Indonesiaku
Kamis, 29 Oktober 2015
info seleksi cpns: Jadwal Seleksi CPNS 2016 di percepat
info seleksi cpns: Jadwal Seleksi CPNS 2016 di percepat: Info Seleksi CPNS - Info Penting buat anda semua yang ingin menjadi PNS di Sulawesi Utara. Pemerintah pusat melalui Kementerian Pendayaguna...
Minggu, 31 Mei 2015
Jamur Mario Bross
Nama: Zakaria Achmadi Zein
NIM: 1113046000025
“inilah awal dari proses pembelajaranku, aku
terpisah... keberadaanku dan keberadaan kalian selama ini menjadi sebuah
kesalahan dari perhitungan rumit alam semesta, jangan salahkan aku dan kalian,
inilah proses alamiah kita....”
Kamis, 07 Mei 2015
Kesejahteraan Buruh Tanggung Jawab Siapa?
KESEJAHTERAAN BURUH
TANGGUNG JAWAB SIAPA?
Emir Ramadhan
1113046000071
Memperingati hari
buruh internasional tanggal 1 Mei 2015 kemarin, banyak buruh di Indonesia yang
turun ke jalan melakukan aksi demonstrasi, menyuarakan aspirasi mereka terhadap
kesejahteraan mereka saat ini. Hal ini menjadi penting mengingat bahwa banyak
buruh terutama, di kota-kota besar yang kurang kesejahteraan hidupnya. Banyaknya
buruh yang hidup dibawah garis kemiskinan dapat dijadikan sebuah refleksi
terhadap apa yang mereka suarakan tempo hari.
Opini Muhammad Yasser Rifai.
Muhammad
Yasser Rifai
1113046000007
Opini
Hari Pendidikan Nasional
Tanggal 2 Mei diperingati sebagai hari pendidikan nasional.
Tanggal ini menjadi tanggal yang sangat bermakna bagi kalangan siswa, guru, dan
mereka yang merasakan manfaat dari pendidikan di negeri pertiwi. Pendidikan
sangat penting bagi sebuah bangsa. Karena pendidikan di suatu negara menjadi
tolak ukur kemajuan suatu bangsa.
Saat ini masih banyak anak-anak di Indonesia yang belum
dapat bersekolah. Ada banyak alasannya, pertama itu ialah tidak ada nya
kemampun orang tua untuk membayar SPP anak nya. Kedua, tidak ada nya sekolah yang
didirikan pemerintah di dekat permukiman warga-warga. Contoh nya di daerah
Papua pedalaman, anak-anak harus menempuh perjalanan yang amat jauh untuk mencapai
tempat mereka belajar. Alasan yang lain yaitu akhir-akhir ini banyak sekali
kasus penggusuran sekolah yang dilakukan oknum-oknum tertentu. Hal ini
menyebablkan siswa-siswi yang bersekolah di sekolah yang digusur itu kehilangan
tempat mereka menuntut ilmu
Namun pemerintah sudah berupaya untuk menyekolahkan atau
mendidik anak-anak yang ingin bersekolah dengan cara mengalokasikan uang
pemerintah untuk mensubsidi biaya sekolah. Beberapa tahun lalu ada program yang
bernama Bantuan Operasional Sekolah (BOS). BOS sangat membantu orang tua siswa
pada umumnya karena dengan kehadiran program ini membuat orang tua siswa tidak sama
sekali membayar sepeser uang pun ke sekolah tempat anak nya menimba ilmu.
Walaupun masih banyak juga sekolah negeri yang mewajibkan orang tua siswa
membayar uang SPP.
Semoga selanjutnya pemerintah dapat menyekolahkan seluruh
anak-anak di Indonesia yang pada seusia nya dapat menimba ilmu dan mendapat
pendidikan dari guru-guru yang berada di sekolah. Sehingga bangsa Indonesia
menjadi bangsa yang maju karena mutu pendidikan dari bangsa ini tinggi. Dan
menjadikan Indonesia sebagai negara yang mampu berbicara dan melakukan banyak
hal positif di Dunia. Amin
Opini
Opini tentang Pendidikan
Afni Afida (1113046000101)
Pendidikan memiliki peranan yang teramat mendukung dalam pembangunan negeri ini. Apabila masyarakat terdidik, pemerintahan akan lebih mudah untuk dijalankan. Sebaliknya, jikalau masyarakat kurang intelek maka akan sulit untuk menerima program-program yang diberikan oleh pemerintah sehingga proses pembangunan daerah akan mengalami hambatan.
Dengan demikian, pemerintah daerah sudah sewajarnya mengusahakan untuk meningkatkan pendidikan apalagi di daerah-daerah terpencil. Tujuannya masih sama, supaya kelak dunia pendidikan mengalami peningkatan dan berdampak baik bagi pembangunan nanti.
Kebijakan-kebijakan yang pernah dibuat oleh dinas pendidikan daerah bisa terbilang cukup baik tapi masih memiliki kekurangan. Hal yang memicu ialah suatu kebijakan yang ada dewasa ini, belum mampu menghasilkan secara optimal dalam keimanan, moral, dan sopan santun.
Pendidikan kini rasanya masih mengesampingkan moral, padahal moral adalah aspek yang amat berperan dalam pendidikan. Contohnya, seperti pemilihan teks atau di buka paket yang terbilang tidak baik untuk moral siswa, yang akhir-akhir ini banyak ditemukan.
opini tentang hari buruh (May Day)
Nama : Irma Apriyanti
Nim : 1113046000158
Opini Hari Buruh : Mayday dan HAM untuk para Buruh
Peringatan Hari Buruh Internasional, yang jatuh pada setiap tanggal 1 Mei, yang sering disebut mayday tahun ini unik karena dirayakan ditengah banyaknya kesulitan dari berbagai persoalan yang membelit kehidupan kenegaraan. Ditambah lagi persoalan yang dihadapi para pekerja Indonesia di luar negeri khususnya untuk konteks TKI didahului dengan pemaparan senarai panjang kisah duka seputar para TKI dan TKW kita, sebagaimana pernah dilansir media massa nasional hampir secara beruntun beberapa waktu lalu. Mulai dari persoalan kesalahan prosedural seputar pemberangkatan tenaga kerja ke luar negeri sampai pada persoalan yang lebih substansial terkait tindak kekerasan yang menjadikan para TKI dan TKW kita sebagai korbannya. Alih-alih meningkatkan kesejahteraan hidup, yang didapat ternyata hanyalah kemelut sosial dan kemanusiaan yang sulit terselesaikan.
Sebenarnya ada sesuatu yang lebih mendalam dan mendasar. Tingginya semangat dan jumlah perantau merupakan sebuah fakta yang sedang berbicara tentang ketakmemadaian berbagai sektor di tanah sendiri yang sedianya menjadi kekuatan penyokong kehidupan. Itu berarti, untuk sebagian orang, cita-cita untuk hidup, hidup baik dan hidup lebih baik lagi tidak dapat tercapai apabila bersikeras pada pendirian untuk tetap tinggal di kampung halaman sendiri. Tanah-tanah warisan leluhur kini tidak lagi menjanjikan hasil yang membesarkan hati. Lahan-lahan yang dulu tampak hijau dan subur sebagiannya kering kerontang. Peralihan musim yang tidak menentu membuat para petani kita tak mampu membuat program berkaitan dengan kegiatan pertanian mereka.
Di tempat lain, keputusasaan muncul lantaran hasil bumi yang memadai tidak diimbangi dengan harga jual yang memadai pula. Fluktuasi pasar yang tidak menentu menyurutkan semangat para petani. Harga-harga sebagian besar komoditas masyarakat yang mendarat rendah tidak mampu mengimbangi, apalagi melebihi harga barang kebutuhan yang mesti dibeli karena tidak dihasilkan sendiri. Para petani setiap kali hanya mampu mengernyitkan dahi dan memukul dada, lantaran usaha mereka seakan-akan tak membawa hasil. Masyarakat lebih banyak menanggung rugi, beruntung kalau imbas. Kini, kemelut ekologi dan ekonomi seakan-akan setali tiga uang menghantam tuntas nasib sejumlah petani kecil. Cita-cita merantau sebenarnya bisa timbul dari situasi seperti ini.
Namun apa yang diharapkan untuk didapat dari keputusan merantau tidak selamanya tercapai secara tuntas. Kita menyaksikan sejumlah soal pelik dalam hubungan dengan para perantau kita. Ideal kerja sebagai sarana penyempurnaan diri dan kemanusiaan malah sering menampilkan diri dalam peran yang sebaliknya. Untuk konteks para TKI dan TKW yang diperlakukan secara tidak manusiawi misalnya, kerja malah menjadi ekses yang mengantar mereka pada pemojokan nilai kemanusiaan, bahkan sampai pada titik yang paling kelam.
Tesis filsafat manusia bahwa kerja mengabdi pada kepentingan perkembangan manusia sedang dibantah secara telak. Sebab, nyatanya manusialah yang menghambakan (dan mengorbankan) diri pada kerja. Nasib malang yang menimpa sejumlah TKI dan TKW asal daerah ini sebenarnya menyadarkan kita bahwa masalah seputar perburuhan tidak sebegitu asing untuk konteks masyatakat kita, meskipun seringkali malah dikucilkan dari konstelasi diskursus sosial-politik lokal.
Fakta ini menjadi satu variabel untuk sekali lagi menjustifikasi dan melengkapi filsuf Karl Marx (1818-1883) dalam tesisnya tentang alienasi manusia dalam kerja. Kerja yang adalah aktivitas khas manusia (homo faber) ternyata juga bermakna bipolar. Pada satu sisi, kerja menjadi sarana aktualisasi diri (perwujudan bakat-bakat), afirmasi kebebasan manusia sebagai tuan atas alam serta locus aktualisasi dimensi sosial ada manusia (hasil kerja bisa diakui dan dimanfaatkan orang lain). Pada sisi lain, bersamaan dengan kemunculan era industri (dengan kerja upahan sebagai sistem khasnya), kerja menjadi jebakan pada alienasi manusia khususnya para pekerja. Marx menyebutkan beberapa indikasi alienasi manusia dalam kerja seperti kebergantungan mutlak pada perusahaan dan majikan, minimnya peluang untuk menikmati hasil kerja secara langsung (hasil kerja adalah milik perusahaan), pekerja memperalat diri untuk mendapatkan nafkah, persaingan antarpara pekerja serta permusuhan antara pekerja dengan majikan-karenanya kerja upahan mengasingkan manusia dari sesamanya (FB Hardiman, 2007).
Bipolaritas makna semakin kentara manakala kerja berada pada sebuah tegangan. Pada satu pihak, kerja menjadi sarana untuk menjamin dan menyokong keberlangsungan hidup. Dan pada pihak lain, keterlibatan dalam kerja bisa menjadi jalan masuk pada pengalaman akan hal-hal yang justeru bertentangan dengan nilai-nilai universal dan semangat dasariah kehidupan. Kerja bukan lagi sarana untuk menjamin HAM (sabagai nilai dasariah kehidupan), tetapi sebaliknya pengorbanan HAM malah menjadi taruhan dan prasyarat utamanya. Rupanya inilah sketsa pengalaman TKI dan TKW kita yang menjadi 'korban'. Dunia perburuhan adalah sebuah ruang dan kondisi yang rentan dengan pelanggaran HAM
Tak pernah tuntas
Masalah seputar dunia perburuhan umumnya dan TKI/TKW khususnya memang pelik bahkan tak pernah tuntas terurus. Meskipun demikian, nasib kaum buruh harus tetap menjadi medan perwujudan komitmen keberpihakan kita pada nilai-nilai universal kemanusiaan. Keberpihakan pada mereka sedianya menjadi wujud konkret perjuangan pembelaan dan penegakan HAM yang kian intens disadari dan dilancarkan. Namun karena manusia, padanya hak-hak dasar itu melekat adalah makhluk multi-dimensi, penegakan HAM adalah sebuah praksis, dalamnya pemberdayaan totalitas aspek kehidupan manusia digalakkan.
