisan sebesar empat belas juta rupiah.
Keluarga
Ojar dan Ella pun kembali jatuh karena mereka tidak bisa membayar hutang ke bank
dengan lancar, sehingga banyak denda yang ditanggungnya akibat dari
keterlambatan pembayaran. Lama mereka merasakan keadaan seperti ini. Yang tadinya
sering berkumpul keluarga, sekarang sudah sangat jarang karena Ojar yang siang masih
bekerja mengambil tagihan kredit yang tersisa, dan saat malam Ojar bekerja tambahan
menjadi penjaga malam di sebuah “Ranch
Market” daerah Pondok Indah.
Selama
bekerja di supermarket tersebut, setiap malam ia melihat tumpukan plastik,
kardus, kertas dan barang bekas lainnya dipinggir gudang. Paginya selalu ada orang
yang mengambil barang-barang itu dengan cuma-cuma. Ia pun berpikir, limbah-limbah
setiap hari di supermarket itu bisa menjadi lahan pendapatan untuknya. Ia bisa
membeli barang itu dari atasannya dan kembali menjualnya sehingga mendapatkan
keuntungan.
Atasannya
pun setuju dengan ide itu. Mulailah pekerjaan baru Ojar sebagai pembeli dan penjual
barang bekas.
Dari
idenya menjual kembali barang-barang bekas yang ada di supermarket tempatnya
bekerja, datang banyak tawaran dari supermarket-supermarket lainnya agar ia
juga membeli barang-barang bekas milik mereka.
Ia
sebenarnya mau membeli barang-barang bekas dari supermarket-supermarket yang
menawarkan diri namun modal yang dimilikinya tak cukup untuk membeli semua
barang bekas mereka.
Ia
mengeluhkan masalah modalnya ini kepadanya Ella, sang istri.
“Ayah
kok pulang wajahnya lelah banget. Ada masalah, Yah, di tempat kerja?”
Ojar
pun duduk di kursi ruang tamu dan sang istri duduk disisinya. “Ada sedikit
masalah, Ma”
“Masalah
apa, Yah? Cerita sama Mama, siapa tahu Mama bisa bantu”
“Usaha
Ayah untuk menjual kembali barang-barang bekas di supermarket mendapat respon
baik dari atasan. Ada juga beberapa supermarket lain yang meminta Ayah untuk
membeli barang-barang bekas milik mereka”
Ella
tersenyum mendengarnya, “Alhamdulillah, Yah. Itu rezeki dong, Yah, lalu apa
masalahnya?”
“Masalahnya
di modal, Ma. Ayah kekurangan modal untuk membeli barang-barang bekas mereka”
“Modal
lagi, Yah? Apa kita harus meminjam lagi?”
Ojar
menggeleng, “Jangan, Ma. Kita saja sedang mencoba melunasi hutang yang ada,
masa mau menambah lagi”
Ella
terdiam sesaat, “Coba nanti Mama tanyakan kakak Mama, siapa tahu dia mau
meminjamkan”
Ojar
pun mengulas senyumhya, “Baiklah, makasih, Ma. Tapi jangan dipaksakan, Ayah gak
enak”
Ella
bergerak cepat, ia langsung menanyakan kepada kakaknya untuk meminjamkan modal
usaha padanya. Sang kakak yang juga tak tega kepada adiknya pun meminjamnya
sejumlah uang modal untuk membantu kehidupan sang adik yang tampak cukup sulit
sekarang ini.
Ella
pulang kerumah dengan membawa uang modal. Ia pun menunggu sampai sang suami
pulang untuk membicarakan masalah modal yang mereka butuhkan ini.
Paginya,
Ojar pulang kerumah dan menemukan Ella yang menyambutnya dengan senyuman. Ia menjadi
terheran sendiri melihat tingkah sang istri dan bertanya.
“Ada
apa kok senyum-senyum sendiri, Ma?”
“Yah,
kemarin Mama ke rumah kakak Mama dan membicarakan kebutuhan modal kita. Alhamdulillah,
dia mau meminjamkan, Yah. Ini uangnya”
Ella
mengulurkan sebuah amplop coklat ke tangan Ojar.
“Alhamdulillah!
Semoga usaha kita kali ini berjalan lancar ya, Ma”
Ojar
membuka amplop coklat tersebut dan bersyukur karena modal yang diberikan sangat
cukup digunakan untuk memulai usaha barang bekas ini.
Untuk
awalnya Ojar menyewa sepetak tanah dibelakang rumahnya untuk digunakan sebagai
tempat menyimpan semua barang bekas, lalu ia bangun sendiri tanah tersebut dengan
triplek, kayu dan asbes yang sudah tidak terpakai yang ia dapati dari sana
sini.
Kemudian,
ia mulai menawarkan diri kepada warung pinggir jalan, minimarket dan supermarket
untuk menjual barang-barang bekas milik mereka kepadanya dengan cara ia ambil
setiap minggunya menggunakan mobil bak sewaan. Banyak yang merespon baik dalam
hal ini, sehingga Ojar langsung mendapatkan banyak pelanggan tetap.
Saat
ini, ia telah berhasil mengangkat kembali perekonomian keluarganya yang sempat
terpuruk. Hidupnya berubah jauh lebih baik, bahkan perekonomiannya kini
melebihi yang sebelumnya.
Sekarang
ia telah memiliki empat orang yang bekerja padanya. Sertifikat rumah yang
sempat digadaikannya telah kembali dan ia sekarang memiliki dua mobil bak yang
sudah lunas cicilannya. Hutang-hutang lainnya pun sudah lunas termasuk hutang
mereka ada bank.
Mereka
sangat berterimakasih kepada kakaknya Ella karena telah membantunya semasa
mereka sulit. Keluarga Ojar pun sekarang menjalani kehidupan dengan senang dan
damai dihati.
Barang-barang
bekas tersebut bisa menjadi sumber kekayaannya. Limbah-limbah yang tak pernah
dipikirkan orang dapat diputar kembali menjadi sebuah usaha. Limbah yang
terbuang sia-sia, tapi mampu membuatnya sukses. Limbah-limbah tersebut mampu
menjadi emas untuknya. Emas yang kini dapat ia beli selain harta lainnya.
-Selesai-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar