Syarifatul Jannah (1113046000076)
Begitu
langkah kakiku hentikan di depan pintu mushalla, udara terasa pengap, banyak
suarayang mengatakan “Panas! ACnya kok tumben mati yah”, serta bau aroma
karpet yang apak. Ruangan ini cukup luas, kira-kira lima kali empat meter
persegi, cukup untuk mahasiswa-mahasiswi melakukan sholat berjamaah , namun
nyatanya sholat yang mereka lakukan kebanyakn yang munfarid, kecuali
mahasiswa-mahasiswa.
Di
atas ruangan tertempel beberapa lampu
model baru yang membuat ruangan ini akan terang jika malam datang. Di
langit-langit yang setinggi tiga meter ini ada dua kotak lampu, dimana setiap
kotaknya berisi tiga lampu, dinding mushalla dilapisi dengan cat berwarna
cokelat muda, bagian teman di setiap sudut diberikan mptif bunga beserta
daunnya. Ketika kusentuh cat tersebut terasa agak menonjol, jadi menunjukan
seolah-olah bunga dan daun itu hidup. Di bawah motif tersebut, diberikan pula
cat cokelat tua dengan motif seperti batu-batu dan bagian yang paling bawah
diberikan keramik putih yang memang sengaja agar bagian bawahnya mudah jika
dibersihkan.
Ketika kuarahkan pandanganku ke
sebelah kanan, ada pintu berwarna cokelat. Di tengah pintu terdapat stiker hello
kitty berwana putih, yang mungkin iseng ditempelkan oleh salah satu
mahasiswi di sini, pada bagian atas pintu tersebut ada kotoran cicak yang
sangat kecil ukurannya, aku berpikir itu anak cicak yang mengeluarkannya. Di
bagian belakang pintu ada stiker “لاَتَدْØ®ُÙ„ُÙˆْاقَبْÙ„َ
السَّÙ„َامُ, oke” dengan background biru dan tulisannya berwarna
putih.
Tepat di bagian belakang pintu ada
saklar berwarna putih kecil guna memfungsikan lampu-lampu yang ada di
langit-langit. Terdapat cermin berwarna merah muda yang memiliki panjang tiga
puluh kali sepuluh centi meter persegi, dan juga dilengkapi dengan tali
berwarna merah muda yang dikaitkan dengan paku yang di dinding. Dimana cermin
di bagian sebelah kiri terdapat kotoran cicak yang berukuran kecil. Lagi-lagi
cicak buang kotoran di ruangan ini. Di samping kanan terdapat gantungan
berwarna cokelat yang dikaitkan dengan paku. Gantungan ini masih terlihat baru
karena masih dibungkus plastik namun tidak ada satu mukena pun yang tergantung
di sana, empat mukena itu terpakai oleh mahasiswi-mahasiswi, ada dua warna
hijau, satu ungu, dan satu merah muda. Aku mendapatkan mahasiswi yang sudah
selai sholat, akhirnya dapat mukena juga untuk sholat. Aku mendapatkan mukena
warna merah muda, terkejut ketika mencium aromanya, harum sekali, wangi Molo,
seperti habis di cuci kemarin. Ada juga delapan sajadah di ruangan ini.
Di sisi bagian samping kanan,
terdapat dinding kaca yang berbentuk persegi sebanyak tiga belas kali delapan,
menambah suasana ruangan ini makin panas. Di antara himpitan dinding ini terdapat
kaligrafi yang berlafadzkan اللهُ dan Ù…ُØَÙ…َّدٌ, di
bawah lafdz Muhammad kira-kira satu meter ke bawah ada sambungan arus listrik
yang tidak digunakan.
Di seberang kiri terdapat jam dinding berwarna
putih berbentuk lingkaran yang menempel di dinding. Jam tersebut menunjukkan
pukul enam lebih empat puluh lima menit dua belas detik, sesungguhnya sekarang
pukul dua belas oma puluh menit. Jarum detik yang menenmpel pada dinding
tersebut tidak berjalan, menunjukkan daya batu baterai sudah habis.
Tepat di bagian kiri, menempel AC
yang mati. AC tersebut hanya sebagai hiasan, namun tidak ada manfaatnya
jika ditempel dalam keadaan off. AC tersebut diberi pengharum
ruangan stela warna hijau, lagi-lagi percuma hanya sebagai hiasan
dinding. Tidak ada efek yang baik, hanya ada panas, pengap dan aroma yang bau.
Sebelum keluar dari ruangan ini, aku
memperhatikan pintu sebelah kiri terdapat stiker yang bertuliskan “Masuk......
Keluar. Assalamualaikum” yang berwarna merah hitam. Aku mencoba menyambungkan
stiker ini dengan stiker yang ada di pintu sebelah kanan. Aha, harusnya stiker
ini ditempel pada bagian luar pintu, bukan di dalam. Tepat di bawah stiker
tersebut yang berjarak dua sentimeter terdapat stiker dengan background hitam,
bertuliskan “Anda Islam? Kok masih pasaran”.
Tersadar, sedari tadi ada mahasiswa
yang memperhatikan gerak-gerikku. Awalnya aku mengabaikannnya, namun
lama-kelamaan ada rasa tak enak. Akhirnya segera saja aku keluar dari mushalla.