Dalam kaitan dengan penanggulangan masalah seputar perantauan dan pemenuhan hak-hak dasar kaum pekerja dalam konteks TKI/TKW asal Lampung, beberapa ideal berikut penting untuk dikemukakan dan selanjutnya diberi perhatian serius. Pertama, selain penertiban administrasi, para perantau kita perlu juga dibekali dengan sejumlah latihan kerja sebagai persiapan diri sebelum meninggalkan tanah air untuk mengaduh nasib serta mempertaruhkan takdir di negeri orang. Boleh jadi nasib malang yang akhirnya menimpa kaum buruh kita berawal dari kualitas hasil kerja yang tidak diharapkan. Pelatihan dan pendidikan khusus untuk pelbagai bidang yang berpeluang untuk mereka geluti sebagai mata pencaharian merupakan sesuatu yang bersifat niscaya untuk terus diperhatikan dan ditingkatkan, baik oleh pemerintah maupun komponen masyarakat lainnya. Dengan ini, pelanggaran HAM kaum buruh yang dipicu oleh rendahnya kualitas kerja sedikit ditangkal.
Kedua, masalah seputar perantauan yang untuk sebagian orang kemudian menjadi sumber malapetaka merupakan sesuatu yang tak terbendung selama kondisi ekologi dan ekonomi di tanah sendiri belum dapat memberi jaminan kepastian untuk menyokong kehidupan. Kemiskinan akibat kondisi alam yang tidak memadai seakan-akan disempurnakan oleh sistem ekonomi yang seringkali tidak memihak pada masyarakat. Gagasan dan praksis pemulihan ekologi dalam berbagai bentuk tampilan konkretnya juga menjadi langkah preventif yang mesti turut diperhitungkan. Sementara itu, semua komponen masyarakat yang mesti bertanggung jawab mesti lebih serius memikirkan dan mengusahakan sebuah politik ekonomi yang sedapat mungkin memberi ruang bagi perolehan keuntungan optimal bagi masyarakat lokal sebagai penghasil komoditi.
Dalam kadar tertentu, masalah seputar perburuhan dan HAM untuk konteks TKI sebenarnya terjadi dalam sebuah pentahapan yang tampak apik. Kemelut ekonomi dan ekologi menciptakan kemiskinan. Kemiskinan memancing semangat merantau. Merantau adalah juga pintu masuk yang terbuka lebar bagi pelbagai jenis pelanggaran hak-hak dasar kaum buruh serta rahim bagi lahir dan bertumbuhnya pelbagai masalah sosial kemasyarakatan lainnya. Dunia perburuhan adalah sebuah ruang penuh misteri, padanya hidup dipertaruhkan tanpa jaminan kepastian. Keterlibatan dalamnya bisa menjadi jalan melaluinya hidup itu dipertahankan dan selalu diperbaiki. Serentak pula ia bisa menjadi jalan masuk yang tak terduga dari awal, melaluinya hidup itu sendiri disingkirkan keberadaannya. Perhatian terhadap beberapa aspek yang disebut sebelumnya bisa menjadi bahan pertimbangan berbagai pihak, entah pemerintah, lembaga-lembaga non-pemerintah ataupun komponen masyarakat lainnya dalam usaha mencegah munculnya pelanggaran HAM akibat keterlibatan dalam dunia kerja tertentu. Penegakan HAM secara niscaya mensyaratkan pemberdayaan totalitas nilai dan dimensi yang menjadi unsur konstitutif jati diri dan keberadaan manusia.
opini pendidikan bagi manusia
--- Lompatan kultural ras manusia serta paradoks ekonomi
dalam perkembangan pengetahuan (pendidikan) bagi kecerdasan homo sapiens –
By:
Zakaria achmadi zein
Dunia
datang menjadi keberadaan sekitar empat sampai satu setengah miliyar tahun yang
lalu, dan segala urutannya dari ikan-ikan yang bentuknya aneh dan monster
dinosaurus yang telah beraksi sebelum kita. Jutaan tahun lalu nenek moyang kita yang sedikit mirip dengan rekannya yaitu kera, yang kebanyakan menghabiskan waktunya di
pohon. Lalu beberapa dari mereka yang sedikit liar (berperilaku aneh) mencoba untuk melakukan sesuatu (rentetan waktu yang panjang dengan berakhir turunnya beberapa yang "liar" dari pohon) yang berimplikasi pada membuat terjadinya perbedaan.
Setelah melalui berbagai macam proses yang telah mengubah
fisik pada nenek moyang kita, kita pun mengalami beberapa lompatan kultural
dikehidupan kita. Terdapat beberapa macam lompatan kultural yang terjadi dalam
perkembangan homo sapiens sampai pada saat ini dan saya akan mencoba meringkas
saja dimana lebih mencoba fokus lompatan kultural di segi sosial.
Manusia telah membuat tiga langkah jauh
dari sepupu hewannya. Loncatan kultural yang pertama ditenggarai ketika dia
mulai menggunakan api, peralatan, dan bahasa. Meskipun makhluk dari spesies
kita , homo sapiens, telah berada lama disini , karbon radioaktif menunjukkan
penanggalan yang nenek moyang kita mulai menggunakan peralatan-peralatan dan
api dimulai 600.000 tahun yang lalu.
Permulaan
dari bahasa mungkin ditenggarai beberapa ribu tahun yang lalu. Ini merupakan
sebuah lompatan yang sangat hebat dan turut
serta peran anatomi tubuh yang bernama
area borca lah yang sangat berperan dalam hal ini, menjadikan kita organisme
yang mempunyai komunikasi yang kompleks. Perkembangan bahasa kita mungkin
bermain peran dalam membantu kita menjadi makhluk cerdas seperti sekarang .
Lompatan
kultural yang besar kedua diambil oleh nenek moyang kita sekitar 7.500 tahun
yang lalu. Perkembangan dari bercocok tanam dan berburu memungkinkan kita untuk
hidup di kerumunan.
Ketika
manusia mulai mencoba merngumpulkan makanannya, dia bisat tinggal tetap di
suatu tempat atau mungkin bisa
mengelilingi segala penjuru tempat. Secara sosial dan teknologi, banyak sekali
hal yang mulai muncul untuk pertama kalinya. Roda mulai dikembangkan, manusia belajar
bagaimana cara untuk memanaskan baja agar mudah dibentuk sehingga dapat dikelola
dan dibentuk menjadi bentuk yang berguna. Manusia berkembang dengan mulai cara bekerja
yang mulai membajak lahan dan menenun pakaian. Pola pola sosial yang dibutuhkan
di dalam kehidupan kota pun mulai dibutuhkan. Manusia memperkuat struktur-struktur
politik dan diciptakannya pasukan dengan intrumen-instrumen mematikan. Dengan
ribuan tahun setelah nenek moyang kita memperoleh cara untuk mengumpulkan
makanan, pola kultural dari kehidupan kota, politik, bisnis, dan teknologi
ditemukan. Sejak nenek moyang kita yang memulainya kenyataannya perubahan
sosial yang terjadi sangat sedikit sampai sekarang. Kita tidak berubah secara
pola kehidupan sosial.
Banyak
antropologis menganggap kota sebagai
ciptaan sosial yang paling mendasar oleh kita. Kota pertama bermula di kawasan
Asia barat, dan pola dari kota yang bekerja dengan sangat baik muncul di Mesopotamia sekitar 4.500 sampai 4.000
sebelum masehi. Kota-kota tidak muncul di China
sampai sekitar 2.000 sebelum masehi. Eropa menguntit sampai orang orang Yunani membuatnya secara
bersama-besama beberapa kota sekitar 900 sampai 800 sebelum masehi. Kota tidak
kelihatan di Skandinavia sampai muncul setelah 1000 tahun setelah masehi.[1]
Kita
telah mengalami lompatan kultural yang sungguh panjang, dari segi ekonomi ,
bisa dibilang berperan dalam kemajuan cara berpikir kita sampai pada saat ini.
Pengetahuan manusia terus menerus bertambah seiring lompatan kultural terjadi,
jikalau secara fundamental ekonomi diartikan sebagai suatu cara dari kita
(manusia) memenuhi kebutuhannya , maka hal tersebut membawa peranan penting
dalam kemajuan pengetahuan kita di waktu sekarang ini.
Kita
mulai mencoba dengan fase yang panjang membuat perubahan yang sungguh dinamis
dari segi teknologi, turut peran ekonomi adalah manusia mulai menggunakan ilmu
pengetahuan untuk memenuhi kebutuhannya. Manusia mulai menggunakan air sebagai
sumber kekuatan untuk memutar sumber tenaga Mill dan tidak menggunakan otot
manusia lagi, kita berkembang karena kita mencoba bertahan hidup untuk memenuhi
kebutuhan kita. Kita mulai membajak lahan dan menggunakan baja dan segala macam
alatnya untuk berburu yang menambah peran dala perkembangan kecerdasan homo
sapiens.
Dan
sesungguhnya saya ingin juga membawa topik kemunculan uang secara komprehensif,
tetapi itu akan memakan banyak waktu dan menghilangkan fokus dari konten
tulisan ini serta akan terasa sangat membosankan.
Pada
awal ini saya telah menunjukan proses evolusinya nenek moyang kita dari segi
pola-pola sosial, saya menyadari masih banyak yang terjadi dari lompatan
kultural yang terjadi , tetapi seperti yang saya sudah saya jelaskan diawal,
saya mencoba meringkasnya saja, karena akan terlalu panjang dan hal tersebut
juga tidak menjadi fokus yang fundamental dalam tulisan ini.
Ekonomi
jika kita mengartikannya secara garis besar adalah bagaimana cara suatu makhluk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Alasan “why” dan sebab “wherefore” menjadikan kita
makhluk cerdas juga berdasarkan proses bagaimana kita beradaptasi dalam
memenuhi kebutuhan hidup kita.
Kita
menyadari dari waktu ke waktu teknologi terus menerus berkembang pesat dengan
tujuan memudahkan kehidupan kita, dan menandakan bahwa kita sebagai makhluk
dengan inteligensi yang mempunyai cara untuk mengetahui sesuatu. Berkembangnya
kita menjadi acuan pula berkembangnya sistem sosial kemasyarakatan yang ada
sekarang.
Ekonomi
sebagai salah satu ilmu yang ada mampu menjadikan kita makhluk yang serba
mempunyai keinginan, proses itu pula yang menjadikan kita sampai seperti keadaan
saat ini, kita terlihat begitu kompleks sebagai manusia , tetapi keyataannya
adalah kita tetaplah bagian dari masa lalu nenek moyang kita, Homo sapiens.
Acuan
utama yang menjadikan kita sekarang entah itu dengan sendirinya atau dengan proses
yang menjadikan sesuatu tersebut atau dengan kata lain ketentuan alam yang
telah menjadikan kita mempunyai bakat alami sebagai organisme,dimana yang mampu
belajar dengan cepat.
Tetapi sesuai dengan runtutan alam semesta ,
entah itu dimulainya big bang, kemudian
posisi bumi yang berada di zona goldilocks (zona yang tepat buat terjadinya
kehidupan organisme) , menjadikan rentetan bahwa kehidupan itu terjadi karena
sifat yang pasti dari alam melalui mekanisme perhitungan yang rumit , membuat
seolah terlihat tidak pasti, kita menjadi seperti sekarang dengan kenyataan
yang sejatinya mudah diperhitungkan tetapi kelihatannya kompleks.
Ekonomi
turut mengambil andil dalam perkembangan kecerdasan homo sapien, dengan syarat
jika kita mengartika ekonomi sebagai suatu cara untuk memenuhi kebutuhan
makhluk hidup. Kita berkembang hingga sekarang secara ilmu pengetahuan dan
teknologi. Semakin lama kita semakin menemukan cara untuk menemukan cara
memudahkan hidup kita.
Tetapi
kita bisa mencoba membongkar apakah ekonomi mutlak sebagai salah satu yang
menjadikan kita makhluk yang cerdas, kita mempunyai lompatan kultural yang
sungguh jauh dari nenek moyang kita, saat ini mungkin sudah tak bisa dikatakan
seperti itu lagi.
Kita
sudah terpaku di jaman yang katanya modern saat ini, dengan semua intrik
permasalahan yang sosial ekonomi yang terjadi saat ini memungkinkan kita untuk
berkaca ulang apa sebenarnya yang terjadi dengan peran ekonomi itu sendiri
terhadap kecerdasan kita di sekarang ini, melalui pendidikan berbasis kurikulum
, yang sesungguhnya saya secara subjektif menganggap itu semua sampah, karena
kita menjadi kelihatan makhluk yang tak pernah mempunyai cara mengetahui
sesuatu yang baru, tidak seperti yang telah dilakukan para nenek moyang kita
yang selalu menemukan cara baru untuk memenuhi dan memudahkan kebutuhan
hidupnya atas lompatan kultural yang terjadi, di saat ini kita tidak dijadikan makhluk
inteligensi, kita dengan kurikulum pendidikan berbasis mayoritas di dunia
sekarang hanya menjadikan kita robot penghafal sebagai mesin dari kontestasi
politik para korporasi raksasa yang ada dijaman sekarang, di jaman sekarang
saya hanya bisa bilang kita hanya sampah, jika melihat perbandingan kehidupan sosial
nenek moyang kita yang menjadikan itu
sebagai media pengembangan diri atas suatu permasalahan tertentu , semisalnya
memenuhi kebutuhan. Mereka terus menerus belajar dari alam atau bisa di bilang
beradaptasi menjadikan pola sosial yang menyatu dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dapat mempermudah kehidupannya.
Kelihatan
sebagai sebuah paradoks raksasa sebenarnya kita terlihat sengaja di buat tidak
boleh mengetahui apa apa, proses panjang sampai terjadinya kontestasi bisnis
maha agung yang terjadi sekarang ini, atau dengan hipotesis singkat, kita
diperbodoh melalui pendidikan.
Basis
pendidikan yang ada pula menjadikan kita mayoritas seperti sekarang ini , kita
seperti robot penghafal, dan jika kita masih mempercayai basis ilmu yang
terdapat di sistem pendidikan sekarang yang dapat mempengaruhi kecerdasan ras
manusia itu hanyalah non sense pada kenyataannya.
Kita
seperti makhluk yang menyedihkan, kita bahkan tak pernah bisa berperan lebih
dalam membantu kebaikan alam yang telah membantu proses keberadaan kita, kita
menyembah sesuatu yang tidak kelihatan, tetapi kita menghancurkan sesuatu yang
jelas jelas ada kelihatan dan berperan dalam kehidupan kita.
Makhluk
macam apa kita ini, dijaman sekarang saya tak bisa menyatakan lagi bahwa
mayoritas sudah tidak bisa dikatakan makhluk yang berintelegensi lagi, dengan
sistem pendidikan yang ada kita mendukung terjadinya pemudaran atas stigma
makhluk yang berinteligensi.
Secara
ekonomi yang diterapkan dijaman sekarang memang harus demikian adanya, untuk
mendukung hukum kekal bisnis yang ada, pendidikan pun juga menjadi seperti
demikian adanya, dan entah apa yang diperlukan lagi bahwa apa yang telah
dilakukan homo sapiens saat ini, proses lompatan kultural yang panjang
menjadikan kita mempunyai gejolak tersendiri.
Basis
waktu pun turut berperan dalam perkembangan kehidupan ras manusia dan
sosialnya, entah itu pergerakan materi partikel elementer di alam semesta yang
sungguh tidak dapat diprediksi menjadikan kita makhluk seperti sekarang, tetapi
dengan keyakinan yang ada saya dapat dengan optimis manusia mampu melewati fase
ini di lompatan kultural pada abad abad selanjutnya.
Dan
menjadikan stigma kita yang mengaku sebagai makhluk yang berintilegensi tinggi
menjadi suatu pewujudan yang nyata, dan membuktikan kita sebagai makhluk
mencapai evolusi yang paling tinggi di muka bumi.
Sekian...
Langganan:
Postingan (Atom)